Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sungai Akal yang Terkontaminasi

19 Januari 2019   22:37 Diperbarui: 20 Januari 2019   05:25 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali ke persoalan akal sehat, bila akal dibawa kedalam filsafat bisa menjadi keruh dalam arti karena bisa terkontaminasi oleh pandangan serta pemikiran yang beraneka macam utamanya pandangan yang tidak orientasi pada prinsip logosentris semisal filsafat posmo,dimana dalam era post mo karakter akal sehat yang ciri khasnya selalu mencari serta selalu berfikir mana benar-mana salah (yang sesungguhnya-hakiki) seolah menjadi hilang

Maka simbol kematian akal sehat dalam filsafat nampak nyata ada dalam atau tumbuh subur kembali di era post mo dimana didalamnya faham skeptisisme-relativisme serta faham pluralisme tumbuh subur kembali. karena ketiga pandangan itu bukan orientasi pada mencari kebenaran hakiki tetapi faham skeptisisme misal beranggapan bahwa kebenaran hakiki adalah suatu yang mustahil didapatkan,faham relativisme beranggapan benar-salah bergantung sudut pandang orang per orang,faham pluralisme memandang semua sama rata dan sejajar sehingga tak perlu dipersoalkan secara substansial mana benar-mana salah

Bagaimana penggunaan akal sehat di era zaman sekarang ?

Penggunaan akal sehat di zaman sekarang banyak terhalang atau terkontaminasi oleh opini opini serta berbagai kepentingan lain yang bersifat manusiawi. contoh sebuah permasalahan kalau senantiasa dilihat melulu oleh sudut pandang seni atau sudut pandang politik atau sudut pandang budaya misal maka benar-salah menjadi rancu-kabur karena yang dikedepankan adalah kepentingan kepentingan manusiawi semisal kepentingan politik

Coba lihat dan fikirkan baik baik,hampir tiap hari di tahun politik ini kita dijejali opini opini politik yang kadang sama sekali meminggirkan fungsi akal sehat untuk mempertimbangkan mana benar-mana salah,karena konsep benar-salah sudah diseret seret mengikuti keinginan manusia-sang politikus atau fihak yang tengah mencari kekuasaan sehingga suatu dipandang benar bila memberi keuntungan secara politik dan dipandang salah bila merugikan secara politik,disini benar salah tak lagi otonom

Para netizen pendukung masing masing kubu misal,mereka kadang tak lagi bisa menilai mana benar mana salah secara 'hakiki' sebab yang ada dalam fikirannya adalah bagaimana agar kubu yang didukungnya selalu ada dalam posisi 'benar' serta unggul secara politis.disini kacamata sudut pandang politik telah meng kontaminasi akal sehat mereka sebagaimana pandangan pandangan filsafat mengkontaminasi akal dalam dunia filsafat atau seperti kacamata isme atau ideologi mengkontaminasi akal demi kepentingan isme atau ideologi mereka

Padahal akal sehat akan rusak apabila terlalu dibawa mengikuti sudut pandang serta keinginan keinginan manusiawi

Contoh lain,sesuatu yang adalah menurut akal sehat itu suatu yang salah tapi karena dilihat atau dibingkai oleh sudut pandang politik maka bisa nampak menjadi 'benar' karena hal itu misal dapat menguntungkan secara politik atau misal dapat meningkatkan elektabilitas.disini kepentingan politik mengalahkan atau menenggelamkan prinsip akal sehat

Atau suatu yang menurut akal sehat adalah suatu yang salah tetapi karena dilihat dan dibingkai oleh kacamata budaya maka bisa nampak menjadi 'benar' karena dianggap sebagai upaya untuk melestarikan budaya.

contoh; budaya koteka yang sebenarnya tak pantas masih ada di zaman ini tetapi oleh fihak tertentu berupaya untuk dilestarikan dengan alasan budaya

Demikian pula bila yang dikedepankan adalah kacamata seni,pariwisata, ekonomi dlsb.kadang semua itu bisa menjadi bingkai bingkai yang menenggelamkan pertimbangan akal sehat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun