Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Apakah Akal Anda Masih Sehat?

21 Maret 2019   09:21 Diperbarui: 22 Maret 2019   06:13 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Frits Ahlefeldt

Selama ini di ruang publik kita sering mendengar opini-opini yang berbicara tentang nalar - akal sehat termasuk ketika masuk ke ranah politik yang tengah panas panas nya itu. Tetapi apa sebenarnya itu akal sehat. Apa infrastruktur penopangnya serta apa ciri dari akal sehat dan akal yang tidak sehat?

Cara berfikir akal manusia itu bersifat formalistik, baku, konsisten, permanen dan artinya karakter akal itu suatu yang tidak dapat diubah, suatu yang sudah menjadi ketetapan alami alias kodrati

Ia selalu berfikir sistematis, konstruktif, matematis, analitis, mekanistis, tertata, terstruktur dan itu adalah sebagai cerminan dari karakter sifat dasar akal yang dualistik, tidak monolistik. 

Sebab itu sesuai sifat dasarnya itu maka ujung dari tela'ah akal adalah selalu menetapkan ini benar-ini salah, ini menguntungkan-ini merugikan, ini jalan keselamatan-ini jalan kebinasaan, yaitu berupa rumusan rumusan yang bersifat dualistik. 

Cara berfikir akal demikian itu paralel dengan hukum kehidupan pasti yang juga bersifat mekanis-sistematis sebagai cerminan dari sifat dasar dari hukum kehidupan pasti yang juga bersifat dualistik karena tercipta dari segala suatu yang saling berpasangan, dan hukum kehidupan pasti itu adalah infrastruktur yang menopang eksistensi adanya akal. Artinya kehadiran akal tidaklah berasal dari ruang kosong, tidak datang dari ide-ide filsafat misal tapi representasi dari adanya hukum kehidupan pasti yang berlaku dalam kehidupan dan yang menelikung kehidupan manusia. 

Banyak failosof yang membanggakan filsafat sebagai institusi yang merepresentasikan akal sehat tetapi konsep akal sehat itu bukan suatu yang lahir dari dunia filsafat tapi suatu yang telah tertanam sebagai fitrah alami dalam jiwa tiap insan-desain Tuhan

Dalam mekanisme hukum kehidupan pasti kita mengenal perputaran siang-malam, mekanisme kehidupan-kematian, sehat berpasangan dengan sakit, terang dengan kegelapan, bahagia dengan derita, dan lain sebagainya. sifat dasar prinsip dualistik (sebagai akibat adanya hal berpasangan) yang melekat dalam hukum kehidupan pasti itulah yang secara alamiah-kodrati membuat akal bisa berfikir sistematis sebagaimana demikian pula yang membuat hukum kehidupan pasti menjadi bersifat mekanistik- sistematik. bandingkan, dari hal yang bersifat monolistik mustahil tercipta mekanisme-sistem yang konstruktif

Sebab itu bisa disebut rel akal itu adalah prinsip dualisme-karakter dualistik-hal yang serba berpasangan. Akal hanya bisa berjalan diatas rel dualisme. Akal bisa berjalan selama segala suatu itu dapat dianalisis dualisme benar-salahnya dan tak bisa berjalan misal apabila benar-salah nya sudah tidak jelas atau sudah tak bisa lagi dibaca alias 'ganjil'. 

Artinya akal tak bisa berjalan di atas rel yang bersifat ganjil. Sebab itulah hal-hal yang ganjil sering disebut hal yang 'tak masuk akal', artinya hal yang tak bisa direkonstruksi oleh akal untuk lalu dirumuskan misal benar-salah nya.

Orang yang cara berfikir nya masih bisa sistematis, konstruktif, terstruktur, tertata, masih bisa memilah serta membedakan mana benar-mana salah, mana yang menguntungkan-mana yang merugikan, mana jalan keselamatan-mana jalan kebinasaan dlsb. disebut orang yang akal nya masih sehat, sedang sebaliknya orang yang cara berfikir nya sudah tak lagi sistematis, tak lagi terstruktur, tidak konstruktif melainkan sesuka hati, spekultif, cuma mengikuti perasaan,hanya mengikuti adat kebiasaan, hanya mengikuti situasi zaman, hanya mengikuti keinginan tuan nya, hanya mengikuti pandangan idola nya tanpa peduli pada dualisme benar-salah, baik-buruk, menyelamatkan atau membinasakan maka disebut orang yang akal nya tidak sehat. Walau tidak sehat disini bukan berarti gila tentunya. karena gila adalah keadaan dimana akal nya sudah tak berfungsi sama sekali atau yang tingkat kemiringan nya sudah teramat parah dan sulit di luruskan kembali.

Apakah dalam realitas kehidupan manusia hanya berhadapan dengan hal-hal yang selalu  masuk akal? Tentu saja tidak, kadang kita menemukan hal-hal yang tidak atau sulit masuk akal atau permasalahan yang akal sulit untuk menganalisis serta merumuskannya karena dualisme benar-salah seperti sudah tak bisa digunakan untuk menganalisisnya lagi.

Misal seorang pemuda yang mau kawin dengan nenek nenek renta atau seorang gadis yang jatuh cinta kepada kakek tua renta atau seorang anak yang tega membunuh ibunya, dlsb. 

Dan ada banyak hal yang berpotensi merusak cara berfikir akal, misal minuman keras membuat orang mabuk dan setelah itu tak bisa lagi membedakan ini benar-ini salah, ini baik-ini buruk. Orientasi atau kecintaan berlebihan kepada harta-tahta-wanita juga bisa membuat orang tak peduli lagi pada dualisme benar-salah, dualisme kehidupan-kematian atau dualisme dunia-akhirat serta dualisme amal perbuatan-balasan Tuhan,dualisme yang diajarkan atau dideskripsikan oleh agama

Lalu filsafat sering di identikan dengan ranah berfikir rasional tapi jangan salah disana ada faham faham tertentu yang dapat merusak cara berfikir akal, misal faham materialisme yang tidak mengenal dualisme jiwa-raga serta materi dan non materi, karenanya cara berfikir materialistik dapat mengarah pada pandangan serta rumusan yang bersifat ganjil, misal memandang bahwa fikiran itu unsur 'materi' padahal menurut agama yang berbasis prinsip dualisme pikiran itu adalah unsur roh-pasangan dari jasmani. 

Materialisme juga tak percaya adanya roh sehingga memandang bahwa setelah tubuh mati maka tak ada lagi kehidupan abadi dan karena nya tak percaya adanya alam akhirat. Ini adalah pandangan yang ganjil mengingat bila manusia hanya hidup di dunia semata maka hidup akan menjadi tak bermakna bila semua hanya berhenti di alam kubur.dan karena problematika manusia tak bisa selesai setelah ia mati

Karena lalu, setelah manusia mati maka bagaimana dengan amal perbuatan baik-buruk nya selama di dunia apabila tak ada konsep balasan di akhirat? Bagaimana dengan orang mati yang meninggalkan jejak kejahatan semacam Fir'aun, Hitler, Stalin, dan lain sebagainya?

Di sinilah fungsi sistem Ilahiah yang di deskripsikan agama yang membuat kehidupan menjadi masuk akal karena dualisme benar-salah dapat di rumuskan secara konstruktif, misal adalah suatu kebenaran apabila orang orang jahat yang tidak sempat memperoleh balasan setimpal di dunia kelak akan memperoleh balasan setimpal di akhirat. Dimana konsep keadilan itu adalah konsep yang paralel dengan akal karena menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan dualisme benar-salah, baik-buruk. dan tanpa ada akhirat maka keadilan universal menjadi tidak akan ada

Faham atau pandangan lain dalam filsafat selain materialisme yang bersifat merusak eksistensi atau cara berfikir akal adalah; atheisme, relativisme, individualisme (filsafat yang orientasi pada mengutamakan pandangan pribadi-bukan konsep universal), pluralisme (yang tidak mengakui adanya kebenaran tunggal), skeptisisme dan sebenarnya banyak lagi, yang membuat cara berfikir manusia tak lagi sistematis, tak lagi orientasi pada dualisme benar-salah,tapi lebih cenderung pada kesukaan berfikir spekulatif.

Dan intinya adalah semua yang ujungnya membuat manusia tak lagi mengenal benar-salah secara jelas-terang benderang atau tak memuarakan persoalan pada dualisme benar-salah yang konstruktif melainkan orientasi pada mengutamakan pandangan pribadi yang bersifat subyektif ketimbang konsep universal yang berlaku bagi semua orang secara keseluruhan.

Atau pandangan negatif tentang kebenaran yang berasal dari faham skeptisisme yang memandang  problem kebenaran sebagai suatu yang mustahil bisa diselesaikan secara tuntas. Karena bila demikian maka fungsi peralatan berfikir seperti akal serta hati nurani yang di konsep sebagai alat pencari kebenaran akan menjadi sia sia bila semuanya berujung atau berakhir pada skeptisisme-keputus asaan bukan kepada keyakinan adanya kebenaran hakiki yang lalu dijadikan pedoman hidup.

Proses mencari kebenaran tanpa henti yang berakhir dengan skeptisisme adalah suatu yang ganjil menurut pandangan akal karena sama dengan mendeligitimasi fungsi peralatan berfikir, peralatan mencari kebenaran yang tertanan dalam tiap jiwa manusia

Dan bagaimana penjelasan tentang faham-faham dalam filsafat yang merusak cara berfikir akal itu telah dijelaskan pada artikel artikel saya terdahulu atau anda juga dapat menemukan nya di media-media lain.

Memiliki fanatisme politik berlebihan atau misal bersikap fanatis terhadap kubu politik yang didukung itupun bisa merusak cara berfikir akal karena orang yang seperti itu cenderung suka membenarkan hanya yang datang dari kubu politiknya sendiri sedang yang datang dari kubu politik seberang cenderung selalu dipandang buruk dan salah.

Pembenaran terhadap yang salah dan menyalahkan yang benar ini sangat sering terjadi di panggung politik yang mana tujuannya bukan mencari kebenaran tapi sekadar mencari kemenangan. Yang menjadi parameter atau tujuan bukan kebenaran tapi kekuasaan

Demikian pula mengkultuskan atau meng idolakan seseorang atau sebuah ideologi atau sebuah partai politik atau organisasi-organisasi lain itu bisa merusak akal karena apapun yang datang atau yang dilakukan sang idola akan cenderung dipandang baik dan benar sedang apapun yang datang dari musuh sang idola akan cenderung dipandang buruk dan salah.

Padahal manusia itu siapapun bisa jatuh kepada benar dan juga kepada salah sehingga kepada siapapun termasuk sang idola kita tetap harus bersikap kritis. Budaya kultus adalah budaya yang membunuh potensi akal untuk mengenal kebenaran!

Sikap tunduk patuh taat yang berlebihan terhadap sesuatu alias 'taklid' apakah individu, organisasi, ideologi itu bisa merusak fungsi akal. Sebab akal tak lagi mempertimbangkan soal benar-salah, baik-buruk karena yang ada dalam perasaan misal yang penting adalah mengikuti, memperlihatkan kesetiaan, memperlihatkan rasa cinta, ketaatan dan lain sebagainya.

Demikian pula orientasi atau kecintaan berlebihan pada adat istiadat-kebudayaan itu bisa merusak potensi akal sebab tidak semua adat istiadat serta kebudayaan itu baik dan benar sebagian malah merusak akal semisal kebudayaan memberi sesajen pada leluhur.Tapi itulah, dalam berhadapan dengan adat istiadat-kebudayaan di wilayah nya seorang kadang tidak mempertimbangkan unsur benar-salah atau baik-buruk karena yang ada dalam pikirannya adalah hanya mengikuti dan mengikuti hal yang sudah biasa dilakukan secara turun temurun atau hanya berupaya 'melestarikan'.

Itulah apapun sebab-akibat nya yang dapat kita telusuri maka hal hal yang lalu membuat manusia menjadi tidak lagi mengenal hal-hal yang bersifat dualistik, hal yang berpasangan atau dipasangkan seperti ini benar, ini salah, ini baik-ini buruk, ini jalan keselamatan, ini keabadian dlsb. Atau yang membuat manusia tak percaya adanya keabadian dibalik kefanaan, non materi dibalik materi, alam gaib dibalik alam lahiriah. Maka itu disebut sebagai hal yang merusak akal.

Sebab itu jagalah akal sehat anda dengan selalu beragama yang memuliakan akal, selalu peduli pada persoalan benar-salah, selalu mempertimbangkan mana benar mana salah dalam hal persoalan apapun, baik persoalan agama-sains-filsafat-politik-ekonomi-sosial. Tidak orientasi pada kesenangan perasaan emosional nafsu semata.

Dalam persoalan agama misal tidak mencampuri agama dengan bid'ah-khurafat-takhayul, dalam sains tidak menyamaratakan yang baru sekedar hipotesa dengan yang sudah merupakan kebenaran empirik. Dalam filsafat dengan selalu bersikap kritis terhadap semua jenis pemikiran manusia yang lahir dari dalam nya karena tidak semua baik dan benar.

Itulah terlalu banyak dan akan terlalu panjang bahasan soal akal ini apabila semua harus dituliskan, apa yang saya tulis adalah sedikit tentang akal yang saya nilai bersifat substansial dan tentunya sangat penting untuk diketahui dan difahami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun