Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bila Tuhan Bisa Dibuktikan Secara Empirik maka Saya Tidak Percaya Tuhan Ada

1 November 2019   05:12 Diperbarui: 1 November 2019   05:46 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi sampai ke taraf itu pun atheis tidak bergeming untuk tetap tidak percaya, bahkan sebagian menganggap peristiwa mukjizat seperti itu hanya 'dongeng' (?),sebuah sikap yang sebenarnya jauh dari ilmiah,karena mengingkari suatu fakta dengan menyebutnya sebagai dongeng.padahal peristiwa mukjizat adalah instrument pembuktian ilmiah yang sangat vital dan sangat penting dalam wilayah teistik yang sayangnya sering diabaikan oleh para pemikir ketuhanan kontemporer seperti Karen armatrong.dan padahal peristiwa mukjizat besar itu salah satu poin utama yang bisa membedakan antara agama Ilahiah dengan agama agama buatan manusia yang dalam dunia filsafat cenderung disama rata kan.dan ini efek dari masalah ketuhanan yang terlalu di fokuskan ke verifikasi empiris !

Padahal para teolog selalu mengatakan dan menekankan bahwa Tuhan sebenarnya dapat dibuktikan baik melalui bukti rasional atau bukti eksistensi atau bukti pengalaman per individu tapi tak akan pernah dapat dibuktikan secara objektif empirik sebagaimana halnya obyek sains lain (!)

Artinya,tulisan ini bukan hendak membahas bukti rasional yang telah banyak ditulis para teolog dan bukan pula bukti eksistensi yang telah banyak diperlihatkan melalui para nabi-rasul tapi hendak mempermasalahkan seputar bukti empirik langsung keberadaan Tuhan yang dipermasalahkan kaum atheis utamanya lewat ranah filsafat

(bersambung ke bagian dua)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun