Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Maaf kalau saya harus keluar terlebih dahulu dari bingkai Immanuel Kant

15 Oktober 2016   14:50 Diperbarui: 15 Oktober 2016   15:35 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertanyaannya : mengapa  akal saya itu sampai ‘berani berani’ nya membuat simpulan simpulan dari persoalan yang sudah berada diluar wilayah pengalaman ? jawabnya sederhana : karena (akal) saya sudah keluar dari bingkai system Immanuel Kant (!) .. coba kalau saya masih setia berada dalam bingkai Kant mungkin saya akan merasa rigid berhadapan dengan persoalan persoalan seperti itu,belum lagi persoalan metafisis yang lebih kompleks lagi

Bayangkan betapa banyak persoalan metafisis yang tak akan pernah terselesaikan apabila jalannya akal mutlak sepenuhnya harus berpijak pada input dunia inderawi.sedang akal itu diciptakan Tuhan untuk menyelesaikan beragam persoalan ilmiah yang bersifat kompleks yang bukan hanya berada di wilayah fisik-materi.itu sebab dalam kitab suci peran-posisi-kedudukan akal sebagai alat berfikir teramat sangat sentral yang-didudukkan melebihi peran inderawi karena proposisi proposisi metafisis dalam kitab suci hanya dapat ditangkap dan difahami oleh akal

Lalu mengapa para failosof kontempiorer sudah mengenyahkan proposisi proposisi metafisis yang sudah dibangun secara susah payah bahkan sebagian di postulat kan oleh generasi para failosof klasik itu (?),karena mereka melakukan hal yang lebih destruktif lagi terhadap peran akal,pertama dengan menjadikan positifisme sebagai matras filsafat dengan agnggapan bahwa hanya disitulah letak kepastian,dan lalu diatasnya di dibangun beragam bentuk pemikiran yang sudah tak lagi  mengacu lagi pada prinsip kaidah kaidah logosentris seperti : relativisme-anti strukturalisme-nihilisme-individualisme-relativisme-pluralisme dan banyak lagi

................................-

Memang benar bahwa terdapat ‘pengetahuan bawaan’ (innate knowledge) yang ditanam dalam alat berfikir yang ada pada manusia yang disebut ‘akal’ dan itu yang membuat akal manusia  memiliki karakter khas yang bersifat permanen-tak dapat berubah.sehingga ke arah manapun akal digunakan maka ia akan selalu berfikir systematik dan karakter demikian dapat melekat pada akal sebagai innate knowledge karena sebelumnya Tuhan telah menciptakan rel nya terlebih dahulu yaitu prinsip dualisme.ibarat kereta hanya bisa berjalan karena sebelumnya telah dibuatkan untuknya rel kereta api maka demikianlah akal berjalan diatas rel dualisme.kalau dunia diciptakan chaos-tak terstruktur-tak terdesain-tak ada yang beraturan-tak ada grand konsep dualistik seperti hukum kehidupan pasti maka karakter berfikir akal yang systematik itu tak akan pernah ada dan tak berguna.itu sebab akal disebut ‘alat baca konsep dualisme’

itu sebab karakter berfikir akal itu selalu memuarakan segala persoalan yang ditelusurinya pada konsep yang bermuatan prinsip dualisme semisal rumusan yang didalamnya terdapat muatan : benar atau salah,baik atau buruk,maju atau mundur dlsb..atau selalu bermuara pada wilayah ‘rasionalitas’. beda dengan penggunaan dunia inderawi yang bermuara pada proposisi proposisi empiristik.dengan kata lain cara berfikir dualistik itu membangun kebenaran berkonstruksi dualistik-bentuk kebenaran yang bisa direkonstruksi oleh cara berfikir akal yang dualistik

Bandingkan dengan konsep konsep yang dibangun dalam ranah filsafat kontemporer yang tidak berkarakter dualistik-sudah tak jelas ‘benar-salah’ nya menurut parameter dualisme.dengan kata lain mengacu pada era filsafat kekinian maka tak selalu filsafat itu paralel dengan istilah ‘rasional’ sebab terkadang pemikirannya teramat spekulatif-diluar bangunan rasionalitas,tidak juga selalu paralel dengan pemikiran ‘obyektif’ sebab terkadang nampak demikian subyektif  

.....................

Keengganan Kant untuk mengeluarkan akal-rasio dari wilayah pengalaman membuat beliau tak bisa membuat jalan ilmiah menuju dunia metafisik, dengan kata lain beliau tak bisa membangun ‘epistemologi metafisik’. sedang Tuhan mengharuskan manusia untuk bisa membaca ‘epistemologi metafisik’ yang dibangun melalui teks teks suci sebagai jalan untuk memahami konsep konsepNya.sebab itulah ketika terjadi penyerangan massive terhadap agama menjelang abad modern maka yang bisa dilakukan Kant adalah sekedar mencoba menyelamatkan agama melalui pintu moral yang kita tahu semakin zaman berkembang maka pintu yang dibuatnya itu makin terasa sempit karena makin manusia berilmu tinggi semakin mereka menuntut jalan ilmiah termasuk ketika hendak masuk ke wilayah metafisik termasuk kedalamnya wilayah Ilahiah.dengan kata lain pintu moral yang dibuatkan Kant buat misi penyelamatan agama adalah jalan pintas yang di zaman ketika ilmu pengetahuan menjadi salah satu panglima peradaban  tentu sudah tak lagi efektif sebab orang orang pun sudah tak mau lagi di doktrin dengan dogma dogma-mereka ingin memahami agama secara lebih ilmiah-minimal dengan melalui alur rasionalitas.di era ilmu pengetahuan agama tak cukup hanya difahami aspek pragmatisnya semata sebagai doktrin-perintah-larangan-perintah berbuat baik dlsb.hal hal yang positif tetapi orang pun akan mempertanyakan serta mempermasalahkan legitimasi teoritis nya dan jalan menuju itu harus ditemukan,ini sejalan dengan fitrah batiniah manusia yang selalu mencari cari dan mempertanyakan kebenaran.sehingga akal-dunia indera harus berjalan mengikuti suara hati manusia yang haus akan kebenaran

Kant tak bisa lagi menggunakan konsep konsep metafisika klasik untuk menyelamatkan agama dari serangan para pengkultus metode sainstifik karena pemikirannya hadir justru untuk merekonstruksi gagasan gagasan klasik yang dianggapnya tidak ilmiah.sehingga tak ada jalan lain bila kita ingin memahami agama secara ilmiah bukan secara moral adalah kita harus membangun epistemologi metafisis,dan jalan menuju kesana adalah dengan mengeluarkan terlebih dahulu akal-rasio dari bingkai Kant.karena analoginya ibarat kita hendak membuat sebuah proyek besar semisal pembuatan pesawat terbang maka itu tak bisa dilakukan disebuah ruangan sempit.di ruangan tempat fikiran Kant bersemayam kita tak bisa membuat jalan jalan ilmiah menuju pemahaman akan konsep ketuhanan yang ilmiah-rasional

..... ............  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun