Seorang wartawan mengabdikan diri demi menulis berita,ia mencari cari informasi-mengejar berita kesana kemari bahkan mungkin hingga lupa waktu. semua itu dilakukan bukan untuk dirinya tetapi murni untuk orang lain.
Sang wartawan melakukan itu semua karena ia memposisikan diri sebagai pelayan publik yang menulis murni demi memenuhi kebutuhan publik akan informasi.artinya sang wartawan 'tidak menulis untuk dirinya sendiri.'
Lain dengan catatan harian yang bersifat pribadi,apa isi dari catatan harian hanya yang bersangkutan yang boleh tahu karena catatan harian dibuat murni demi untuk kepentingan yang bersifat pribadi.catatan harian misal berisi kegiatan sehari hari atau prinsip-filosofi yang ia temukan dari perjalanan hidupnya. buku harian 'ditulis untuk diri sendiri'.
Nah bagaimana dengan bila menulis di Kompasiana, filosofi apa yang harus kita terapkan atau prinsip bagaimana yang kita buat? Apakah kita akan memposisikan diri seperti sang wartawan yang murni melayani publik atau lebih orientasi menulis untuk diri sendiri seperti kita menulis di buku harian?
Menulis di Kompasiana pasti adalah menulis diruang publik dan itu pasti akan berkorelasi dengan para pembaca-entitas yang berada diluar diri kita sebagai sang penulis.
Di sini kita tak bisa menulis hal hal yang terlalu bersifat pribadi yang tidak perlu atau tak layak diketahui orang lain misal. di Kompasiana kita tak bisa mutlak 'menulis untuk diri sendiri.'
Sang wartawan penulis berita tentu tak perlu berfikir mendalam tentang filosofi-sudut pandang- idealisme, tentang eksistensi diri, tentang konsep pengembangan diri terkait dengan tulisan yang dibuatnya.Ia juga tak perlu membuat opini atau membingkai berita yang diperolehnya dengan opini yang berasal dari cara pandang-filosofi pribadinya sebab untuk tugas demikian maka redaksi biasanya menugaskan fihak lain yang lebih senior.sang wartawan mungkin cukup bahagia bila berita berita yang ditulisnya menjadi headline dan dibanjiri pembaca.
Nah menulis di Kompasiana tentu bukan sekedar memberi informasi kepada publik sebagaimana halnya wartawan,bukan pula bertujuan memenuhi selera atau kebutuhan publik semata.
Di sini hal hal yang bersifat pribadi seperti idealisme-filosofi-cara pandang atau kacamata sudut pandang hingga unsur keyakinan bahkan orientasi politik semua akan ikut bermain sehingga posisi kita tak bisa melulu menjadi pelayan publik tapi menjadikan ruang publik itu sebagai panggung eksistensi diri.
Melalui menulis di Kompasiana kita menjadikan ruang publik sebagai ajang pergumulan ide-gagasan-pemikiran. secara eksistensi-melalui interaksi lewat tulisan secara bawah sadar kita akan menjadikan publik sebagai cermin untuk mengenali apa-siapa-bagaimana diri kita. contoh; publik yang berlawanan pandangan atau keyakinan dengan kita itu secara bawah sadar akan menjadi cermin seseorang dalam mengenali pandangan serta keyakinannya.
Artinya, beda dengan sang wartawan pelayan publik, di Kompasiana kita bisa menemukan 'identitas',' jati diri karena prinsip prinsip pribadi seperti idealisme-filosofi-hingga keyakinan hingga orientasi politik ikut bergumul dengan fikiran publik.
Beda dengan  buku catatan harian dimana sang penulis hanya berdialog dengan diri sendiri maka di Kompasiana seseorang berdialog dengan fikiran publik dalam berbagai topik tulisan di mana prinsip prinsip pribadi yang saya sebut diatas itu sadar tak sadar akan ikut bermain atau ikut dimainkan.
Artinya, di Kompasiana kita bisa 'ber eksperiment' memainkan idealisme-filosofi hingga unsur keyakinan pribadi termasuk membiarkannya bertarung secara terbuka dengan berbagai pandangan publik yang berbeda beda dan itulah kepuasan spiritual tersendiri dari menulis di ruang publik bagi seorang 'idealist' yang tengah menguji prinsip prinsip pribadinya mungkin melebihi kenikmatan andai suatu tulisan antri dibaca banyak orang.
Artinya 'kepuasan spiritual' itu bisa terjadi karena di Kompasiana fikiran publik bisa bersentuhan-bergesekan atau bahkan berbenturan dengan fikiran pribadi dan itu akan ber efek kepada pembentukan identitas diri.
Itulah, saya sebut menulis di Kompasiana bermakna bagi pengembangan diri karena disitu kita bergumul dengan fikiran orang lain yang berbeda. dari ruang Kompasiana kita bisa menjelma menjadi individu dengan atribut spiritual yang dapat kita kenali karena terbiasa bercermin pada fikiran orang lain yang berbeda.
Itulah salah satu kenikmatan idealisme dan itu dapat dicapai asal prinsip kita tidak sekedar menjadi pelayan publik misal yang terlalu orientasi pada mengejar jumlah pembaca
Artinya, menulis di Kompasiana tak selalu harus memposisikan diri sebagai pelayan yang melayani selera publik-melayani apa yang diingini publik sebab bila demikian maka konsep pengembangan diri atau pembentukan jati diri tidak akan ada.tetapi bila kelewat orientasi kepada konsep pembentukan-pengembangan diri dimana didalamnya kita mengolah prinsip prinsip pribadi seperti yang saya sebut itu maka bersiaplah kalau tulisan kita tidak diminati banyak orang.
Beda dengan bila ingin membuat tulisan yang dilirik banyak pembaca maka ya tulislah apa yang kira kira menjadi selera mereka, tak perlu terlalu dalam berdialog dengan ideologi-filosofi-prinsip-kacamata sudut pandang yang semua bersifat pribadi itu
Faktor pembaca
Nah ini yang sering jadi masalah bagi sebagian penulis.ada yang sangat memperhatikan kuantitas-jumlah pembaca misal sehingga demi untuk kepentingan itu ia mendesain tulisannya sedemikian rupa termasuk tema pun dipilih sedemikian rupa hanya agar bisa memperoleh respon pembaca yang melimpah.
Baginya tulisan yang sukses adalah yang bisa meraih banyak pembaca artinya secara prinsipil tanpa sadar ia telah memposisikan diri sebagai 'pelayan publik.'
Sedang di sisi lain,tidak seperti wartawan berita yang hanya menulis apa yang ada dalam realitas maka menulis di Kompasiana berbagai macam ide tulisan sangat mungkin akan bermunculan.dan ide ide yang datang sebagian mungkin merupakan ide pribadi yang tidak populer di masyarakat sehingga kemungkinan tidak diminati pembaca sangat besar tapi bila ide itu dikeluarkan maka kita telah mengeluarkan dari alam fikiran kita sesuatu yang mungkin akan berarti bagi diri kita-bagi pengembangan diri kita-bagi pembentukan identitas kita ke depan walau mungki08n tidak begitu berarti bagi orang lain.
Tetapi itulah, mungkin seseorang akan memperoleh kepuasan tersendiri apabila ide ide pribadinya menjelma menjadi sebuah tulisan yang hadir di ruang publik, mungkin seperti seorang ibu yang bahagia setelah melahirkan anak yang dikandungnya. Ya,tulisan tulisan yang bermunculan adalah anak anak yang lahir dari rahim fikiran sang penulis.
Tapi sebagian penulis tertentu yang lebih orientasi menjadi 'pelayan publik' mungkin mereka ogah menulis ide ide tak populer karena ia tak terbiasa dengan respon pembaca yang negatif dan selalu mencari cari trik- cara serta tema yang diperkirakan bisa menjaring pembaca yang banyak. Kenikmatannya bukan lagi pada hal hal yang berbau 'idealis' seperti yang saya gambarkan diatas
Dan artinya memang tiap penulis itu memiliki 'ideologi', filosofi hingga visi misi sendiri sendiri yang mana dirinya yang lebih tahu. Hanya yang harus kita ketahui beda dengan surat kabar, di ruang tulis menulis seperti Kompasiana ini kuantitas pembaca tidak bisa selalu menjadi parameter, karena sebagaimana tema yang berbeda beda kepuasan tiap penulis dalam membuat tulisan juga bisa tidak sama.
Sebab itu bagi yang terbiasa menulis hal hal yang berkaitan dengan prinsip prinsip pribadi seperti  yang saya sebut diatas atau katakan 'idealisme' dan memperoleh respon negatif dari sisi pembaca maka tak usah berkecil hati kalau memang bukan itu yang menjadi tujuan karena lambat laun anda akan memperoleh kepuasan yang memang pada prinsipnya tidak diberikan dari luar tapi hadir secara alami dalam diri sendiri.
Karena bagi sebagian orang 'menulis untuk diri sendiri' mungkin dipandang lebih bermakna ketimbang 'menulis bagi orang lain'.walau maksud disini bukan menutup diri dari orang lain tentu karena mustahil di ruang publik seperti Kompasiana kita menutup diri terhadap fihak luar atau menutup diri dari berinteraksi dengan dunia luar tetapi tidak orientasi pada sekedar memenuhi hasrat-selera- keinginan yang di luar dari diri kita
............
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H