Untuk lebih memperjelas permasalahan diawal saya ingin membuat analogi terlebih dahulu :Â
Misal saya melakukan pembunuhan terhadap isteri saya dan lalu polisi berhasil menangkap saya dan beberapa waktu kemudian saya pun dihadapkan ke pengadilan.nah di pengadilan seorang terdakwa sudah terbiasa membuat sanggahan maupun pembelaan.lalu saya pun berupaya membuat pembelaan dengan mengungkap latar belakang peristiwa yang menurut saya 'teramat kompleks'.
Misal saya mengungkap latar belakang sering terjadinya percekcokan maupun mengungkap karakter-perilaku isteri yang tidak baik serta tidak disukai.dan dengan melihat pada latar belakang multi kompleks yang saya ungkap itu lalu sang hakim pun faham akar permasalahannya dan lalu memutuskan untuk membebaskan saya dari dakwaan kejahatan
Nah bagaimana menurut anda,bisakah 'latar belakang multi kompleks' yang saya ungkapkan itu menjadi argumen yang bisa membebaskan saya ?Â
Andai hal itu terjadi di pengadilan maka sudah pasti itu akan menimbulkan reaksi keras dikalangan para abdi hukum yang masih berfikiran waras. Mereka akan menyatakan bahwa kejahatan hakikatnya adalah kejahatan,ia tak bisa digugurkan oleh argumentasi sebab akibat yang melatar belakanginya. mereka mungkin akan berargument bahwa seharusnya saya melakukan beragam upaya yang baik dan benar dan bukan lantas membunuhnya.para abdi hukum yang masih waras itu mungkin akan mengajukan pertanyaan : apa usaha perbaikan yang pernah saya lakukan untuk memperbaiki hubungan dengan isteri kalau memang anda memiliki niat baik ?Â
Dengan kata lain,dipengadilan hakikat-essensi harus ditempatkan sebagai hal utama yang harus dinilai dan semua latar belakang yang menyertainya harus dilihat secara proporsional jangan sampai digunakan sebagai argument untuk menutupi hal yang essensialÂ
............Â
Sesungguhnya pemerintah Myanmar dan kompatriotnya serta para pembela mereka di seluruh dunia PERSIS menggunakan argumen seperti itu ditengah cercaan serta kemarahan masyarakat internasional terhadap tindakan refresif mereka terhadap etnis Rohingya
Mereka berargument bahwa permasalahan yang mereka alami seputar Rohingya itu bersifat multi kompleks: latar belakang politik-sosial-ekonomi-separatisme dll.dll dan mereka meminta masyarakat internasional tidak memandang permasalahan Rohingya secara simpel, hitam-putih misal tuduhan kasus genocyda atau pertikaian berlatar belakang agama
Dengan mengajukan argument 'multi kompleks' itu penguasa Myanmar ingin seolah ingin meminta masyarakat dunia 'memaklumi' dan kalau bisa membenarkan tindakan mereka melakukan pembantaian serta pengusiran terhadap etnis RohingyaÂ
Sehingga kita seolah diminta merekonstruksi kembali persoalan Rohingya dengan hanya mengikuti kacamata sudut pandang mereka.sehingga bagi kita kemudian lalu akan timbul pertanyaan : Tragedy Rohingya itu hakikatnya kejahatan kemanusiaan ataukah hanya sekedar ekses logis dari konflik berlatar belakang politik-ekonomi-sosial-separatisme ? .........Â