Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Rekonstruksi "Kitab Suci Itu Fiksi"

25 Agustus 2018   23:02 Diperbarui: 26 Agustus 2018   14:34 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada dua pernyataan Rocky Gerung (RG) yang ingin saya rekonstruksi di sini

1.'kitab suci adalah fiksi'

'kitab suci itu fiksi atau bukan ?' kata RG di ILC

2.pertanyaan RG terhadap panelis ILC :

'kalau anda saya tanya ; kitab suci itu fiksi atau fakta anda mau jawab apa ?'

...................

Rekonstruksi No 1.

Disini saya tidak akan memparalelkan 'fiksi' dengan fiktif' sesuai dengan keinginan RG yang kukuh tidak ingin melekatkan kata fiksi dengan 'fiktif' walau itu seperti berasal dari akar kata yang sama.dengan kata lain,sesuai permintaannya akan membuat rekonstruksi dengan tanpa melibatkan kata 'fiktif' yang sudah dipastikan berkonotasi negatif itu.membaca fikiran RG,kata 'fiksi' berupaya dimaknai secara positif .'fiksi itu baik-kreatif' katanya

.............................

Tetapi sebelum kita sandingkan dengan kata 'fiksi' maka kitab suci itu harus kita definisikan terlebih dahulu sebagai 'firman Tuhan' tiada lain agar makna nya tidak menjadi hilang oleh kata lain yang disandingkan dengannya.dan bayangkan kalau makna kitab suci bergantung atau harus di acukan pada parameter yang dibuat manusia maka artinya kitab suci kehilangan makna Ilahiah.sebagai bahan pembanding nya adalah buku buku sastera-novel-ceritera film dlsb.yang adalah karya fiksi seperti : Romeo and juliet, Sangkuriang,Mahabarata dlsb. Maka semua karya yang berjenis fiksi itu berasal dari alam fikiran manusia-bukan berasal dari fikiran Tuhan

Setelah (mengikat kitab suci sebagai firman Tuhan) itu yang utama  kita rekonstruksi tentu adalah makna kata 'fiksi' dengan tujuan untuk memperoleh pengertian apakah makna kata itu layak di paralelkan atau di sandingkan dengan kitab suci ?

Secara ontologis-pandangan berdasar hakikat, bila kitab suci adalah entitas yang di definisikan sebagai berasal dari Tuhan maka kata 'fiksi' harus kita paralelkan terlebih dahulu dengan manusia karena fiksi adalah wilayah atau produk dari alam fikiran manusia atau SDM manusia 

Sehingga menyatakan kitab suci adalah fiksi bisa juga berarti;  yang berasal dari Tuhan=produk alam fikiran manusia,dan itu bisa sama dengan menyatakan kitab suci adalah produk imajinasi manusia.tapi menilik dari paparannya,mungkin bukan itu yang dimaksud RG. ia lebih ingin menggambarkan bahwa kitab suci masuk wilayah fiksi artinya disana-di wilayah kitab suci,imajinasi imajinasi manusia bermain,termasuk untuk menggapai telos-tujuan yang menjadi harapan.di sini fiksi masuk wilayah psikologis sekaligus metafisis

Mengapa fiksi disebut produk alam fikiran manusia ?

Seperti kata RG sendiri yang menyatakan bahwa fiksi adalah sesuatu yang memantik imajinasi.dan imajinasi adalah menunjuk pada sesuatu yang berasal dari alam fikiran manusia-bukan dari Tuhan..sehingga karena itulah maka kata 'imajinasi' maknanya berkaitan atau paralel dengan 'fiksi'. 

Maka otomatis mengatakan misal 'kitab suci adalah fiksi' akan bisa paralel dengan pernyataan 'kitab suci adalah hasil imajinasi'.tetapi  pengertian kedua bisa berarti ; 'kitab suci adalah wilayah fiksi dimana didalamnya imajinasi imajinasi manusia bermain'.dua pernyataan yang substansinya memang berbeda tetapi sekilas seperti nampak sama.bila pengertian pertama yang RG gunakan maka sudah pasti masuk fatsal penodaan agama.tetapi salahkah bila di wilayah fiksi itu manusia meng imajinasikan alam akhirat misal atau berimajinasi tentang harapan harapannya terhadap Tuhan ?

Kesalahan RG dalam hal ini mungkin terletak pada kurangnya memberi penjelasan mendetail ; kitab suci itu fiksi dalam artian hasil majinasi atau kitab suci itu wilayah fiksi dimana di dalamnya manusia ber imajinasi ? Mungkin ini yang kurang ditangkap secara jelas oleh pemirsa yang mendengar tuturan nya

.............

Contoh nyata bahwa fiksi itu terkait imajinasi adalah lahirnya beragam karya fiksi di dunia manusia mulai dari karya sastera-novel-ceritera film dlsb.yang menunjukkan paralelitas antara fiksi dengan imajinasi.dengan kata lain,fiksi adalah suatu yang identik dengan imajinasi dan karena nya makna kata itu tak boleh di sterilkan dari imajinasi sehingga ke arah manapun kata 'fiksi' itu dibawa termasuk andai dicoba di bawa ke ranah akademik untuk dicoba  digunakan merekonstruksi kitab suci

Dari analisis demikian bisa kita fahami bahwa mengatakan 'kitab suci adalah fiksi' itu bisa juga berarti menarik kitab suci ke wilayah manusia seolah pemahaman terhadap kitab suci itu bergantung sepenuhnya pada imajinasi manusia.ini pun tidak sepenuhnya benar.sebab imajinasi hanya bersifat membantu pemahaman,bukan menentukan.ada unsur lain yang memainkan peran lebih penting seperti rasionalitas-suara hati nurani-keyakinan

Rekonstruksi imajinasi

Apakah imajinasi itu selalu benar atau selalu salah,selalu baik atau selalu buruk ? Maka jawabnya adalah ; relatif.imajinasi bisa melahirkan hal yang benar tapi juga bisa melahirkan yang tidak benar,bisa melahirkan yang baik tapi juga bisa melahirkan yang buruk bergantung ke arah mana manusia membawanya. artinya bisa dibawa ke kiri atau ke kanan.tapi intinya imajinasi adalah SDM atau Sumber Daya Manusia-energi dalam mempersepsi segala suatu

Kalau membawa imajinasi ke ranah pornografi misal,maka bisa anda bayangkan sendiri; para produser film porno misal,memanfaatkan kekuatan imajinasi untuk mengeksploitasi kenikmatan sexual.sebaliknya para teolog juga menggunakan kekuatan imajinasi untuk mendeskripsikan rumus rumus metafisika terkait masalah ketuhanan karena sudah diluar dari wilayah fakta empirik langsung yang dapat dialami secara inderawi.ketika dunia indera sudah ditepi batas kekuatannya maka daya imajinasi akan bermain

RG dalam twitternya, Rabu (11/4/2018) menyatakan

"Tuhan menciptakan fiksi, supaya manusia berimajinasi. "

'Fiksi itu sangat bagus karena ia adalah energi yang melahirkan imajinasi'

'fiksi itu baik'  

Demikian ungkap RG di ILC 

Masalahnya yang harus difahami adalah bahwa imajinasi yang dilahirkan dari ranah fiksi itu tak selamanya selalu baik tapi bisa melahirkan yang tidak baik, tak selamanya benar tapi bisa juga salah.sehingga menyebut 'kitab suci adalah fiksi' bisa juga berarti memasukan kitab suci ke wilayah yang kebenarannya bisa menjadi relatif karena bergantung pada kreatifitas imajinasi manusia yang bisa benar dan juga bisa salah.beda dengan andai mengatakan 'kitab suci adalah wilayah fiksi dimana di dalamnya imajinasi imajinasi manusia berjalan',di sini imajinasi manusia tidak menggeser kedudukan kitab suci sebagai firman Tuhan karena disini berfungsi atau bertujuan (membantu) menafsir dan tafsiran berdasar imajinasi manusiawi itu bisa salah dan juga bisa benar-beda dengan substansi kitab suci yang kebenarannya hakiki

Kesalahan beliau yang lain disini adalah tentu apabila fiksi di asosiasikan sebagai 'selalu baik' atau 'selalu bagus' padahal faktanya dari wilayah fiksi itu lahir imajinasi yang beragam yang bisa benar-bisa salah,bisa baik dan juga bisa tidak baik

............

Kesimpulan :

Menyatakan 'kitab suci adalah fiksi' bisa juga mungkin yang dimaksud RG adalah bahwa  memahami kitab suci harus dengan menggunakan kekuatan imajinasi.atau mungkin ini yang hendak di tekankan oleh RG ? tapi kalau itu maksudnya maka seharusnya yang ia katakan adalah 'kitab suci adalah WILAYAH fiksi ' jadi memakai kata 'wilayah'.sebab mengatakan secara langsung 'kitab suci adalah fiksi' dapat berarti 'kitab suci adalah hasil imajinasi manusia' itu karena kata 'fiksi' paralel-identik dengan imajinasi

Kesalahan RG disini adalah tidak memberi penjelasan lebih detail makna 'kitab suci adalah fiksi' yang bagaimana yang ia maksud sebab fihak lain ada yang memaknai kalimat itu sebagai bermakna 'kitab suci adalah produk imajinasi manusia'.atau yang ia maksudnya adalah ; 'kitab suci adalah wilayah tempat manusia ber imajinasi ' ? Dua pengertian yang substansinya berbeda yang bila tidak dijelaskan secara detail perbedaannya maka itu bisa menimbulkan kerancuan makna

...........................

Rekonstruksi no 2 :

Pernyataan RG terhadap panelis ILC :

'kalau saya anda saya tanya ; agama itu fakta atau fiksi' anda pilih mana?

Ini adalah pernyataan yang bisa disebut menjebak,sebab bila jawabannya adalah fakta maka itu berarti kitab suci berbicara tentang fakta fakta yang dapat dialami langsung dunia indera dan bila memilih 'fiksi' ya berarti kita bisa terjebak pada definisi-rumusan atau pengertian yang dibuat RG perihal kata 'fiksi' itu.sebuah bentuk pertanyaan yang dibuat agar manusia meng iya kan pernyataan RG terkait bahwa kitab suci adalah fiksi.jadi bukan jawabannya yang salah tapi substansi pertanyaannya itu yang salah.sebab menghadapkan kitab suci pada dua definisi yang kedua duanya bisa betul betul salah  salah atau bisa salah difahami

Pertanyaan demikian seperti tidak memberi ruang bagi manusia untuk membuat definisi lain perihal kitab suci yang berbeda dengan definisi sang penanya.sama dengan pertanyaan : ' manusia itu sejenis hewan atau malaikat yang memiliki nafsu ? .. maka kita bingung bila ingin membuat definisi manusia menurut versi kita sendiri-karena jawaban sudah dibatasi hanya diantara dua itu

Beda dengan bila pertanyaannya adalah ; 'kitab suci itu firman Tuhan atau produk manusia' ? Maka kita dapat menjawab dengan argumentasi yang jelas-konstruktif sesuai definisi kitab suci

Bagaimana kalau kita definisikan bahwa kitab suci adalah 'wilayah metafisik' misal..tapi kata 'metafisik' itu nampak tidak dipakai oleh RG karena tujuannya disini mungkin lebih ingin membawa manusia masuk ke wilayah agama dengan menggunakan instrument kata 'fiksi' dengan mengikuti definisi pengertian yang beliau ungkapkan

Tetapi itulah resiko nya adalah; orang dapat menafsirkannya secara plural -multi tafsir sehingga walaupun di upayakan nampak berkonotasi baik tapi tercipta ruang dimana orang dapat pula menyalah fahami atau menafsirkannya secara lain atau memiliki pengertian lain

Sehingga menyebut 'kitab suci itu fiksi' sudah pasti akan menimbulkan polemik karena orang orang tidak satu visi

'kalau kitab suci itu fiksi,siapa pengarangnya?' Itu hanya salah satu pertanyaan dari orang yang memiliki pengertian lain perihal fiksi-pengertian yang berbeda dengan RG.atau RG ingin membuat semacam 'tafsir tunggal' ?

............

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun