Kontra argumentasi,apa sulitnya (?)
Bila ada orang yang pandangan atau pemikirannya tidak saya setujui atau tidak bisa saya benarkan maka lebih mudah bagi saya bila menyerang secara langsung pribadinya,menyebut nya sebagai 'tidak cakap dalam berfikir',tidak bisa menggunakan nalar,ketinggalan zaman dlsb.atau menyerang keyakinan agamanya yang efeknya merendahkan pribadinya dimata orang lain
Dulu sewaktu masih muda mungkin saya pernah terjebak untuk menggunakan cara seperti itu termasuk terhadap lawan debat (yang sebenarnya adalah teman berdialektika) tapi seiring bertambahnya usia,saya terkadang malu sendiri karena cara seperti itu disamping tidak akan menyelesaikan masalah juga memperlihatkan kualitas pribadi yang masih rendah yang lebih mengedepankan emosi ketimbang mengedepankan nalar,lebih mencari kemenangan ketimbang mencari kebenaran
Padahal kalau mau jujur pada diri sendiri,ketika emosi sudah reda dan suasana dalam keadaan hening serta hati nurani sudah dalam keadaan terbuka maka ada beberapa pandangan dari lawan debat yang memang saya akui kebenarannya.tapi ketika berada dalam forum debat pastinya sulit menerima kebenaran dari lawan debat karena saat itu kehendak untuk menang lebih mengemuka sehingga semua yang diungkap oleh lawan debat seolah semua harus diposisikan sebagai salah ... memalukan ! ..itulah pengakuan nurani ketika dalam kesunyian serta kesendirian.tetapi dalam tatapan mata massa atau perhatian publik yang menonton perdebatan kita nurani bisa tertutup karena gengsi akan kemenangan serta posisi sebagai fihak yang benar lebih mengemuka
Sekarang saya mencoba membuat titik balik,termasuk memilih meminta lawan debat untuk lebih fokus mengungkap konsep atau pandangan yang berbeda dengan yang saya ungkap agar ia tidak mengedepankan menyerang pribadi yang bisa memancing emosi saya melakukan pembalasan serupa sehingga akhirnya forum ilmiah bukan lagi forum untuk mencari kebenaran tetapi lebih kepada mencari kemenangan,suatu yang berlawanan dengan idealisme para pencari kebenaran sejati.memang betul bahwa lawan debat,teman berdialektika itu bisa membuat kita lebih pintar,tetapi itupun bila idealisme yang dikedepankan.bila emosi serta ambisi akan kemenangan yang dikedepankan maka seribu lawan debat-teman berdialektika sama sekali tak bermakna
Contoh yang sering saya temukan dan alami adalah ; yang diperdebatkan adalah konsep konsep metafisika tetapi yang diserang adalah keyakinan agama sang lawan debat.padahal dalam arena perdebatan tetap harus dipisah antara pandangan pandangan atau konsep metafisis yang diungkap dalam forum dengan keyakinan agamanya.karena soal keyakinannya itu hak pribadinya.artinya kita boleh mempermasalahkan konsep konsep metafisika nya (bila itu di ungkap di forum debat) dan bukan langsung menyerang keyakinannya
Ya,kontra argumentasi selemah atau se salah apapun itu mungkin akan lebih baik dan harus lebih dihargai ketimbang cara menyerang pribadi sang lawan debat.soal benar-salahnya bila sudah tiba ke ujung perbedaan yang sudah tidak bisa di damaikan lagi maka serahkanlah kepada Tuhan yang maha benar,jangan pernah memposisikan diri menggantikan posisi Tuhan sebagai Yang maha benar.janganlah idealisme mencari kebenaran berubah menjadi ambisi mencari kemenangan.sebab seorang rasul sekalipun betapapun ia selalu berbicara tentang kebenaran tetaplah tidak bisa berubah menjadi Tuhan yang maha benar,apalagi hanya sekedar manusia biasa walau menggenggam gelar intelektual,failosof,saintis dlsb.jangan dengan gelar gelar atau atribut tsb.seolah kebenaran menjadi seolah mutlak berada di fihak kita.dibalik atribut apapun kebenaran tetaplah suatu yang harus dicari cari.kebenaran akan memihak kepada para pencari dan pecinta nya bukan pada gelar gelar yang disandang manusia.
Bila lawan debat memberi kontra argumentasi maka itu sebenarnya akan memudahkan publik untuk ikut menganalisis permasalahan,ikut mencari solusi jalan keluar,ikut menilai dan intinya lebih menikmati serta menghargai suasana perdebatan.tetapi bila para peserta debat terjerumus kepada saling serang menyerang pribadi maka bisa jadi publik yang menonton malah menjadi muak melihatnya
Dan ini berdasar pengalaman saya pribadi.ketika saya menonton acara acara debat dan melihat peserta yang sudah terjerumus kepada saling menyerang pribadi bukan mengadu konsep atau argumentasi maka rasa muak biasanya menyeruak dalam hati
Mengungkap kontra argumentasi kepada lawan debat apa susahnya ? ... pasti susah kalau emosi yang lebih mengemuka sedang ide belum ada.akhirnya cara paling gampang adalah menyerang pribadi sang lawan debat, itu yang biasanya terjadi
Contoh,bila saya mengatakan bahwa realitas itu terdiri atas dua bagian antara yang materi dan yang non materi maka ketimbang misal mengata ngatai saya bodoh-tolol dlsb. karena mengungkap pandangan seperti itu maka mengapa tidak mengungkap kontra argumentasi dengan menyatakan bahwa realitas itu hanya terdiri dari satu dimensi yaitu yang materi semata ? Soal benar salah nya biarlah publik kelak yang menilai
Dengan memuntahkan kata kata yang menyerang pribadi tapi minus kontra argumentasi maka bukan saja sang lawan debat akan kebingungan tetapi pastinya para pemerhati perdebatan itu sendiri,mungkin mereka akan bertanya tanya ; orang ini maunya apa-gimana ? Maka kecurigaan bahwa yang bersangkutan sedang mencari kemenangan,atau reputasi pribadi agar nampak lebih baik dimata publik ketimbang lawan debatnya otomatis akan mengemuka
Pasti akan ada kekurangan dan kelemahan dari tiap individu para peserta debat, tetapi kalau itu dijadikan senjata untuk saling menyerang pribadi,bukan bahan ilmiah untuk menyusun kontra argumentasi yang lebih baik maka tidak akan ada yang lebih baik dalam arena perdebatan itu kecuali hanya melahirkan manusia manusia picik pencari kemenangan-bukan kebenaran
'saya akan tunduk pada kebenaran walau itu ada pada lawan debat saya !' ...itu seharusnya prinsip yang harus dipegang seorang pencari kebenaran sejati
..........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H