Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Misteri Ketakterbatasan di Luar Ruang Semesta yang Terbatas (Part 2)

18 Juni 2020   07:31 Diperbarui: 18 Juni 2020   10:16 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contoh metafisika yang berangkat dari manusia sebagai subyek yang menyadari adalah filosofi Descartes,tetapi bila kita melihat dari persfectif Ada atau realitas menyeluruh yang terdiri dari keterbatasan dan ketakterbatasan tersebut maka kesadaran manusia ibarat satu ember kosong yang berhadapan dengan air samudera raya nan luas.

Dalam artian seluas apapun kesadaran manusia berupaya dibukakan se lebar lebarnya untuk mewadahi serta lalu memetakan persoalan persoalan metafisika nan kompleks maka itu ibarat upaya menyiapkan sebuah ember untuk mewadahi air samudera raya nan luas,dalam arti lain teramat banyak obyek-persoalan metafisika yang tidak dapat terwadahi atau tertampung atau tercover oleh kesadaran manusia walau telah berupaya dibukakan selebar lebarnya oleh Descartes atau relah dipetakan kapasitasnya oleh Immanuel kant

Dan artinya landasan prinsipil yang dapat saya tarik dari melibatkan ketakterbatasan atau ranah Ilahiah dalam mendalami metafisika adalah dengan membandingkan seluruh ide ide metafisis yang pernah ada dalam dunia filsafat dengan ide ketakterbatasan atau ide Ilahiah tersebut,saya lalu membandingkan bagaimana menurut manusia dan bagaimana menurut Tuhan,bagaimana penyelesaian ala manusia dan bagaimana penyelesaian menurut Tuhan

Karena seluruh konsep metafisis yang pernah lahir di dunia filsafat dengan beragam bingkai serta kacamata sudut pandangnya adalah upaya mengekpresikan wilayah atau dimensi ketakterbatasan kedalam keterbatasan-kedalam konsep konsep yang tentu saja dibatasi oleh kata kata,definisi, metodologi,kategori,terminologi dlsb.

Artinya metafisika berbeda dengan ranah ilmu fisik, sumbernya berasal dari ketakterbatasan dan akan bermuara kembali kesana,bukan semata pada keterbatasan atau pada konsep konsep yang membatasi walau manusia telah berupaya 

Betapapun misal Immanuel kant ingin membuat siatem metafisika yang serba sistematis dan menolak system metafisika yang dianggapnya tidak ilmiah tetapi persoalan metafisika toh tidak selesai ditangan Kant,ia seperti seorang yang berhasil mengantongi seember air samudera tetapi persoalan metafisis yang ditinggalkannya tetap se abreg abreg

Masalahnya,setelah ide ide metafisis dengan beragam problematikanya yang berasal dari wilayah ketakterbatasan itu dituangkan kedalam beragam konsep konsep maka apakah ketakterbatasan itu tuntas atau habis sehingga tak ada lagi yang perlu didalami atau dibahas ?

Itulah uniknya membahas ketakterbatasan analoginya ibarat banyak orang membawa ember untuk mengambil air samudera tetapi samudera seperti tak pernah habis.beda misal dengan membahas ilmu fisik semisak teknologi yang ada batasnya setelah seluruh aspeknya tuntas dibahas

Itu sebab dari ranah metafisika selalu mengalir intuisi intuisi tanpa batas,artinya intuisi intuisi baru selalu hadir tanpa manusia dapat membatasinya,intuisi adalah simbol pikiran yang berasal dari ketakterbatasan-wilayah Ilahiah beda dengan logika sebagai fikiran yang telah dibatasi oleh manusia dengan batasan batasan untuk lalu dimainkan oleh manusia sendiri untuk bermain logika

Itu sebab dalam mencari ilmu saya lebih suka lebih bergantung pada intuisi ketimbang memainkan fikiran yang telah dibatasi oleh batasan batasan aturan logika atau lebih suka mengandalkan intuisi ketimbang bermain logika,karena intuidi mengalir dari ketakterbatasan sedang logika bermain di wilayah yang telah dibatasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun