Sebuah berita tentang apapun itu (bila memang benar-bukan hoax) ibarat air yang masih jernih,ibarat kanvas yang masih kosong,masih polos.dan karena nya tidak atau belum memiliki nilai apapun,baik positif atau negatif.dan karena nya belum dapat kita kategorikan langsung sebagai suatu yang berbahaya ataupun suatu yang bermakna
Nah setelah berita berita itu masuk ke dunia alam persepsi manusiawi maka  beragam berita itu lalu di olah menjadi beragam opini-pendapat. nah setelah itu barulah dapat kita nilai apakah misal melahirkan sebuah opini yang dapat dinilai bermanfaat atau sebaliknya berbahaya
Bisa disebut berita adalah bahan mentah yang lalu di olah menjadi beragam barang jadi.atau ibarat tepung terigu yang diolah menjadi beragam adonan makanan
Karena dalam jiwa manusia tersimpan seperangkat peralatan berfikir yang lalu mempersepsi semua berita yang masuk ke alam fikirannya.tetapi masalahnya adalah bahwasanya bagaimana cara manusia mempersepsi atau menyikapi suatu berita ternyata tidaklah sama diantaranya karena masing masing memiliki pandangan serta tujuan yang berbeda beda
Karena ketika berita itu di proses menjadi beragam opini maka kacamata sudut pandang-ideologi hingga visi-misi sang pembuat opini akan ikut bermain dan akan menentukan opini seperti apa yang akan dilahirkan
Sebuah opini dapat dinilai baik, bermanfaat,bermakna tentu apabila mengarahkan alam fikiran publik pada hal hal yang positif,atau membuat publik memandang suatu persoalan yang ada dibalik sebuah berita dengan pandangan yang benar
Dan dapat disebut berbahaya adalah apabila opini itu dibingkai oleh faham-ideologi-isme-pandangan yang kita pandang salah-miring-negative sehingga dikuatirkan dapat menggiring pandangan publik juga mengikuti cara pandang mereka
Tetapi itulah,bagaimana cara manusia menilai (benar-salah,baik-buruk) beragam opini yang ada juga tidaklah selalu sama,ada yang menilai dengan menggunakan kacamata agama tetapi ada juga yang menilai dengan kacamata isme atau ideologi tertentu. sehingga sebuah opini yang dipandang salah-miring-negatif oleh agama kadang malah dipandang baik oleh isme atau ideologi tertentu
Idealnya kalau menurut ajaran agama, tiap berita yang melukiskan beragam kejadian-peristiwa itu di renungi untuk lalu di logika kan sehingga bisa menarik kesimpulan mana benar-mana salah,mana baik atau buruk.atau untuk di hayati secara mendalam demi memperoleh butiran makna demi makna.tentu saja bagaimana proses ke arah itu ada bimbingannya tersendiri dalam kitab suci
Tetapi sebagaimana disebut diatas bagaimana manusia mempersepsi tiap berita itu beraneka ragam,ada yang mengikuti ajaran agama nya,ada yang mengikuti filosofi pribadinya,ada yang mengikuti ideologi tertentu yang dipegangnya atau mengikuti apa yang menjadi visi-misi nya
Opini media adalah pandangan sekelompok orang yang ada dibalik sebuah media tertentu,tentu mereka adalah sekelompok orang yang satu faham-satu pandangan dan melihat suatu berita dengan cara pandang yang sama dan meracik suatu berita untuk di olah menjadi suatu opini juga mungkin dengan cara yang sama
Nah bagaimana dengan publik yang tiap hari disuguhi beragam opini opini media ?
Setidaknya mereka akan terbagi menjadi dua golongan,antara yang polos dan yang kritis.yang polos artinya cenderung mengikuti begitu saja arus opini yang dibentuk media.mereka menyikapi opini media ibarat anak yang disuapi makanan oleh ibunya artinya cenderung menelannya begitu saja tanpa banyak dicerna lagi
Dan yang bersikap kritis artinya yang menyaring,menganalisis secara seksama tiap opini yang ada atau yang dibuat dibalik berita utamanya opini yang dibentuk media media resmi.dan publik yang cerdas mencermati ideologi serta visi misi yang ada dibalik media tertentu
Publik yang kritis biasanya diawali oleh sebuah kesadaran mendasar bahwasanya opini media itu dibentuk oleh sekelompok orang yang memiliki cara pandang tertentu dan juga visi misi tertentu yang belum tentu bersesuaian dengan apa yang menjadi prinsip nya
Karena jangan salah,kadang opini media itu menjadi 'penguasa' atas fikiran publik.artinya mereka yang ada dibalik media sanggup mengendalikan alam fikiran publik sehingga sadar tak sadar mengikuti cara pandang serta pemahaman mereka
Tetapi publik yang memiliki iman,prinsip, keyakinan tersendiri yang kuat biasanya tidak mudah larut begitu saja dengan alam fikiran media tertentu mereka lebih cenderung akan mengolah berita berita itu dengan racikan yang dilandasi oleh apa yang menjadi prinsip atau idealisme nya
Dan juga jangan salah,kadang media membuat opini yang terlalu over-kalau ibarat air yang dituangkan ke gelas : terlalu meleber.sehingga apa yang di opini kan kadang sudah tidak terlalu sinkron dengan apa yang diberitakan
Katakanlah beritanya satu meter tapi opini yang dibuat berpuluh meter,menyisir hal hal yang memang menjadi visi misi sang pembuat opini
Nah publik yang melihat adanya opini opini yang sudah dipandang negatif yang dibuat media besar lalu mereka membuat sebentuk perlawanan walau dengan peralatan 'seadanya'Â
Dan kita sering melihat perlawanan terhadap opini media media besar yang dilakukan oleh publik lewat medsos walau kadang dengan narasi narasi yang sederhana dan seadanya dan terkadang dengan lebih di bingkai oleh emosi.dan jangan salah,komentar komentar publik via medsos itupun kadang merupakan sebuah opini tersendiri
.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H