......
Berfikir adalah fitrah alami manusia,tetapi apakah berfikir itu sebuah kegiatan yang bisa tanpa memiliki tujuan atau bila sesuatu memiliki tujuan maka ,apa tujuan anda berfikir serta Apa  yang mengarahkan anda pada tujuan itu (?) .... dan bagaimana hubungan antara tujuan berfikir dengan seabreg rambu-peralatan berfikir yang tersedia dalam dunia filsafat itu ?
Kita analogikan kegiatan berfikir itu dengan berkendara di jalanan umum perkotaan yang dipenuhi dengan rambu rambu lalu lintas,nah berfikir pun memiliki rambu rambu nya tersendiri sehingga berfikirpun mesti dengan melihat serta mematuhi rambu rambu tertentu yang telah dibuat serta disepakati yaitu kaidah berfikir yang benar agar kita bisa memperoleh hasil - rumusan yang benar. dengan mematuhi kaidah berfikir itulah kita diharapkan sampai kepada tujuan sebagaimana yang kita inginkan misal mencari kebenaran yang bersifat hakiki.
Tetapi apakah mematuhi semua kaidah berfikir yang benar yang telah disepakati merupakan tujuan utama (?) .. tentu bukan.kita analogikan bila seseorang berkendaraan dari Bandung ke Surabaya dengan tujuan tertentu tentu dijalan ia akan menemukan berbagai rambu lalu lintas yang mau tak mau harus disepakati dan dipatuhinya,tetapi apakah ia berkendaraan dari Bandung ke Surabaya dengan tujuan utama untuk mematuhi semua rambu yang ada di sepanjang jalan yang dilaluinya (?) tentu bukan. sehingga semua rambu yang ada disepanjang jalan dari Bandung ke Surabaya itu hanya sekedar alat-sarana agar ia bisa sampai ke Surabaya dengan selamat,bayangkan andai rambu rambu itu tidak ada maka ia bisa tidak sampai ke Surabaya karena tersesat dijalan atau mengalami kecelakaan dijalan sehingga tidak sampai ke tujuan
Nah sekarang terkait membicarakan masalah rambu rambu berfikir-metodologi berfikir-kaidah berfikir yang benar maka sebaiknya kita masuk terlebih dahulu ke dunia filsafat utamanya cabang ilmu logika,disitu kita akan menemukan seperangkat aturan berfikir yang benar  sesuai kaidah ilmu logika yang bahkan terkesan sangat ketat karena misal disana kita akan di perkenalkan kepada berbagai bentuk sesat fikir apabila manusia melanggar rambu atau kaidah berfikir tertentu sebagaimana yang telah tertulis dan disepakati
Tetapi apakah tujuan anda berfikir ditentukan atau dikendalikan oleh rambu rambu - kaidah kaidah berfikir yang telah dibuat para ahli fikir sebagaimana yang telah ditulis dalam buku buku pengantar filsafat ilmu atau buku buku pengantar ilmu logika (?) .. tentu tidak,analoginya semua rambu lalu lintas yang ada dijalan raya itu tidak bisa menentukan atau mengendalikan arah tujuan anda berkendara.semua rambu-rambu-kaidah berfikir yang telah dibuat itu akan menjadi hanya sekedar alat-sarana-pengantar (menuju tujuan) belaka sebagaimana semua rambu lalu lintas itu hanya sekedar alat,(hati) anda lah yang menentukan kemana arah tujuannya
Dan lalu masalah epistemologis lainnya kemudian adalah ; apakah rambu rambu-kaidah kaidah berfikir benar yang telah dibuat para ahli itu bisa mengantar anda kepada menemukan kebenaran sejati-hakiki-menyeluruh misal
Lalu selain otak apa fungsi hati dalam kegiatan berfikir ? Mana yang lebih mengendalikan kegiatan berfikir antara otak dengan hati ? Beda antara keduanya adalah ; otak itu tidak memiliki sifat personal jadi ia hanya alat dan hanya mengikuti keinginan hati.sedang hati itu memiliki sifat personal atau bahkan pusat dari sifat personal manusia karena disana terdapat : niat,kehendak,keinginan,tekad,cita cita,tujuan
Sebab berfikir adalah kegiatan fikiran yang tidak saja melibatkan otak tetapi juga hati karena arah berfikir itu lebih ditentukan oleh hati,apakah arah berfikir itu mengarah ke kiri atau ke kanan,kepada yang benar atau yang salah,yang baik atau yang buruk maka itu dikendalikan oleh hati otak seolah hanya melaksanakan apa yang diperintahkan oleh hati.sehingga : apakah rambu rambu-kaidah kaidah berfikir yang telah dibuat para ahli fikir di dunia filsafat itu bisa meng akomodasi semua apa yang ada dalam isi hati manusia (?) ... semua itu merupakan hal hal yang perlu di uji tentunyaÂ
Misal contoh,bila hati manusia berkehendak mengenal apa itu kebenaran sejati-kebenaran yang sesungguhnya atau bentuk kebenaran yang berkaitan dengan masalah ketuhanan maka apakah rambu rambu berfikir yang ada dalam dunia filsafat itu dapat mengakomodasinya ?
Sebab itu dalam berfikir (termasuk didalamnya kegiatan berlogika) yang terutama harus ditekankan memang adalah tujuan nya.sebab orang berfikir-berlogika itu tujuannya bisa berbeda beda, bisa untuk tujuan benar-baik bisa pula untuk tujuan yang salah-buruk.sebagai contoh,seorang yang memiliki tujuan tujuan yang jahat maka ia akan berfikir-berlogika demi untuk tujuan salah nya itu,dan seorang yang hendak mencari kebenaran hakiki untuk dijadikan keyakinan hakiki yang menjadi pegangan maka ia pun akan berfikir-berlogika yang menuju ke arah sana.sebab 'kebenaran hakiki' itu tidak bisa diraih hanya dengan sekedar 'meyakini' secara dogmatis-tanpa kegiatan berfikir,(sehingga keliru bila beranggapan bahwa keyakinan agama itu sesuatu yang bisa diraih serta dipegang tanpa berfikir-berlogika,kecuali agama yang memang sekedar berisi perangkat moral semata-tidak berisi konsep kebenaran hakiki)