Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Perasaan Emosi Dijadikan Parameter dalam Berpikir

31 Oktober 2019   07:46 Diperbarui: 31 Oktober 2019   10:37 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images : ciptaloka.com

Orang yang menjadikan rasa perasaan sebagai parameter kebenaran

Tapi ada orang yang lebih menjadukan rasa perasaan sebagai peralatan utama atau pemimpin dalam berfikir dan bahkan menjadikan hasilnya sebagai parameter kebenaran

Contoh adalah orang orang yang menyikapi konsep poligami secara negatif.mereka memandang poligami sebagai konsep yang salah karena dipandang sebagai suatu yang menyakiti perasaan wanita.tapi itu lebih kepada pandangan berdasar perasaan bukan berdasar akal.

Karena kalau akal fikiran yang dipakai maka akal akan faham bahwa konsep demikian dibuat Tuhan sebagai alternatif-opsi-jalan keluar ketika manusia memerlukan konsep demikian sebagai penyelesaiannya

Misal,ketika jumlah wanita sudah lebih banyak-tidak seimbang dengan jumlah lelaki,ketika seorang isteri tidak bisa memberi keturunan dan seorang lelaki sangat menginginkan keturunan tanpa harus menceraikan isteri pertamanya atau ketika seorang isteri jatuh sakit parah dan tak bisa melayani suaminya dengan baik dan mungkin masih banyak lagi permasalahan yang bisa diselesaikan dengan cara poligami

Walaupun dalam prakteknya manusia kadang menggunakannya lebih kepada demi untuk kepentingan nafsu biologisnya,tapi sebagai konsep Ilahiah kita tetap harus melihatnya terpisah-otonom dengan prakteknya di tangan manusia

Itulah,beda dengan rasa perasaan yang lebih mengedepankan sensitifitas dan emosi maka akal fikiran lebih mengedepankan analisis serta cara berfikir konstruktif

Contoh lain adalah pembagian waris dalam agama islam yang tidak sama antara lelaki dan perempuan dimana perempuan memperoleh setengah bagian dari lelaki dimana bila disikapi dengan rasa perasaan maka akan cenderung berpandangan bahwa itu adalah sebuah ketidak adilan

Tapi coba dianalisis dengan menggunakan akal fikiran,maka akal fikiran akan faham bahwa lelaki itu menanggung ekonomi keluarga sedang perempuan ditanggung oleh suaminya sehingga beban ekonomi seorang suami itu lebih berat dari perempuan dan karenanya memerlukan dana-modal yang lebih besar

Dan sebenarnya banyak konsep-hukum-aturan Tuhan yang lebih banyak disikapi oleh rasa perasaan emosi manusiawi ketimbang menggunakan analisis akal fikiran.atau dengan kata lain banyak miskonsepsi terhadap agama bahkan benturan manusia dengan Tuhan nya akibat manusia lebih mengedepankan rasa perasaannya

Dan bahkan rumusan rumusan hasil cara berfikir menggunakan rasa perasaan emosi sebagai pimpinannya itu sering dijadikan parameter kebenaran oleh manusia bahkan dilegalisir oleh banyak negara didunia.banyak negara yang memberlakukan larangan poligami misal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun