Betulkah kita telah lebih beradab dan dunia telah memasuki peradaban baru ?
Bila kita bertanya kepada kaum intelektual-terpelajar sebagai barometer pelaku serta penjaga peradaban dunia, apakah itu akademisi, politikus,atau ekonom atau ilmuwan dari berbagai disiplin keilmuan, apakah dunia saat ini telah lebih beradab ketimbang dunia di masa silam katakanlah era zaman romawi ke belakang(?),.. maka mungkin mereka akan sontak mengatakan bahwa tentu dunia saat ini adalah dunia dengan peradaban yang jauh lebih maju ketimbang dunia di masa silam
Dan bila mereka diminta menunjukkan contoh instrument yang menjadi ciri dari peradaban dunia yang lebih maju maka mungkin mereka akan menunjuk pada kemajuan teknologi sebagai contoh mercusuar nya,utamanya teknologi komunikasi yang membuat warga dunia menjadi serasa saling berdekatan, sekaligus bisa saling memantau satu sama lain, kemudian lenyapnya perbudakan, lalu dunia yang lebih tertata dimana segala suatu telah lebih terorganisir, contoh dunia pendidikan yang telah terintegrasi dengan baik antar berbagai negara,atau lahirnya  organisassi semacam PBB sebagai lembaga multinasional tempat segala bentuk perselisihan antar negara diselesaikan, kemudian diproklamirkannya prinsip  HAM-demokrasi sebagai benteng serta pengawal peradaban baru  agar manusia tidak jatuh pada kondisi sosial yang tidak beradab seperti semasa era zaman Romawi ke belakang saat hukum rimba lebih berlaku: siapa kuat ia yang menang dan berkuasa.prinsip HAM dibuat dengan tujuan agar manusia tidak bertindak semena mena terhadap sesamanya dan prinsip demokrasi dibuat agar seluruh rakyat memiliki hak politik yang setara, demikianlah kira kira grand design tatanan dunia baru di bidang sosial
Tapi kalaulah boleh menyelipkan secuil pertanyaan : mengapa di dunia yang katanya lebih beradab itu masih terjadi perbuatan yang sangat tidak beradab seperti pembantaian terhadap kaum Rohingya yang dilakukan oleh rezim Myanmar dan lebih dari itu mengapa terjadi pembiaran terhadap peristiwa itu disaat keadaan  sudah menuntut bahkan memungkinkan perbuatan biadab  itu untuk dihentikan ? artinya,sebenarnya banyak hal yang bisa menghentikannya bila memiliki niat kuat tetapi mengapa hal demikian terus dibiarkan
Kalaulah boleh kita bercermin ke beberapa waktu ke belakang dimana kita pernah menyaksikan bahwa kekuatan dunia terorganisir itu dengan sigap pernah menghentikan kekuasaan yang dianggap otoriter dan merusak : di Irak,di Afghanistan dan sekarang dibagian Timur tengah lain
Tetapi mengapa kekuatan dunia itu bergerak demikian lamban ketika terjadi pembantaian massal terhadap rakyat Bosnia hingga telah terlebih dahulu terlanjur banyak korban berjatuhan,..dan sekarang malah terjadi pembiaran terhadap pembantaian etnis Rohingya padahal masalahnya sebenarnya terletak pada niat, mau atau tidak untuk bergerak sebagaimana ketika mereka demikian gesit ketika bergerak ke Irak atau Afganistan
Karena terus terang saya membayangkan instrument peradaban dunia baru yang lainnya itu adalah adanya semacam 'polisi dunia' yang bisa bertindak lintas negara, dimana bila ada tindak kejahatan kemanusiaan terhadap rakyat sipil di suatu negara manapun seperti di Bosnia, Palestina dan sekarang di Rohingya,tak boleh lagi ada istilah diplomatik 'tidak boleh campur tangan urusan negara lain' kalau suatu pemerintahan melakukan kejahatan kemanusiaan yang sudah diluar batas terhadap rakyatnya maka sang polisi dunia harus turun tangan dan semua negara diseluruh dunia harus memberi support-jalan serta persetujuan jangan malah ada yang mencoba menghalang halangi
Itulah menurut saya ciri dari umat manusia yang telah memasuki era peradaban baru yaitu era dimana kita tak boleh lagi membiarkan hal hal yang biadab terus terjadi karena manusia di era peradaban baru seharusnya lebih peka terhadap problem kemanusiaan sebagai ciri makhluk yang telah mencapai taraf beradab.sebab apa makna 'peradaban baru' kalau umat manusia masih menampakkan karakter belum beradab misal
Dengan kata lain,bila ada yang masih tidak peduli terhadap tindakan yang sudah berada diluar prinsip kemanusiaan bagaimana bisa mengklaim sebagai makhluk beradab ? dan instrument peradaban dunia baru yang digaungkan seperti 'ilmu pengetahuan' serta prinsip HAM-demokrasi akan menjadi seperti tiada bermakna kalau malah lebih diarahkan kepada hal hal negatif seperti tuntutan bagi pelampiasan pelampiasan nafsu yang negatif atau dijadikan jalan untuk mencari kekuasaan semata
Artinya walau zaman sudah diklaim memasuki era peradaban baru tetapi watak dasar manusia yang terkadang bisa berubah seperti binatang itu ternyata tetap ada dan kemunafikan tetap bersemayam dalam diri manusia.lalu apa sebenarnya keunggulan manusia era zaman sekarang dari segi moralitas kemanusiaan dari manusia era masa silam ?
Coba renungkan,apa beda tindakan rezim Myanmar terhadap etnis Rohingya dengan tindakan penguasa Roma yang melempar tahanannya ke kandang singa misal ?
Bila kita mencemooh penguasa Roma saat itu sebagai ciri manusia serta zaman yang belum beradab maka peristiwa pembantaian Bosnia dan kini Rohingya sebahai contohnya,adalah tamparan keras bagi siapapun yang memandang bahwa kita kini lebih beradab dan dunia telah memasuki era peradaban baru yang lebih baik
Sehingga menurut saya cara terbaik menghentikan kebiadaban itu adalah dengan tindakan refresif bila cara cara politis-diplomatis sudah tidak lagi mempan, sebab kalau mereka diberi ruang berupa 'hak menentukan sendiri urusan dalam negerinya' maka tindakan biadab itu malah bisa makin semena mena
Saya pribadi tidak memiliki kekuatan untuk bergerak selain melalui ujung pena sebagai tanda serta penanda kemarahan saya terhadap tindakan tindakan biadab yang sudah diluar perikemanusiaan, mencoba ikut bergerak mengikuti rekan rekan sekalian yang telah lebih dulu bergerak
...........
Kuatkan dirimu saudara saudara ku mudah mudahan para penolongmu segera tiba ditanah tumpah darahmu dan membebaskanmu dari segala bentuk belenggu penindasan walau andai itu hanyalah sekedar impian ....
 ....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI