Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Indoktrinasi Toleransi Kebablasan

11 Januari 2019   07:03 Diperbarui: 11 Januari 2019   08:40 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada penggagas toleransi yang bisa disebut kebablasan karena orientasi nya bukan pada mengkonsep bagaimana perbedaan yang ada itu bisa dipagari dengan cukup saling menghormati  tetapi lebih pada mengkonsep bagaimana agar masing masing mau melebur-merelakan identitas luntur 'demi toleransi dan keberagaman'.Lalu di desainlah kalimat kalimat yang bernuansa peleburan seperti ungkapan ungkapan 'jangan merasa benar sendiri'-'harus menerima kebenaran yang berbeda' serta ditambah sikap yang membenci klaim kebenaran golongan serta secara filsafati menolak klaim kebenaran tunggal.Lalu orang beragama yang memegang teguh erat erat keyakinannya semisal prinsip tauhid dalam agama islam merasa resah-tak nyaman dengan kalimat-kalimat seperti itu yang sering berulang ulang ditulis di media karena itu sama dengan gerakan yang memprovokasi keyakinan.

Ya keyakinan bila ingin dipegang secara teguh memang meniscayakan menolak 'kebenaran' yang lain -yang berlawanan. walau tentu bukan berarti tidak menghormati pilihan orang lain yang berbeda. Tetapi keyakinan bila ingin di pegang secara teguh meniscayakan harus yakin bahwa apa yang diyakini adalah kebenaran yang sesungguhnya sebab bila tidak diyakini maka buat apa di pegang dan dijadikan tuntunan hidup?

Adanya klaim golongan-klaim kebenaran tunggal itu menunjukkan bahwa kebenaran itu secara logika hanya mungkin ada satu.sebab bila semua yang berbeda serta berlawanan satu sama lain itu disebut sama benar maka klaim golongan itu otomatis tak akan ada

Bayangkan bagi seorang muslim misal, prinsip tauhid (pengakuan akan ke esa an Tuhan-hanya mengakui satu Tuhan yaitu Allah) adalah ruh iman tetapi prinsip demikian meniscayakan kesetiaan-serta keteguhan dalam memegangnya. Bila seorang muslim misal membenarkan penyembahan selain Allah atau menyekutukan Tuhannya maka gugurlah iman nya. Walaupun ia masih nampak melakukan ibadat ritual-masih berpakaian yang menyimbolkan keagamaan tetapi bila substansi nya sudah lenyap maka itu semua hanya hiasan yang tak berarti lagi dihadapan Tuhan

Bagaimana bila ada yang 'memprovokasi' prinsip tauhid dengan mengatakan 'jangan merasa benar sendiri' atau 'belajarlah menerima kebenaran lain yang berbeda' sedang 'kebenaran lain yang berbeda' itu berlawanan dengan prinsip tauhidnya ? atau bila ada yang terindikasi membenci klaim kebenaran berdasar tauhid nya itu (?) ... maka itu semua adalah ujian iman bagi yang teguh memegang prinsip tauhid

Yang tadinya longgar pegangannya sedikit demi sedikit makin melonggarkan prinsipnya dan ketika ada pihak yang berbeda kepercayaan mengajaknya untuk ikut merayakan ritual agama yang berbeda dengannya maka ia ikut dengannya.Dan penggagas toleransi kebablasan pun men zoom peristiwa itu, membingkainya dan menghadirkannya kehadapan publik sebagai 'contoh toleransi yang baik' sebuah indoktrinasi terselubung karena yang teguh memegang prinsipnya seperti ter negasikan dari yang dipandang 'kelompok  toleran'.

Yang lebih miris adalah penggagas toleransi yang mendesain agar orang orang yang berbeda kepercayaan dapat berkumpul di suatu tempat lalu mereka di minta berdo'a bersama, sesuatu yang nampak 'baik' dan 'benar' bila dilihat dengan kacamata isme atau ideologi tertentu tetapi itu ibarat peleburan warna diatas dimana masing masing bukan lagi akan memiliki warna yang berbeda tetapi malah akan kehilangan warna nya masing masing

Memang dengan bercampurnya dua-tiga atau lebih kepercayaan yang berbeda dalam satu ritual secara lahiriah seperti tidak terlihat mengalami kerusakan bahkan nampak akur tapi secara spiritual hal itu jelas dapat menimbulkan kerusakan teologis yang fatal sebab ibarat pencampuran cat itu tadi masing masing akan kehilangan warna teologis nya.Yang tertinggal dari masing masing hanya pakaian keagamaan lahiriahnya belaka karena isi nya sudah tak jelas apa warna nya.benar-salah secara ilmu teologi sudah tak lagi dipermasalahkan hanya demi toleransi yang kebablasan

Dan bukan berarti hendak menyangkal adanya keragaman termasuk keragaman kepercayaan atau pluralitas karena itu adalah realitas tetapi masalahnya pluralitas itu jangan jadi lanskap lahirnya faham pluralisme yang orientasi pada peleburan-penyamarataan serta pensejajaran. Lalu dideklarasikan kata kata serta folosofi yang anti terhadap klaim kebenaran golongan. 

Sebab bagi orang yang menganut agama tertentu apapun, maka konsep kesajajaran serta kesama rataan itu tidak akan ada. Karena memegang satu agama berarti ia menegasikan pilihan terhadap yang lain, dan dalam pandangannya kepercayaan lain tidak akan dipandang sejajar dengan apa yang dipercayainya sebab kalau sejajar maka prinsip benar-salah akan otomatis hilang.Dan keharusan sejajar secara sosial harus dibedakan dengan keharusan sejajar secara teologis,karena yang terakhir itu merusak substansi iman
...........

Intisari kesimpulan :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun