Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kuliah Dasar Ilmu Pengetahuan Menyeluruh

31 Agustus 2017   10:42 Diperbarui: 31 Agustus 2017   14:04 1367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images : Attaurehmaan perchstoneandgraeys.com

Kecerdasan membawa orang kepada kebahagiaan tetapi kebodohan menjeremuskan manusia pada penderitaan. Dan jalan menuju cerdas itu adalah dengan melalui ilmu pengetahuan, sehingga seseorang disebut melakukan tindakan yang bodoh apabila tindakannya itu tidak dilandasi oleh ilmu pengetahuan. Di mana ada 1001 macam ilmu pengetahuan yang masing masing bisa kita gunakan untuk berbagai keperluan serta kepentingan hidup kita baik yang berifat lahiriah maupun batiniah,fisik-metafisik.ada ilmu pengetahuan bagaimana berwira usaha untuk menopang hidup di dunia tetapi ada juga ilmu pengetahuan untuk bagaimana mempersiapkan diri menghadapi kematian serta kehidupan setelah mati

Dengan kata lain, ilmu pengetahuan itu ibarat ruas ruas jalan yang biasa orang gunakan sehari hari ketika mereka ber lalu lintas. Ada banyak ruas jalan yang mengantarkan orang pada tujuan yang berbeda beda,artinya seseorang menggunakan ruas jalan tertentu demi menuju tempat yang ditujunya.Ilmu pengetahuan itu identik dengan kegiatan berfikir,sehingga ia bisa diperoleh hanya dengan berfikir.

Dengan kata lain segala suatu apapun yang dihadapi atau hendak dilakukan maka harus didahului oleh kegiatan berfikir, dan 'berfikir' artinya pergerakan dari fikiran fikiran.lalu apa-bagaimana hubungan antara fikiran dengan ilmu pengetahuan? Kalau ilmu pengetahuan itu ibarat ruas ruas jalan lalu lintas maka fikiran itu ibarat beragam jenis kendaraan yang berlalu lalang didalamnya, sehingga tanpa ilmu pengetahuan maka fikiran kita akan menjadi seperti orang yang memacu kendaraan di tengah gurun sahara tanpa tahu kemana arah tujuan yang pasti yang mesti di tempuh,artinya perjalanannya akan penuh dengan berspekulasi sebab ia tak menempuh alur jalan resmi

Ada yang mempararelkan konsep 'ilmu pengetahuan' hanya dengan metode sains yang meniscayakan pembuktian empirik secara langsung,tetapi sebenarnya itu adalah sebuah kekeliruan besar karena konsep ilmu pengetahuan itu bukan identik atau paralel dengan fakta-bukti empirik langsung atau dengan prinsip empirisme tetapi substansinya identik dengan suatu wujud abstrak yang terstrukrur-terkonsep-memiliki konstruksi sehingga tidak bersifat spekulatif,dan wujud terstruktur itu dapat ditangkap serta dikelola oleh alam fikiran manusia,sedang semua fakta empirik serta prinsip empirisme sebagai pengusungnya adalah salah satu komponen atau bagan dari ilmu pengetahuan tetapi bukan konstruksi keseluruhannya tentunya.

Sebab dalam bentangan konstruksi ilmu pengetahuan yang menyeluruh didalamnya ada elemen yang fisik dan non fisik,yang materi dan yang non materi sehingga ilmu pengetahuan tidak melulu menelusur serta mengelola dunia fisik-materi sebagaimana yang dilakukan oleh sains tetapi juga menelusur serta mengelola dunia metafisika-dunia non materi-dunia abstrak termasuk kedalamnya yang gaib dari dunia indera manusia sebagaimana yang digumuli oleh fislsafat serta agama

Jadi sebuah kekeliruan besar apabila ada yang beranggapan bahwa dunia metafisika adalah dunia yang tidak bisa di ilmiah kan dan lalu hanya dianggap sebagai wacana pemikiran semata.dunia metafisik bisa diilmiahkan-masuk kedalam konstruksi ilmu pengetahuan menyeluruh artinya pertama, ia adalah sesuatu yang bisa difahami secara terstruktur-terkonsep-tidak acak-tidak spekulatif. Dan kedua, karena dunia metafisik itu adalah suatu kesatuan eksistensial dengan dunia fisik. Dimana eksistensi yang fisik dapat kita fahami apabila kita mengaitkannya dengan yang metafisik dan demikian pula sebaliknya, kita dapat memahami yang metafisik hanya bila kita mengaitkannya dengan yang fisik.

Dan disamping memiliki hubungan eksistensial keduanya juga memiliki hubungan substansial artinya substansi yang fisik dapat kita kenali dan fahami apabila kita mengaitkannya dengan yang non fisik dan demikian sebaliknya substansi non fisik dapat kita kenali dan fahami apabila kita mengaitkannya dengan yang fisik

Dan bagaimana menjelaskan hubungan substansial-eksistensial antara kedua dimensi yang berbeda itu dalam bingkai konstruksi ilmu pengetahuan menyeluruh maka sebaiknya kita menggunakan manusia sebagai analogi contoh nya karena manusia adalah makhluk yang terdiri dari dua dimensi antara yang fisik dan yang non fisik,jasmani-ruhani,jiwa-raga.kita hanya dapat memahami eksistensi manusia sebagai makhluk hidup yang berfikir-yang memiliki tujuan dlsb. Tentu karena secara inderawi kita dapat menangkap beragam bentuk kegiatan fisik yang ada dalam perikehidupannya, demikian pula kita dapat memahami manusia secara substansial : fikirannya,akal nya,perasaannya itu apabila kita dapat menangkap beragam peri kehidupannya secara fisik.

Sehingga ilmu pengetahuan menyeluruh tentang manusia adalah tentu berkaitan dengan unsur fisik dan non fisiknya secara keseluruhan. Demikian pula substansi serta eksistensi dari realitas fisik dengan yang non fisik-abstrak,sehingga makna 'ilmu pengetahuan' adalah konsep yang menyatu padukan antara yang fisik-metafisik dalam satu konstruksi yang mana konstruksi itu dapat ditangkap oleh peralatan berfikir yang ada pada manusia : panca indera,akal, hati,artinya peralatan penangkap serta pengelola ilmu pengetahuan menyeluruh itu bukan semata yang bersifat fisik seperti dunia panca indera

Jadi bagaimana bisa memisahkan antara yang fisik dengan yang metafisik dengan mengatas namakan ilmu pengetahuan hanya karena yang metafisik itu dianggap tidak bisa ditangkap melalui pengalaman empirik

Dan kita tahu ada berbagai entitas penelusur serta pengelola ilmu pengetahuan yang berbeda : sains-filsafat-agama, masing masing menelusur serta mengelola ilmu pengetahuan pada bagan yang berbeda beda,sains menelusur serta mengelola bagan ilmu pengetahuan yang bersifat fisik sedang filsafat serta agama menelusur serta mengelola ilmu pengetahuan yang bersifat metafisik. Sehingga dalam dunia ilmu pengetahuan kita tak boleh melakukan hal hal yang bersifat malfungsi-berlawanan dengan fungsi nya misal: metodologi sains yang dipaksa harus digunakan untuk menelusur serta membuat tetapan atau rumusan ilmiah di dunia metafisik dan demikian pula sebaliknya metodologi ilmu metafisik bukan untuk digunakan sebagai ilmu terapan atau ilmu praktis di dunia teknologi misal

Sehingga dalam dunia ilmu pengetahuan menyeluruh bila kita ingin memahami kebenaran secara menyeluruh maka kita harus berfikir serta bersikap fleksibel, jangan melulu hanya bergantung serta bersandar hanya pada satu metodologi keilmuan misal pada metodologi empiris sebab penggunaannya akan bersifat terbatas tentunya,ia tak bisa digunakan untuk menelusur serta mengelola dunia metafisik,sebab bila dunia metafisik dipaksakan harus dilihat-dinilai serta dirumuskan dengan menggunakan metodologi empirisme maka rumusan yang dihasilkan biasanya akan nampak ganjil-irrasional

Jangan jauh jauh,kita buat contoh sangat sederhana saja: dengan perangkat sains yang bersandar pada penggunaan pancaindera kita bisa mengamati alam semesta-melihat ada desain wujud yang beraturan didalamnya serta menemukan beragam rumusan-tetapan yang kita kenal sebagai 'hukum fisika' misal. Tapi sains hanya sampai sebatas itu,sains tak bisa menetapkan 'ada wujud sang pendesain dibalik wujud terdesain' misal karena yang membuat rumusan demikian adalah logika akal yang mana bahasan seperti itu biasa digumuli oleh para failosof serta teolog. Sedang agama berbicara atau mengungkap secara lebih jauh lagi yaitu mengungkap 'hakikat' misal dalam kaitannya dengan contoh ini adalah mengungkap hakikat bahwa Tuhan itu ada,sebab tentu sia sia logika akal berbicara banyak tentang Tuhan kalau Tuhan itu hakikatnya tidak ada

Kalau metode empirisme dipaksakan untuk menyelesaikan masalah seperti ini (persoalan sang pendesain) maka bisa lahir rumusan 'Tuhan tidak ada karena tidak bisa dibuktikan langsung secara empirik' dan sebagai muaranya dengan terpaksa mungkin harus dibuat rumusan irrasional bahwa 'wujud terdesain itu lahir secara kebetulan-ranpa peran sang pendesain'. itulah bila metodologi empirisme ingin memonopoli ilmu pengetahuan maka fungsi akal mau tak mau akan terpinggirkan lalu yang akan lahir adalah rumusan rumusan irrasional

Contoh lain,dengan berfikir menggunakan logika kita bisa sampai pada pertanyaan : mana yang lebih dahulu ada ayam atau telur, lelaki atau perempuan ? dimana jawabannya mustahil bisa ditemukan serta ditetapkan oleh logika akal manusia,perlu entitas yang lebih tinggi yang berbicara tentang 'hakikat' sebagai penyelesaiannya. maka disinilah peran agama dalam menyelesaikan persoalan demikian yang lalu menjadi pertanyaan bagi logika akal itu. dimana agama memberi jawaban 'hakiki' (kebenarannya bersifat pasti) bahwa yang pertama diciptakan adalah ayam lalu ayam itu bertelur,yang pertama diciptakan adalah lelaki baru kemudian wanita

Jadi bila ingin mengetahui konsep ilmu pengetahuan serta kebenaran secara menyeluruh maka kita harus faham dimana peran sains,dimana peran filsafat serta dimana peran agama. sehingga jangan ada salah satu fihak apakah itu saintis-failosof maupun agamawan yang ingin memonopoli ilmu pengetahuan serta kebenaran

Kalau digambarkan secara rinci mungkin skemanya begini : sains menemukan serta memberi fakta fakta empirik, filsafat memperbincangkan serta mempertanyakan hal hal di seputar fakta empirik yang ditemukan itu dan agama memberi jawaban terakhirnya.dan bayangkan apabila dalam dunia ilmu pengetahuan tidak ada jawaban terakhir yang bersifat hakiki maka sampai akhir hayatnya manusia hanya akan bertanya tanya dan terus bertanya tanya. Walau sebagai mana kita tahu tidak semua saintis-failosof mau menerima jawaban dari agama,sebagian memilih berspekulasi sendiri sendiri

.........

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun