Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menulis, Mengikuti Suara Hati atau Selera Publik?

25 Desember 2018   08:22 Diperbarui: 25 Desember 2018   15:27 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itulah dua prinsip mendasar dalam hal menulis yang dapat saya tangkap dan ungkap ke permukaan sebagai dua bentuk motivasi dengan latar belakang idea-pendorong-stimulan hingga spirit yang berbeda. dan karena berangkat dari aspek aspek yang berbeda maka keduanya dapat melahirkan visi-misi hingga tujuan yang berbeda disamping kelak akan cenderung melahirkan karakter tulisan yang dapat di nilai berbeda baik dari segi isi-muatan hingga ke gaya penulisan. dan itulah, ujungnya ibarat dua kendaraan yang mana keduanya dapat mengarah ke arah yang saling berlainan

Yang menulis lebih dengan spirit mencurahkan isi hati atau penulis 'internal' mungkin tidak akan terlalu berpatokan kepada syarat syarat formal bagaimana sebuah tulisan harus dibuat sehingga menjadi komoditi yang menarik untuk di konsumsi publik sebagaimana yang biasa ditulis dalam buku buku tutorial tulis menulis.demikian pula dalam hal membuat tema mungkin tidak akan terlalu melihat topik apa yang paling diminati atau apa yang sedang tren atau sedang ramai menjadi bahan perbincangan kecuali sekedar mengikuti intuisi yang bersesuaian dengan hasrat suara hati

Sedang yang orientasinya selera publik atau penulis 'eksternal' maka biasanya mereka lebih bersikap profesional dimana patokan atau parameter nya bukan sekedar hanya suara hati tetapi akan lebih banyak melihat kepada situasi dan kondisi yang tengah ada atau sedang terjadi ditengah publik atau apa saja unsur unsur yang tengah menjadi perhatian atau perbincangan publik misal.dengan kata lain ke arah mana kecenderungan publik maka itu yang akan selalu diamati serta dipelajari dan dijadikan bahan utama tulisan. unsur ke kinian misal apa yang sedang tren juga biasanya akan menjadi pertimbangan tersendiri.para penulis profesional yang menjadikan tulisannya sebagai sumber penghasilan misal memang sangat memperhatikan sekali bagaimana serta apa yang menjadi selera serta kebutuhan publik sehingga sampai kepada unsur gaya bahasa serta gaya penulisan akan cenderung disesuaikan dengan itu

Dengan kata lain, secara psikologis penulis internal lebih orientasi kedalam-kedalam isi pikirannya sendiri dimana isi atau gejolak-pergumulan pikiran atau jiwanya itu yang menjadi sumber ide ide nya sedang penulis eksternal lebih orientasi keluar-kepada apa yang tengah menjadi pikiran publik atau yang tengah menjadi gejolak di tengah publik dimana apa yang ada atau tengah terjadi ditengah publik itu lebih menjadi sumber ide ide nya

Atau,penulis internal lebih dikendalikan oleh fikirannya sendiri sedang penulis eksternal lebih dikendalikan oleh fikiran publik.secara sumber ide yang satu lebih bergantung pada intuisi sedang yang satu pada situasi.walau pada praktek-kenyataannya tentu saja semua unsur yang ada saling ber interaksi baik pada penulis internal maupun penulis eksternal,artinya tidak ada penulis jenis apapun yang betul betul steril dari berbagai unsur yang saya sebut itu hanya yang membedakan adalah orientasi-visi-cita cita sang penulis itu yang akan membuat unsur mana yang lebih dominan mengendalikannya

Yang cenderung mengikuti suara hati mungkin tidak terlalu mempedulikan apakah publik akan merespon atau menyukai tulisannya atau tidak karena baginya dapat menyuarakan isi hati nya kedalam sebuah tulisan itu sudah merupakan suatu kebahagiaan tersendiri.ada perasaan lega seolah telah melepas sebuah beban kala menuliskan apa yang misal menjadi unek unek  atau pergumulan dalam hati.bahkan andai lalu publik kurang merespons tulisan nya sekalipun mungkin itu bukan suatu yang terlalu menjadi masalah besar bagi dirinya

Sedang yang menulis berdasar prinsip mengikuti selera publik maka kepuasannya akan terletak pada bila publik banyak yang merespon tulisannya baik me like atau mengomentari nya kalau membuat tulisan semacam di Kompasiana.sebaliknya kekecewaan bisa terjadi apabila publik kurang merespons tulisannya sehingga mungkin ia akan mencari cari cara atau metode lain bagaimana agar publik nanti bisa tertarik menyimak tulisannya

Kalau memakai bahasa filisofis atau frasa lain untuk melukiskan dua karakter penulis yang berbeda itu maka penulis internal alias 'introvert' dapat disebuat sebagai 'idealis' sedang penulis eksternal alias 'ekstrovert' kita sebut disini sebagai 'profesional' karena para penulis profesional misal yang menjadikan profesinya sebagai sumber penghasilan memang sangat memperhatikan sekali faktor faktor yang ada pada publik karena tulisan mereka memang di desain untuk konsumsi publik lain dengan penulis idealis yang seolah sekedar menitipkan isi pikirannya dalam format tulisan dan tidak ditujukan utamanya sebagai konsumsi publik kecuali tentu bila ada yang tertarik untuk membaca nya

Imbalan yang setimpal untuk dua jenis penulis

Baik yang menulis dengan kecenderungan lebih kepada hanya mengikuti hasrat suara hati maupun yang mengikuti secara seksama selera publik untuk misal kelak berharap menjadi penulis profesional keduanya juga memperoleh imbalan yang setimpal sesuai dengan motivasi nya masing masing

Bagi yang menulis sekedar mengikuti suara hati maka imbalannya adalah kepuasan-perasaan bahagia bahwa apa yang semula tersimpan dalam hati-sebagai pergumulan batiniahnya kini telah berpindah dalam format sebuah tulisan.itu mungkin ibarat seorang ibu yang baru melahirkan,ada rasa bahagia melihat yang semula tersimpan dalam rahimnya kini telah menjelma menjadi individu tersendiri yang secara fisik terpisah dengan dirinya.para penulis idealis akan melihat tulisannya seperti anak anak yang lahir dari rahim fikirannya

Sedang bagi yang orientasinya selera publik maka respon publik terhadapnya adalah imbalan yang sepadan termasuk bagi yang tujuannya menghasilkan materi maka imbalan materi adalah tentu menjadi kepuasan utama bagi dirinya

Mungkinkah terjadi semacam benturan ?

Benturan ide-pandangan antar penulis pasti selalu ada baik antar yang idealis atau antara yang idealis dengan yang profesional hanya jangan sampai benturan itu berujung pada misal permusuhan, kecuali sekedar menjadi bahan untuk introspeksi dan kekayaan ilmu pengetahuan. karena tanpa diselingi oleh dialog atau dialektika atau perdebatan hingga ke benturan maka isi fikiran hingga tulisan kita akan cenderung statis

Utamanya bagi penulis idealis maka dialog-dialektika bahkan hingga perdebatan dengan pembaca atau sesama penulis memang sangat penting bagi perkembangan kekayaan fikiran dan kekayaan ilmu pengetahuan sebab kelak dapat makin meluaskan pandangan.sebab penulis idealis memiliki kaitan dengan cita cita serta tujuan yang bersifat visioner atau dengan kata lain seorang idealis lambat laun akan mengarah kepada cita cita serta tujuan yang bersifat visioner karena fikirannya tidak dikendalikan oleh publik-tidak oleh situasi dan keadaan serta tidak oleh unsur unsur ke kini an karena murni menggali apa yang ada dalam fikirannya sendiri sehingga benturan fikiran dengan fihak lain menjadi hal yang sangat substansial dalam perjalanan membentuk visi - misi nya.seorang idealis dapat melalukan perbaikan perbaikan atau lambat laun berbelok arah atau dapat pula makin kukuh dengan prinsip prinsipnya setelah bergumul dengan fikiran fikiran yang berasal dari luar tapi itu terjadi dalam ruang lingkup idealisme nya dalam arti itu terjadi bukan karena indoktrinasi misal atau dikendalikan oleh fikiran fikiran yang berasal dari luar melainkan  murni karena mengikuti suara hati nya sendiri

Sedang bagi penulis profesional benturan serta perdebatan mungkin bukan suatu yang terlalu urgent-tidak bersifat substansial karena itu tidak ber efek secara psikologis karena tujuannya memang bukan cita cita yang bersifat visioner karena beda dengan idealis, ia lebih orientasi kepada publik ketimbang dirinya sendiri. 

Dengan kata lain,bila idealis secara sungguh sungguh mengekspose apa yang ada dalam dirinya maka profesional lebih orientasi mengekspose apa yang ada diluar dirinya-publik
......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun