Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ruang Kesendirian yang Membunuh

19 Agustus 2018   08:41 Diperbarui: 19 Agustus 2018   17:43 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images : kompasiana.com

Tidak semua orang menyukai kesendirian, kaum remaja misal mereka mungkin lebih suka berkelompok melakukan kegiatan rame-rame dan sebagian pergi ke tempat tempat pesta demi mengusir rasa sepi.

Tetapi siapa pun, muda atau tua, mereka yang membenci kesendirian adalah individu yang  ditengarai belum bisa menjadi diri sendiri. mereka cenderung mengidentifikasi diri melalui kelompok atau lingkungan dimana dirinya berada di dalamnya, lalu dalam kesendirian mereka merasa asing dengan dirinya sendiri dan karena itu mereka berupaya menghindarinya.

Di sisi lain ada orang orang yang menyukai kesendirian dengan motivasi yang berlainan tentunya dan kesendirian itu sendiri tidak dapat dipastikan sebagai bernilai positif atau negatif bergantung bagaimana manusia menyikapi serta memanfaatkannya. Kesendirian itu bisa menjadi semacam ruang gelap yang membunuh tetapi dapat juga bisa menjadi ruang penuh cahaya yang menghidupkan.

Ingat bahwa orang gila atau pelaku bunuh diri itu juga lahir dari ruang kesendirian tetapi yang gelap gulita tentunya. di sisi lain seorang rasul muncul dari ruang kesendirian setelah memperoleh pencerahan melalui kontemplasi. 

Ingat,seorang rasul yang memerlukan kesendirian di gua Hira atau seorang Moses-nabi Musa di bukit Thursina sebelum mereka eksist menjadi rasul. kesendirian yang membuat mereka lalu menjadi individu yang lebih berkualitas sebagaimana sejarah mencatatnya.

Lalu mengapa manusia lari menuju ruang kesendirian?

Motivasinya dapat beragam, diantaranya adalah karena faktor kekecewaan atau perasaan sumpek-tertekan. dalam interaksi sosialnya dengan sesama seseorang menemukan hal hal yang dibenci atau tidak disukainya. misal keriuhan politik yang dipenuhi persaingan,caci maki, saling sikut atau ditemukannya ide serta pandangan yang berlawanan dengan suara hatinya atau hal hal lain yang dominan di masyarakat tetapi tidak disukainya. maka ia melarikan diri ke dalam ruang kesendirian untuk menemukan identitasnya sendiri karena dalam kesendirian ia berharap mengenali apa yang sebenarnya ada dalam dirinya sehingga merasakan ada kontradiksi dengan suasana di sekelilingnya.

Dalam ruang kesendirian, seseorang dapat menemukan fikiran fikiran yang jernih, semacam intuisi yang mana dalam keriuhan dan keramaian hal itu sulit diperoleh.

Dalam ruang kesendirian, maka peta dari situasi-kondisi jiwa memang akan lebih nampak jelas yang dalam keramaian atau keriuh rendahan dunia memang sulit terlihat.

Dalam kesendirian kita bisa melihat apa paradoks-kontradiksi-hal yang saling berlawanan yang ada dalam alam fikiran kita yang karena sebab itu membuat kita resah dan gelisah. ddengan kata lain beragam penyebab psikologis yang menimpa kita dapat kita temukan benang merahnya hanya dalam ruang kesendirian.

Bandingkan ruang kesendirian itu dengan ruang debat yang dipenuhi riuh rendah pertentangan maka pasti kita akan menemukan perbedaan kontrasnya dan juga efek nya bagi jiwa.

Dalam ruang debat maka nafsu kemenangan lebih mendominasi karena hawa nafsu yang lebih mengendali, tetapi dalam ruang kesendirian yang bebas dari provokator yang memanasi semua bisa luluh dan hati nurani dapat lebih dominan sehingga yang lebih menguasai adalah keinginan mencari kebenaran-bukan kemenangan. Sebab itu orang yang cenderung karakternya selalu ingin menang ditengarai sebagai belum teruji di ruang kesendirian

Ruang kesendirian memang memiliki kualitas tersendiri, baik secara keilmuan maupun secara kualitas spiritual. 

Secara keilmuan, bila di ruang keramaian yang kita lihat lebih banyak adalah fakta fakta serta logika- logika yang berasal dari opini opini manusiawi. Contoh,fakta politik dengan seabreg opininya yang riuh rendah,  maka dalam ruang kesendirian kita bisa membingkai semua itu melalui pemaknaan

Di ruang kesendirian kita dapat berkenalan secara lebih dalam dengan dunia makna makna bahkan mendalami hakikat segala suatu. Ini yang ditengarai dilakukan para nabi sehingga mereka secara kualitas keilmuan dapat melebihi manusia lainnya.

Dan secara kualitas spiritual sudah bukan rahasia lagi apabila orang orang yang mengalami pencerahan selalu sebelumnya mereka adalah orang orang yang pernah masuk ke ruang kesendirian terlebih dahulu. dengan kata lain,orang yang membenci atau takut dengan kesendirian sebenarnya sulit berkembang secara spiritual.

Tetapi itulah, masalahnya adalah kalau memakai bahasa agama yang "hitam-putih" ; di ruang kesendirian itu  bukan hanya ada malaikat yang menemani tetapi juga para iblis yang memberi bisikan dan mungkin orang orang dapat meraba siapa yang keluar dari ruang kesendirian yang telah diterangi fikirannya oleh malaikat atau yang ditengarai telah di bisiki oleh iblis. 

Dengan kata lain,dari ruang kesendirian itu orang terbelah menjadi dua antara yang berjalan ke kiri mengikuti arahan iblis dan yang ke kanan mengikuti arahan malaikat. walau pelukisan yang kontras-hitam putih seperti ini tentu tidak akan ditemukan dalam wilayah filsafat

Karena jangan salah dari ruang kesendirian itu lahir orang orang dengan fikiran yang oleh sebagian di nilai aneh dan menyimpang atau sufi yang dianggap tersesat, contoh Nietzhe dengan fikiran fikiran "gilanya" atau Syech siti djenar dengan filosofi manunggaling kawula gusti atau Alhallaj yang merasa dirinya sudah bukan lagi entitas manusia yang substansinya terpisah dengan Tuhan

Dengan kata lain, kalau memakai bahasa agama agar nampak "hitam-putihnya" maka ruang kesendirian itu ada yang membunuh dan ada yang menghidupkan, ada yang memberi pencerahan tetapi ada yang malah membuat gelap gulita.

Contoh,orang waras yang lalu masuk ke ruang kesendirian dan setelah itu malah berubah menjadi orang sakit dan lama kelamaan menjadi gila ditengarai kelewat banyak bermain dengan ilusi ilusi yang diberikan iblis yang memang sering memanfaatkan kesendirian untuk menjebak manusia masuk ke dunia khayal.

Tetapi banyak orang yang akal fikiran atau spiritualnya menjadi terang benderang dapat melihat benar-salah secara lebih jelas serta menemukan intuisi intuisi yang menerangi jiwa nya sehingga dapat melihat mana kebenaran dan mana kebatilan setelah mereka masuk ke dalam ruang kesendirian. di sana mereka ditengarai dibimbing oleh cahaya malaikat.

Dengan kata lain, jangan sembarangan masuk ke ruang kesendirian apabila tidak dengan niat serta motivasi yang benar karena di sana yang menunggu bukan hanya malaikat tetapi juga musuh para malaikat.

Itu sebab kesendirian tak melulu berakibat pencerahan tetapi malah bisa sebaliknya; kegelapan. Kalau memakai persfektif agama disebut kegelapan apabila berefek menenggelamkan akal fikiran sehingga tidak dapat mengenal benar-salah secara jelas atau memutus ruhani sehingga terputus dengan Tuhannya.

Dan disebut memberi pencerahan apabila ber efek membuat manusia menjadi tajam dalam mengenal mana benar-mana salah serta secara ruhaniah menjadi memiliki hubungan erat dengan sang penciptanya. walau sekali lagi; persefektif hitam-putih seperti ini tentu tidak dikenal dalam dunia filsafat karena sebagai contoh,dunia filsafat tidak pernah mendeskripsikan fikiran fikiran Nietszhe sebagai "menyesatkan" 

Tetapi itulah ciri khas-karakter dasar dari agama Ilahiah yang tidak ditemukan dalam filsafat adalah dualisme hitam-putih yang kontras sehingga dengan menggunakan persfektif agama kita-termasuk yang awam seperti lebih mudah menilai-menghukum bahkan hingga memberi vonis walau untuk itu semua tentu harus dengan disertai argumentasi yang memadai secara keilmuan, dan itu yang membedakan misal antara vonis atau penilaian orang awam dengan orang ber ilmu
..............

Ada apa di  ruang kesendirian Nietzsche

Penjelasan diatas mungkin bisa dibuat menjadi semacam 'kata pengantar' atau bahan renungan sebelum masuk menjelaskan peristiwa tragis yang menimpa seorang failosof kenamaan yang hingga kini masih banyak pemujanya yaitu Frederick Nietzsche.

Disebut tragis karena ia yang semula nampak sebagai seorang cerdas bahkan briliant dan karenanya begitu dimuliakan-pernah memangku jabatan terhormat harus mengakhiri sejarah kehidupannya dengan menjadi gila,walau masih menjadi pertanyaan, "apakah gila nya beliau ini oleh karena disebabkan patah hati akibat putus cinta atau lebih merupakan muara dari pikiran pikiran mendalam nya yang dinilai sebagian sebagai "gila-kontroversial bahkan mungkin unik". Walau bila di analisis agak janggal bagi seorang Nietzsche yang brilliant kalau sampai gila hanya karena urusan wanita. Asumsinya,musti ada penyebab lain yang lebih relevan.

Yang jelas sesuai topik ini, Nietszhe adalah contoh orang yang menyukai kesendirian, mustahil fikiran fikiran 'unik'nya ia dapat dari ruang perdebatan yang riuh rendah. hanya sekali lagi, kalau memakai persfektif agama, siapa yang lebih banyak menemani beliau di ruang kesendirian nya itu menjadi sebuah pertanyaan tersendiri.

Secara filsafati Nietszhe adalah manusia yang menolak difahami dengan gampang dan sebab karena ia sangat menyukai kedalaman bahkan memproklamirkan diri ingin mengelupas dari verbalitas yang biasa menjadi bahasa serta fikiran manusia pada umumnya-berupaya menemukan 'hakekat' istilah ontologis nya, seperti seorang yang ingin melarikan diri dari penjara maka demikian Nietzsche ingin keluar dari keterbatasan kata kata untuk masuk ke wilayah tanpa kata yang penuh mistery itu

Tetapi itulah apabila verbalitas-semua yang terbiasa diucapkan manusia kita kelupas untuk menemukan rahasia hakikat di baliknya maka yang akan kita temukan pertamakali biasanya adalah ruang kosong penuh mistery bahkan bisa nampak gelap gulita,karena di sana semua kata kata seolah sudah tak ada lagi apalagi misal hukum logika atau apalagi epistemologi atau metodologi yang biasa digumuli manusia di dunia verbal-formal.

Apa yang menjadi pegangan manusia ketika ia masuk ke wilayah hakikat? wajar kalau lalu sebagian manusia mencoba mencari cari Tuhan untuk memperoleh jawabannya karena sudah tak ada apa apalagi disana sebagaimana yang manusia temukan di dunia material-verbal dan formal.

Mungkin disinilah letak "dosa" seorang Nietzhe, ia berupaya menemukan hakikat seorang diri tanpa guide. Lalu samar samar dari ruang kegelapan itu muncul sesosok makhluk bukan membawa pelita tetapi membawa selubung, lalu selubung itu ditutupkan kedalam nalar Nietszhe hingga perlahan menjadi meredup dan lalu terjadilah peristiwa tragis itu.

Walau bagi pemuja Nietszhe janganlah pernah marah apalagi mengumpat karena ilustrasi saya itu hanyalah sekedar asumsi belaka, bukan vonis mati karena saya bukan saksi hidup yang menyaksikan secara utuh peristiwa yang menimpanya dan karena saya melihatnya dari persfektif agama yang bisa saja orang lain mungkin tidak mau memakainya.

Itu sebab banyak orang yang takut masuk ke atau menyentuh wilayah hakikat,para sufi biasanya menyadari hal itu. Ibarat menaiki gunung tanpa peralatan sama sekali atau menyelam ke dalam dasar lautan tidaklah bisa dengan telanjang demikian pula masuk ke wilayah "hakikat" yang dibahasakan oleh para failosof sebagai "upaya mengelupas verbalitas" itu memang tidak boleh sembarangan karena akibatnya hanya dua, kalau tidak menjadi tercerahkan ya menjadi gila, kalau tidak memperoleh petunjuk ya tersesat dan tersesat itu bisa sebagai failosof atau sebagai sufi, seperti Nietszhe dari kalangan failosof dan Al hallaj dari kalangan kaum sufi (itu menurut asumsi orang orang.

Dan itu sebab bahkan rasulullah pun takut ketika membicarakan masalah hakikat, "aku diutus bukan untuk (menjelaskan) itu", sabda beliau ketika ada umatnya yang menyinggung masalah hakikat. dan para sufi yang "waras" tentu tak mendalaminya seorang diri melainkan selalu berupaya memperoleh tuntunan Tuhan sebagai "guide" melalui pendalaman kitab suci utamanya tentu.

Dan artinya sebelum masuk ke wilayah hakikat berfikirlah sejenak untuk mempertimbangkan apa-siapa yang bisa menjadi pemandu nya.yang jelas apabila masih berfikir bahwa metode empirisme atau metode rasionalisme bisa dibawa hingga menelusur wilayah hakikat hingga muaranya yang terakhir maka lebih baik bersiap untuk menjadi gila ketimbang menjadi tambah tercerahkan karena hingga saat ini toh para failosof belum ada seorangpun yang bisa menciptakan metode metafisis yang bisa menelusur hingga ke wilayah hakikat.

Kalau sekedar "menyentuh: sih masih mungkin. Immanuel kant pun dalam hal ini toh nampak menyerah.sebagai jalan keluarnya ia menyelesaikan petualangan metafisis nya melalui konsep fenomena-noumena.ia nampak menyentuh hakikat tetapi tak bisa membukanya hanya membingkainya sebagai "wilayah yang tidak diketahui".

Mungkin Nietszhe berjalan terlalu jauh melewati Kant dalam persoalan ini tetapi itulah masalahnya ia melakukannya hanya seorang diri-tanpa guide. fikirannya memang terlalu dalam-terlalu briliant dibanding manusia di zamannya mungkin tetapi itulah risiko dari membenamkan fikiran ke kedalaman adalah terkadang sulit mengangkatnya kembali ke kesederhanaan seperti fikiran yang dimiliki publik awam pada umumnya

Ada apa di kedalaman terdalam? seperti sumur tanpa dasar atau labirinth tak berujung demikian orang orang membayangkannya sebab itu sebagian orang membentengi fikirannya dengan kesederhanaan agar tak terjatuh kesana. 

Nietszhe mungkin sebuah pengecualian.ia awalnya nampak tak menyukai kesederhanaan-sesuatu yang kelak ternyata berakibat fatal bagi dirinya. Apakah ini cukup untuk menjelaskan fenomena Nietzsche? pastilah tidak.

Tetapi yang dapat kita analisis dari kasus Nietzche mungkin adalah bahwa ia awalnya adalah seorang yang cenderung berfikiran tidak sederhana-membawa fikiran fikiran brilliantnya seorang diri ke ruang kegelapan dunia hakikat dan lalu mungkin secara psikologis karena terlalu menyukai kesendirian sebelum lalu terjerumus kejurang kegilaan, itulah  makna "kesendirian yang membunuh" sebagaimana subyek tulisan ini

Dan,itulah Nietzsche,seorang yang dalam segala hal menolak untuk di doktrin bahkan untuk masalah ketuhanan ia menolak di doktrin oleh Tuhan-ciri dari karakter seorang briliant.dan ia menemukan klimaks maupun juga ujungnya yang adalah  anti klimaks seperti biasa : dalam ruang kesendiriannya.yang terakhir kalinya adalah yang membunuh nalar nya

....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun