Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bahasa Hati di Antara Seperangkat Tanda Bahasa Formal

29 November 2019   10:11 Diperbarui: 29 November 2019   10:36 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'Bahasa hati' atau 'bahasa simbolik' adalah suatu istilah atau konsep atau terminologi untuk menyebut hadirnya suatu pengertian-pemahaman dalam hati atau fikiran yang belum berbentuk bahasa yang sempurna dengan tanda bahasa yang terstruktur sebagai kalimat demi kalimat.

Sebenarnya manusia memiliki kemampuan intuitif atau kemampuan alami dalam memaknai sesuatu bahkan hingga ke level makna hakikinya tanpa bergantung sepenuhnya pada apa yang disebut sistem tanda bahasa yang komplet dengan segenap infrastruktur nya.

Bukan berarti bahasa hati yang bermain dalam fikiran itu tidak memakai tanda bahasa sama sekali karena tanda bahasa itu akan bermain dalam alam fikiran manusia ketika manusia menangkap makna-pengertian dari segala suatu tapi dalam bahasa hati bisa disebut struktur nya masih 'acak'.

Bagaimana dengan Tarzan yang terisolasi dari masyarakat yang memiliki tanda bahasa yang sempurna?

Seorang Tarzan apabila hadir di masyarakat kita memang kemampuannya dalam memaknai segala suatu dalam realitas kehidupan tak akan se komplet masyarakat yang menguasai tanda bahasa lebih komplet.tapi bahkan seorang Tarzan pun tetap tak akan kehilangan kemampuan alamiahnya menangkap dengan bahasa hati.

Hanya kemampuan atau 'kualitas' bahasa hati itupun memang dipengaruhi oleh kekayaan tanda bahasa yang dimiliki seseorang.seseorang yang memiliki khazanah tanda bahasa lebih banyak atau lebih luas memiliki kemungkinan memiliki bahasa hati dengan kualitas lebih baik. Orang berilmu memiliki potensi memiliki kualitas bahasa hati yang lebih baik ketimbang orang awam karena seorang berilmu yang biasa berfikir ke lebih banyak arah memiliki serta memainkan tanda bahasa yang lebih banyak dan lebih luas.

Bahasa yang dinyatakan melalui kalimat kalimat terstruktur lalu lahir sebagai ekspressi-pelukisan dari pengertian pengertian abstrak yang tertangkap oleh alam fikiran. Tapi yang harus difahami adalah bahwa pengertian-pemahaman akan makna hadir terlebih dahulu sebelum tanda bahasa terstruktur itu hadir sebagai kalimat utuh.

Sebagai contoh,bila kita melihat ekspressi seorang ibu terhadap anaknya maka secara intuitif dalam hati-alam fikiran kita sebenarnya sudah faham makna hakiki nya. Lalu setelah itu untuk mengkomunikasikan pemahaman atau pengertian yang kita tangkap itu lalu kita menyusun seperangkat tanda bahasa yang terstruktur berbentuk kalimat demi kalimat sebagai pengejawantahan atau ekspressi kita misal bila kita ingin mengkomunikasikan atau melukiskan apa yang kita lihat itu kepada fihak lain.

Contoh lain, bila kita melihat gambar bergerak atau foto foto yang melukiskan kekejaman perang terhadap anak anak misal foto anak anak Palestina yang berdarah darah maka secara intuitif-secara alami kita sudah dapat menangkap makna hakiki dari apa yang tertuang dalam foto atau video itu sebelum tanda bahasa yang komplet melukiskannya dalam kalimat utuh.

Artinya sebelum bahasa utuh-terstruktur tiba kita sebenarnya sudah menangkap serta memiliki pengertian dengan bahasa batin-bahasa hati atau bahasa intuitif atas apa yang kita lihat.atau dengan kata lain secara intuitif dengan tanda bahasa yang masih acak dalam fikiran kita maka kita sudah memiliki pemahaman atau pengertian atas sesuatu.

Tapi bila kita ingin mengekpresikan atau mengkomunikasikan apa yang kita lihat atau kita rasakan itu kepada fihak lain maka tentu kita harus menyusun tanda bahasa yang terstruktur-yang utuh yang kita kenal sebagai 'kalimat'

Misal bila kita ingin mengekpresikan perasaan kita terhadap apa yang kita lihat itu melalui puisi atau bila kita ingin mendeskripsikan pandangan politik kita terhadap realitas yang kita lihat maka fungsi bahasa dengan seperangkat tanda nya itu sebagai alat komunikasi memang sangat menentukan.

Artinya juga bahwa fungsi bahasa hati-bahasa intuitif itu terjadi hanya di wilayah subyektif-wilayah pengalaman pribadi dan untuk mengkomunikasikannya dengan fihak lain maka mau tak mau kita harus menggunakan 'bahasa obyektif' dengan tanda tanda bahasa yang juga dapat ditangkap oleh fihak lain. maka disinilah fungsi manusia belajar ilmu bahasa secara formal tiada lain agar ia mudah mengkomunikasikan setiap apa yang ditangkap oleh hati serta alam fikiran nya.

Tetapi diantara ilmu komunkasi serta ilmu linguiatik kebahasaan yang sudah pesat itu juga jangan lupa kemampuam bahasa alami-bahasa intuitif yang dimiliki manusia dan jangan pernah menyepelekannya karena fungsi nya dalam kehidupan justru lebih berperan ketimbang bahasa formal.bahkan orang yang paling awam sekalipun yang tidak pintar meng komunikasikan isi pikirannya kepada orang lain dalam bentuk tanda bahasa yang terstruktur ia masih memiliki kemampuan alami bahasa hati-bahasa intuitif tersebut.

Disini,dalam tulisan singkat ini saya bukan hendak bicara panjang lebar tentang ilmu bahasa atau ilmu linguistik dengan segenap infrastruktur kebahasaan yang bagi publik awam kadang nampak rumit itu karena saya memang bukan ahli nya, tapi hendak menekankan adanya sesuatu dalam diri manusia yang tertanam secara alami sebagai SDM yang memiliki kemampuan bahkan menangkap makna hakiki dari sesuatu sebelum ia dapat melukiskan penangkapan nya itu dengan tanda bahasa yang terstruktur.

Contoh nyata lainnya,seorang balita tentu belum memiliki organisasi tanda bahasa atau  organisasi tanda bahasa yang ia miliki belum sekomplet orang dewasa dalam alam fikirannya tapi secara intuitif ia dapat memaknai misal gerakan gerakan ibu nya.

Nah kemampuan alami sang balita ini tidak hilang ketika ia sudah dewasa. ketika sudah dewasa kemampuan alami sang balita itu mewujud dalam bentuk 'bahasa hati' atau bahasa intuitif.

Bahasan ini juga mengungkap suatu pertanyaan, mana yang lebih dahulu eksist fikiran atau bahasa?

Tentu saja alam fikiran,karena bahasa hadir sebagai penterjemah alam fikiran.tetapi kita tak bisa membayangkan fikiran yang tidak bisa di bahasa kan.

Tetapi apakah seluruh fikiran manusia dapat terekspresikan melalui bahasa atau kata kata?

Kita sering mendengar kalimat 'tak terlukiskan oleh kata kata' misal bila kita ingin melukiskan suatu keindahan atau sebuah perasaan bahagia yang bergelora itu sebenarnya menunjukkan bahwa alam fikiran manusia itu sebenarnya jauh lebih besar dan lebih luas serta lebih dalam ketimbang bahasa- sang penterjemahnya.

Kaum intelek adalah golongan yang memiliki khasanah kosa kata dan artinya juga tanda bahasa yang lebih banyak-lebih luas, mereka sudah biasa mengekspresikan fikirannya itu melalui wacana wacana atau konsep keilmuan baik formal atau non formal tapi penguasaan lebih luas terhadap tanda bahasa itu dapat melahirkan sisi kelemahan tersendiri yaitu kehilangan kepekaan terhadap bahasa hati-bahasa intuitif yang tidak terbahasakan secara terstruktur itu.

Tidak sedikit intelektual yang tidak atau kurang memiliki kepekaan terhadap hal hal yang untuk menangkapnya membutuhkan kualitas bahasa hati yang lebih mendalam seperti cinta-kasih sayang-keindahan atau simpati tergadap penderitaan.itu karena kaum intelek terbiasa lebih banyak bermain di dunia kata kata ! resikonya adalah bisa kehilangan kemampuan alami menangkap dengan bahasa hati atau mata batin yang tumpul.

Sering kita lihat intelektual yang lebih banyak bermain otak-memainkan kata kata dengan struktur kalimat yang mengagumkan secara keilmuan dalam mendeskripsikan berbagai konsepsi tapi tidak atau kurang terlihat ekpressi bahasa hati nya.

Banyak politikus bermain dengan kata kata mendeskripsikan suatu konsep atau pandangan politik tapi mereka kehilangan bahasa hati misal yang menangkap penderitaan manusia akibat kekejaman perang atau keganasan suatu rezim.

Artinya terlalu banyak bermain dengan kata kata tanpa mengasah kemampuan alami mata batin-fikiran terdalam bisa membuat mata batin kita menjadi tumpul. karena bahasa dengan segenap inrastruktur nya itu sebenarnya hanya pelayan dari alam fikiran manusia karena itu jangan malah menjadi tuan atas fikiran kita.makna nya jangan terlalu bergantung atau menggantungkan diri pada permainan bahasa formal tapi kembangkan kemampuan bahasa alami yang tersembunyi dalam alam fikiran kita.

Karena kemampuan bahasa alamiah- intuitif yang tersimpan dalam alam fikran kita itu dapat menangkap serta melukiskan hal hal yang bahkan belum 'dibahasakan' atau dikomunikasikan secara formal misal oleh media media.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun