Sehingga bila lalu atheis menuntut agar theis mbuktikan secara empirik apa yang mereka imani,nampaknya disamping sang atheis tak faham makna ontologis iman mereka juga tak faham epistemologi iman-tak faham argumentasi ilmiah bagaimana manusia bisa sampai masuk ke wilayah iman
Artinya, manusia masuk ke wilayah iman itu bukan sesuatu yang dapat >terjadi secara begitu saja tanpa argumentasi yang dapat manusia fahami. manusia masuk wilayah iman karena secara keilmuan-secara logika ada jalan ilmiah menuju ke arah itu
Atheis sering melecehkan iman-kepercayaan tapi mereka sendiri tak bisa menghadirkan keseluruhan realitas pada manusia,mereka misal tak bisa menghadirkan secara empirik apa yang manusia alami sesudah manusia mati
Jadi kalau atheis mempertanyakan makna iman maka coba saja tantang mereka agar menghadirkan keseluruhan realitas sehingga tak tersisa lagi ruang gaib maka otomatis iman akan bubar
Sederhananya,agama akan selalu ada-eksist sebenarnya selama sains belum atau tidak bisa menyingkap keseluruhan realitas yang berkaitan dengan kehidupan manusia semisal apa yang akan terjadi setelah manusia mati,siapa pencipta manusia,atau tak bisa memberi penjelasan metafisis yang memadai misal terhadap pertanyaan : apa hakekat kehidupan dlsb.
Kesimpulan lain :
Manusia masuk ke wilayah iman karena mereka tahu-faham dan yakin bahwa ada realitas abstrak-gaib dibalik yang empirik,sehingga bila ada atheis yang mempertanyakan keimanan mereka atau menuntut theis membuktikan secara empirik apa yang mereka yakini maka disamping itu kontradiktif maka tuntutan itu melenyapkan makna 'iman' itu sendiri
Mungkin kata theis terhadap atheis : bila yang kami imani itu dapat kami buktikan secara empirik maka untuk apa kami imani ?,kami meng imani sesuatu itu karena sesuatu itu tak dapat di hadirkan secara empirik,lalu mengapa anda ngotot menuntut kami agar dapat membuktikannya secara empirik ? ...Â
Nah argument diatas sekaligus mengungkap logical fallacy dari fikiran atheis yang selalu menuntut fakta empirik atas segala suatu termasuk atas hal-perkara yang di imani seolah semua hal-realitas itu bisa di empirik kan
..........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H