Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meme Tiang Listrik dan Luka Keluarga Setnov

19 November 2017   16:52 Diperbarui: 19 November 2017   18:58 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images :www.solopos.com

Padahal kalau direnungi apa yang menimpa orang lain dengan segala penderitaannya itu suatu saat mungkin saja menimpa kita dan kitapun berpotensi melakukan kesalahan yang sama dengan orang yang kita hukum

Secara moral andai seorang berkedudukan atau  pejabat tinggi melakukan kejahatan dan lalu dihukum seharusnya kita bersedih hati,bukan berduka karena ia dihukum tentunya karena itu adalah merupakan  sebuah keniscayaan serta keadilan tetapi bersedih mengapa orang yang awalnya kita hormati itu harus menjadi pelaku kejahatan.

Sebagaimana kita seharusnya berduka, mengapa di dunia ini banyak sekali terjadi kejahatan maka demikian pula kita harus berduka andai saudara saudara kita atau bahkan pemimpin kita jatuh kedalam kejahatan bahkan andai mereka mendapat karma sebagai akibatnya maka kitapun harus tetap berduka sebagai makhluk yang masih memiliki ciri bermoral.

Tetapi tentu manusia juga  adalah makhluk yang memiliki emosi-hawa nafsu sehingga tidak selalu tiap fenomena mereka respon terlebih dahulu dengan perenungan yang mendalam misal,sebagian lantas menjadikan kemalangan yang terjadi pada orang lain yang mereka benci sebagai ajang pelampiasan nafsu.

Atau sebagai cermin lain adalah para pelaku persekusi terhadap pasangan muda yang menghebohkan itu. setelah menggerebegnya maka lalu mereka mengaraknya dengan nyaris tanpa pakaian..tetapi nampaknya  itu hanya sebuah fenomena pelampiasan nafsu atas apa yang mereka anggap kekotoran karena sulit untuk mengatakan peristiwa itu digerakkan oleh orang orang setelah mereka melakukan perenungan yang mendalam.

Orang yang bersalah memang harus dihukum, itu adalah prinsip dasar hukum dengan beragam makna dibalik bentuk hukuman itu tetapi apakah hawa nafsu manusiawi juga harus diikut sertakan dalam proses nya ?

Atau cermin yang lebih besar lagi  mungkin bisa kita dapati dalam riwayat Isa al masih  A.S, suatu saat datang serombongan bani Israel dengan mengarak seorang perempuan pezina membawanya kehadapan beliau Isa al masih dengan tujuan agar beliau bersama mereka menghukumnya dengan merajamnya.tetapi beliau memiliki pandangan lain, dengan lantang beliau mengatakan kepada kaumnya : ' siapa yang merasa tidak berdosa maka silahkan maju untuk melempari wanita itu' ... dan tak ada seorang pun dari kaumnya yang berani maju kedepan.

Beliau tentu bukan hendak mencontohkan pengampunan begitu saja atas suatu dosa yang nyata atau mencontohkan pelecehan terhadap hukum tetapi beliau memiliki misi yang lebih tinggi dan lebih mulia ketimbang sekedar melaksanakan suatu kewajiban hukum yaitu ingin mengajari manusia suatu nilai moral bahwa sebelum kita menghukum orang lain kita harus bercermin diri terlebih dulu bahwa diri sendiri juga bukanlah orang yang bersih dari dosa

Sok moralis? ah lebih baik menerima tuduhan seperti itu ketimbang tidak membicarakannya sama sekali, setidaknya sebagai sebuah alternativ pandangan 
.......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun