Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ateis Menyerang Agama dengan Mengatasnamakan Sains

19 Februari 2020   07:39 Diperbarui: 19 Februari 2020   11:22 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi harus diingat bahwa dalam ranah sains kita harus memilah antara sains yang substansi nya adalah deskripsi dunia fisik dengan filosofi pribadi atau ideologi sang saintis.apapun ideologi sang saintis itu otonom-berdiri sendiri atau secara substansi tidak memiliki keterkaitan substansial dengan hakikat sains

Atau contoh lain, apapun pernyataan Einstein terkait Tuhan atau berbau metafisis apakah yang menguntungkan atau merugikan agama itu tak memiliki keterkaitan substansial sama sekali dengan rumus E=mc2. Fikiran metafisis Einstein substansinya sudah bukan ranah sains lagi.

Apakah seseorang mau menafsir sains ke arah kiri atau kanan atau menariknya ke ideologi atau kepercayaan tertentu maka posisi sains itu netral karena hakikatnya ia hanya sekedar deskripsi dunia fisik yang tidak berideologi apapun. jadi yang berideologi itu bukan sains tapi saintis pelakunya dan ideologi apapun yang dimiliki sang saintis itu tidak akan bisa merubah posisi serta hakikat sains

Jadi atheis menyerang agama sebenarnya bukan dengan fakta empirik murni yang telah ditemukan oleh sains sebab mana ada fakta empirik murni yang secara langsung berlawanan dengan agama tapi dengan sesuatu yang baru sebatas asumsi dan teori teori hipotetik

Dan sebagaimana juga agama maka sains itu bukan milik golongan tertentu atau tak boleh diklaim milik golongan tertentu sehingga tak ada satu fihakpun yang boleh membuat monopoli tafsir atas sains sehingga misal fihak lain yang ikut menjadi penafsir hasilnya di stigma sebagai pseudosains atau di sebagai bukan sains

Nah ibarat judul lagu 'dark side of the moon' maka ada sisi lain atau sisi gelap dari ranah sains yang ingin eksist menampakkan diri sebagai seolah jatidiri nya sains atau membuat klaim seolah 'inilah sains'. 

Bayangkan sebagian ada yang sudah memparalelkan sains dengan atheisme atau dengan nihilisme padahal atheisme dan nihilisme itu filosofi manusia bukan filosofi sains sebab seperti yang telah saya katakan sains itu tak lebih dari ilmu dunia fisik-yang tidak berideologi atau berfilsafat atau bahkan bermetafisika

Sains tidak otomatis secara langsung ber metafisika karena yang membawa sains ke ranah metafisika adalah para penafsirnya,yang menafsir ke arah kiri atau kanan. bila sains telah dibawa ke ranah nihilisme atau atheisme atau theisme maka itu adalah tafsiran masing masing individu per individu

Nah sekarang mungkin anda sudah faham kalau atheis menyerang agama itu dengan menggunakan sisi gelap dari sains artinya dengan teori, hipotesa serta asumsi yang belum tentu sesuai kenyataan atau dengan menggunakan filosofi atau cara pandang para saintis tertentu yang berideologi atheistik

Contoh, kita harus memilah antara deskripsi murni sains dengan filosofi metafisik seorang Steven hawking atau Richard dawkins ketika mereka berbicara soal Tuhan misal, apakah filosofi mereka itu hasil ujicoba laboratorium atau hasil pengamatan langsung terhadap alam semesta? tentu saja bukan karena itu hasil olah fikir mereka sendiri dengan menggunakan atau berdasar sudut pandang mereka pribadi

Sebab itulah ketika berkonflik dengan theis maka atheis lebih suka mengedepankan misal teori Darwin,teori chaotik (seolah kenyataan itu chaos-tak ada system semesta) dan bukan misal deskripsi alam semesta versi Newton karena mereka tahu itu tak memiliki unsur pertentangan dengan agama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun