Pernahkah anda menemukan gambar puzzle yang masih nampak 'ganjil' karena belum jelas memperlihatkan wujud apa atau siapa sehingga belum bisa kita pastikan gambar apa sebenarnya yang ada dibalik potongan potongan puzzle yang tersusun itu (?) ... itu terjadi ketika potongan potongan puzzle itu belum tersusun secara keseluruhan, artinya masih ada potongan puzzle yang tertinggal ...
Demikian pula pemahaman manusia terhadap gambaran 'kebenaran' (menyeluruh) itu sebenarnya terbangun oleh potongan potongan puzzle ilmu pengetahuan yang membangunnya,dan pemahaman manusia terhadap kebenaran tertentu masih akan ganjil - belum sempurna apabila ada potongan puzzle ilmu pengetahuan yang penting yang belum tersusun atau belum masuk kedalamnya
Itulah, ilmu pengetahuan terdiri dari berbagai jenis - ada di berbagai dimensi.ada ilmu pengetahuan yang bersifat empirik atau ilmu sainstifik-ada ilmu pengetahuan non empirik yang mengekploitasi kemampuan akal bermain logika atau ilmu pengetahuan rasionalistik dan ada ilmu pengetahuan yang berbicara tentang hal yang lebih dalam dari semua itu dan biasanya sudah masuk ke wilayah teologis yaitu ilmu pengetahuan yang berbicara masalah hakikat-makna terdalam-hikmat
 Dan semua adalah ibarat potongan potongan puzzle yang bila kita susun secara sempurna akan menampakkan gambaran tentang kebenaran yang bersifat menyeluruh, dengan kata lain kebenaran (utuh menyeluruh) itu sebuah 'grand konsep' yang terdiri dari potongan potongan puzzle ilmu pengetahuan yang tersusun secara utuh dari berbagai jenis element ilmu pengetahuan yang berbeda beda
Tetapi tahukah anda bahwa potongan potongan puzzle ilmu pengetahuan itu tidak akan pernah bisa disusun secara utuh dan menyeluruh misal apabila seseorang berpandangan materialist ('ber mata satu'-berwatak dajjal) sebab potongan potongan puzzle ilmu pengetahuan yang bisa dan biasa disusun seorang materialist terbatas sebatas ilmu pengetahuan yang bersifat empirik.-bentuk ilmu pengetahuan yang dapat ditelusur dunia inderawi. sebab itu bentuk kebenaran yang bisa nampak kepada mereka hanyalah sebatas kebenaran empirik belaka bukan kebenaran yang bersifat menyeluruh yang didalamnya meliputi dimensi yang bersifat abstrak-gaib-non empirik
Sebab potongan puzzle ilmu pengetahuan itu terserak pada dua dimensi alam yang berbeda, ia ada di dunia alam lahiriah dan juga di dunia alam gaib,di dunia fisik maupun non fisik,di dunia materi maupun non materi, sehingga untuk memahami kebenaran yang bersifat menyeluruh otomatis seseorang harus 'bermata dua' mesti memahami adanya realitas yang non materi - gaib disamping yang lahiriah,yang non fisik disamping yang fisik.sehingga menyusun gambaran kebenaran yang bersifat menyeluruh itu tentu adalah dengan cara menyatu padukan potongan potongan puzzle ilmu pengetahuan yang bersifat materi dan yang non materi,yang ada di dunia alam lahiriah dan yang ada di dunia alam abstrak-gaib..
Sebagai ilustrasi, materialist sering beranggapan agama hanyalah dogma-hanya ajaran moral-sesuatu yang tidak berdasar ilmu, itu sebenarnya sebuah pandangan yang 'ganjil' karena puzzle ilmu pengetahuan yang menghubungkan dunia lahiriah dan dunia abstrak-gaib belum mereka fahami,dan keseluruhannya tidak bisa mereka rangkai secara ilmiah.dan karena mereka sudah terbiasa hanya bergumul dengan potongan potongan puzzle ilmu pengetahuan yang bersifat empirik belaka.itulah sebab konsep kebenaran menyeluruh sulit mereka fahami sehingga mereka cenderung akan selalu jatuh pada bentuk pemahaman terhadap ilmu-kebenaran yang parsialistik - terpotong potong kepada beragam isi kepala yang berbeda beda
Mereka (materialist) terbiasa bergumul dengan potongan potongan puzzle ilmu pengetahuan yang bersifat empirik dan asing terhadap potongan ilmu yang bersifat non empirik.sehingga materialist bukan menata atau menyusun secara keseluruhan tetapi malah terkadang membenturkan potongan yang satu dengan yang lain, khususnya antara potongan yang bersifat empirik dengan yang non empirik karena cara pandangnya yang monolistik (hanya satu arah ke dunia nampak) itu membuat mereka tidak memahami kesatu paduan antara yang empirik dan yang non empirik
Dengan kata lain,hanya orang yang 'bermata dua' (bisa melihat secara berimbang antara ke dunia nampak-empirik dengan ke dunia abstrak-gaib) itu yang bisa merangkai potongan puzzle ilmu pengetahuan secara menyeluruh dan tentu yang ujungnya bisa memahami kebenaran secara menyeluruh pula
Secara institusional puzzle ilmu pengetahuan itu terserak di dunia sains - filsafat - agama, masing masing mengungkap bentuk bentuk kebenaran tersendiri yang berbeda,tetapi memerlukan cara pandang yang lebih luas dan menyeluruh untuk bisa menyatu padukannya satu sama lain.cara pandang materialistik yang memandang ilmu-kebenaran dengan cara pandang yang lebih sempit (bersifat materialistik-melekatkan pengertian 'ilmu-kebenaran' hanya dengan obyek yang terverifikasi secara empirik) atau bersikap memilah ilmu pengetahuan dengan wilayah dunia gaib-dengan agama sudah pasti tidak akan bisa menyatu padukannya
Analoginya,ibarat hanya sebuah konstruksi besi beton raksasa yang bisa menyatupadukan seluruh material bangunan yang lalu membentuk sebuah bangunan gedung besar dan tak bisa dibangun diatas konstruksi besi beton yang sederhana.memerlukan bangunan konstruksi ilmu pengetahuan 'raksasa' (yang disumbangkan sains-filsafat-agama) untuk bisa menggambarkan adanya konsep kebenaran menyeluruh
Maka bagi para pencari kebenaran sejati yang bersudut pandang universalistik-berkarakter menyeluruh, menyusun potongan potongan puzzle ilmu pengetahuan yang beraneka ragam itu adalah merupakan tantangan berfikir tersendiri dan tentu merupakan kenikmatan spiritual tersendiri yang tiada taranya
.......
Disarankan berlanjut ke membaca artikel ini sebagai pelengkapnya :
https://www.kompasiana.com/ujangbandeung/problem-hubungan-agama-dengan-ilmu_551287758133116d58bc5f9c
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H