Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menjadi Pertapa atau Pejuang Kehidupan?

27 Januari 2019   14:59 Diperbarui: 27 Januari 2019   21:48 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images : dunia belajar

Alkisah ada orang yang melarikan diri kedalam keheningan untuk mencari ketenangan dan kedamaian hati.dicarilah sebuah goa sebagai tempat pertapaannya. setelah berada didalamnya ternyata ia menemukan kedamaian hati dan memutuskan untuk tetap berada disana selama nya.lupa lah sang calon pertapa kepada beragam permasalahan dimana ia pernah terlibat didalamnya dan pernah dituntut untuk turut serta menyelesaikannya.

Dalam keheningan manusia dapat berdialog dengan dirinya sendiri,sukma dan nalar bisa saling menyapa tanpa terganggu emosi,hal yang kadang sulit ditemukan dalam hiruk pikuk dunia nyata dimana kadang emosi sering mendominasi, dan nurani atau sukma dan nalar sering berjalan sendiri sendiri karena nalar sering lebih mengikuti emosi

Dalam keheningan manusia menemukan kualitas-cahaya bagi jiwa dan mengenali diri lebih baik ketimbang sebelum masuk kedalamnya.rasa damai pun menyeruak-sangat kentara-tidak samar samar sebagaimana ketika bergumul dalam hiruk pikuk kehidupan.dalam keheningan fikiran memang lebih mudah fokus kepada persoalan yang sedang dihadapi.orang yang pernah hadir dalam keheningan biasanya memiliki kualitas kepekaan fikiran yang lebih baiK.

Para nabi pun pernah mendatangi keheningan artinya; mereka pernah ada di kesunyian atau pergi ke tempat sunyi untuk sekedar menenangkan diri atau untuk mencari petunjuk Tuhan.mereka bukan bertapa tetapi sekedar berupaya untuk mem fokus kan fikiran.nabi Musa pernah berada di kaki gunung Thursina berpuluh hari lamanya sebelum beliau menerima wahyu 10 perintah Tuhan. artinya Tuhan menggemblengnya dalam kesunyian setelah sebelumnya bergumul dengan beragam hiruk pikuk kehidupan yang melelahkan baik secara fisik maupun psikis.

Tetapi betapapun keheningan-kesendirian itu memberi manusia kenikmatan batin tersendiri yang luar biasa-penuh sensasi tetapi kita tak bisa selalu terus menerus berada didalamnya, suatu saat kita tetap harus keluar dari keheningan sebab diluar seolah menanti beragam permasalahan yang menuntut kita harus siap baik secara fisik maupun secara spirit-mental untuk menghadapinya.

Para nabi tidak ada satupun dari mereka yang terus menerus tinggal dalam keheningan dan tak ada satupun yang memutuskan untuk menjadi pertapa, mengapa ? .. karena mereka tahu bahwa mereka diutus bukan untuk menetap dalam keheningan tetapi untuk bergumul dengan beragam permasalahan kehidupan yang ditemui manusia dimana mereka harus hadir sebagai pelita-pembawa obor kebenaran-petunjuk jalan.

Itu sebab setelah keluar dari keheningan para nabi itu bahkan ada yang mengangkat senjata untuk berperang karena mereka harus menumpas berbagai macam kelaliman yang terjadi dimuka bumi. artinya berbagai kemunkaran-kelaliman yang terjadi yang dilakukan manusia tak dapat diselesaikan dengan jalan berlari masuk ke keheningan.

...................

Masuk ke keheningan seolah masuk ke dunia tanpa kata tapi kita tak bisa selalu ada didalamnya bila tidak menjadi gila atau malah lumpuh nalar,suatu saat kita akan kembali ke dunia dimana kita biasa bergumul kembali dengan kata kata dan artinya nalar pun harus kembali siaga karena dalam pergumulan ia akan senantiasa diuji coba.nalar akan sehat justru ketika ia dihadapkan kepada berbagai tantangan berfikir dan malah bisa beku kalau terlalu lama tenggelam dalam keheningan.

Jadi kesimpulannya,keheningan itu bukanlah muara juga bukan tujuan,ia hanya sebuah ruang di persimpangan dimana kita berhenti sejenak didalamnya untuk melepas lelah serta untuk mengumpulkan kekuatan batin sebelum terjun kembali ke medan laga kehidupan yang sesungguhnya.

Manusia diturunkan Tuhan ke bumi bukan untuk tinggal selamanya dalam keheningan tetapi untuk bergumul dengan berbagai kacam persoalan.sebab itu dari semua para nabi-rasul yang diutus tak ada seorang pun dari mereka yang mengajarkan umatnya misal untuk jadi pertapa abadi.pahala Tuhan pun di janjikan akan diberikan untuk siapa yang terjun ke medan laga kehidupan dengan membawa nama Tuhan atau membawa spirit keimanan.

Artinya, manusia diturunkan Tuhan ke bumi bukan untuk menjadi pertapa abadi yang selalu diam dalam keheningan-yang berfilosofi bahwa keheningan adalah muara kehidupan,tetapi untuk bertarung dengan kehidupan,untuk terjun di dunia nyata,untuk bergesekan dengan beragam tantangan,untuk di uji dan dicobai dengan kepahitan dan berbagai bentuk penderitaan. mereka yang mau terjun dalam kehidupan orang orang yang menderita,menolong mereka keluar dari kepahitan hidup dipandang Tuhan jauh lebih baik ketimbang orang yang melarikan diri kedalam keheningan demi sekedar mendapat kedamaian hati.

Maka yang memenangkan pertarungan melawan pencobaan dialah yang berhak memperoleh kedudukan sebagai orang yang berhak menikmati keheningan hakiki yang adalah hanya berada di sorga-bukan di dunia ini.
.........
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun