....
Sebelumnya saya meminta maaf kalau saya menghadirkan istilah-kalimat ‘setan’ dalam artikel yang saya buat untuk Kompasiana ini,yang bagi sebagian orang mungkin ada yang kurang nyaman dengan kalimat ini dan persepsi manusia terhadap hal itu memang berbeda beda,sebagian mungkin menganggapnya sebagai bukan wilayah ilmiah karena keberadaannya tak bisa dibuktikan secara empirik dan lalu menempatkannya hanya sebagai bagian dari dogma.tetapi terlepas dari masalah terkait kepercayaan  saya berupaya menganalisis masalah metafisis ini dengan menggunakan instrument metafisis tiada lain agar dapat difahami secara rasional dan karena kita tak bisa menganalisis persoalan seperti ini dengan menggunakan instrument keilmuan yang biasa digunakan dalam sains tidak juga yang biasa digunakan dalam filsafat Â
Istilah ‘setan’ memang tidak dikenal di dunia filsafat-sains dan mungkin di dunia akademik yang lebih banyak menjejali manusia dengan ilmu ilmu empirik atau ilmu yang berhubungan dengan dunia fisik
Tetapi menarik untuk direnungi pendapat seorang agamawan yang mengatakan bahwa ; semakin setan tidak dikenali semakin ia merasa bebas bergerak.analoginya; seorang maling tidak akan merasa leluasa masuk ke sebuah rumah yang penghuninya tahu bahwa ia seorang maling,seorang penipu tidak bisa bebas bergerak di lingkungan orang orang yang tahu bahwa ia seorang penipu
Selanjutnya sang agamawan mengatakan 'sebab itu tak usah heran bila pengaruh iblis-setan lebih mudah merasuki fikiran orang orang yang tidak mengenalnya tanpa mereka sadar bahwa setan telah mempengaruhi jalan fikirannya dan ikut membentuk filosofi hidupnya.beda dengan orang beriman yang walau tidak melihat wujudnya tetapi mereka mengenali karakteristiknya sehingga ketika bisikan setan mencoba mempengaruhi fikirannya maka serta merta ia akan berusaha mengenyahkannya'. Â Â
Lalu bagaimana manusia bisa mengenali karakter saitan ? .. secara logika sebenarnya tidaklah rumit, saitan dikenali oleh manusia karena ia diperkenalkan oleh Tuhan sebagai musuh-antitesis dari diriNya. jadi kita mengenali setan oleh karena sebelumnya kita mengenal Tuhan.dan mengetahui bahwa Tuhan dan setan adalah dua kutub yang berlawanan dan serba berseberangan dalam segala hal.sehingga bila kita mengenal karakter Tuhan maka secara logika kitapun akan bisa mengenal  karakter setan.analoginya : bila kita ingin mengenali fikiran seorang sosialis maka kenalilah atau bercerminlah pada yang menjadi lawanan nya yaitu fikiran seorang kapitalis.bila kita ingin mengenal fikiran orang jahat bercerminlah pada fikiran orang baik
Tuhan-setan adalah dualisme yang familiar dikalangan orang beriman sebagai dua kutub yang saling berlawanan,tetapi bukan berarti keduanya sederajat karena setan dapat eksist di dunia manusia dengan karakternya itu karena memang diberi kekuasaan atau kewenangan oleh Tuhan
.......................................
Nah banyak akademisi-intelektual yang mencoba menganalisis persoalan dunia gaib dengan menggunakan kacamata atau pendekatan fisika quantum dan  element element dunia quantum seperti : atom-elektron-partikel  digunakan untuk menjelaskan fenomena yang bersifat gaib,mungkin mereka risih menggunakan istilah ‘setan’ -‘jin’ sebagai instrument keilmuan untuk meng analisis karena takut dianggap tidak ilmiah atau takut dianggap mistikus ketimbang ilmuwan
Tetapi bagi seorang beriman yang mengimani adanya hal hal yang gaib dan dengan mata batinnya dapat meraba  kehadiran makhluk gaib seperti setan,analisis dunia gaib dengan menggunakan instrument fisika quantum  itu hanya melahirkan penjelasan yang bersifat ‘teknis’ bukan penjelasan yang bersifat substansial sehingga tidak dapat membedah intisari persoalan atau dengan kata lain, penjelasan dengan menggunakan pendekatan fisika quantum tidak akan bisa mengungkap mistery dunia gaib yang sesungguhnya secara terang benderang
Itu sebab orang beriman sering menggunakan dualisme Tuhan-setan  untuk menganalisis persoalan dunia gaib semisal persoalan yang sedang membuat heboh masyarakat saat ini yaitu soal kesaktian Dimas Kanjeng,seperti yang akan saya coba lakukan dalam artikel ini
Mengapa saya menggunakan dualisme Tuhan-setan untuk menganalisis persoalan Dimas Kanjeng,.. karena sebagaimana diungkap diatas,persoalan ini tidak akan bisa dianalisis dan diselesaikan secara tuntas dengan menggunakan teori filsafat-metodologi sains termasuk menggunakan pendekatan teori fisika quantm sekalipun
..........................
Berawal dari kekagetan sekaligus ketercengangan saya terhadap pernyataan seorang Marwah Daud yang merupakan tokoh pelindung padepokan Dimas Kanjeng,beliau pernah mengatakan bahwa  ‘Dimas kanjeng adalah seorang yang diberi karomah dan ilmunya berasal dari Allah’ yang membuat saya tercengang sekaligus tercenung tetapi berupaya berfikir rasional dengan menggunakan dualisme konsep benar-salah : betulkah ilmu Dimas kanjeng berasal dari Tuhan ? atau pandangan demikian itu merupakan suatu pandangan yang salah bahkan bisa menyesatkan ? .. menurut saya memang bisa menyesatkan kalau orang orang lantas menelan mentah kata katanya itu dan percaya bahwa ilmunya benar benar dari Tuhan tanpa analisis metafisis yang rasional
Lalu sayapun ingat dengan dualisme Tuhan-setan,dan baik Tuhan maupun setan-jin adalah sama sama bisa memberi sesuatu pada manusia,sama sama bisa memberi ilmu serta sama sama bisa memberi kekuatan.walau seperti dijelaskan diatas kemampuan setan-jin dalam memberi sesuatu kepada manusia itu tidak bebas tetapi terbatas sebatas ia diberi kuasa dan kemampuan oleh Tuhan, artinya setan-jin tidak akan bisa memberi sesuatu kepada manusia diluar dari yang diizinkan Tuhan. sehingga ilmu serta kekuatan yang diberikan setan-jin kepada manusia tentu tidak akan seimbang dengan ilmu serta kekuatan yang diberikan Tuhan kepada manusia karena Tuhan memberi segala suatu kepada manusia tanpa dibatasi oleh apapun serta siapapun serta tak perlu meminta izin siapapun.sehingga istilah ‘dualisme Tuhan-setan’ itu bukan menunjukkan bahwa dua entitas itu sejajar atau sederajat tetapi sekedar untuk mengenal adanya dua kutub entitas metafisis yang berlawanan pandangan sebagaimana dideskripsikan oleh kitab suci
Nah karena Tuhan dan setan-jin itu entitas yang berbeda- memiliki visi-misi yang berbeda maka ilmu serta kekuatan yang masing masing berikan kepada manusia itu karakteristiknya juga berbeda .bila ingin mengenal karakter ilmu serta kekuatan yang diberikan Tuhan kepada manusia maka apa yang diberikan Tuhan kepada para nabi-rasulNya adalah cerminan nya.
Tuhan memberi  ilmu-kekuatan kepada para utusanNya bukan untuk membuat mereka menjadi orang sakti dan lalu kesaktian itu melekat pada mereka sehingga orang orang menyebut mereka sebagai ‘orang sakti’ misal.faktanya betapapun Tuhan memberi ilmu-kekuatan atau karomah kepada para nabi maka mereka tetap menjadi manusia biasa dengan karakter sebagaimana yang kita miliki,mereka mengalami ketakutan-kecemasan-kegelisahan dan ketika musuh musuhnya melemparinya dengan batu mereka berdarah atau ketika musuh musuhnya membunuhnya maka diantara mereka sebagiannya mati terbunuh.tak pernah ada ceritera nabi yang memiliki ‘kesaktian’ seperti kebal oleh senjata dan kesaktiannya itu membuatnya menjadi orang yang sangat ditakuti.kharisma seorang nabi selalu berwajah manusiawi itu karena mereka  harus mengajarkan kebenaran Ilahiah yang hanya dapat ditangkap dan difahami oleh orang orang yang masih memiliki sifat sifat kemanusiaan.beda dengan orang sakti yang sudah tidak memiliki kharisma manusiawi serta sifat sifat kemanusiaan yang alami sehingga bagi orang yang memiliki mata batin yang kuat mungkin akan lebih nampak seperti gambaran iblis berwajah manusia  Â
Dengan kata lain,ilmu-kekuatan yang pernah diberikan kepada para nabi tidak membuat mereka memiliki karakter sebagai orang sakti lalu menggunakan kesaktiannya itu sesuka hati sesuai keinginan hati mereka atau sesuai permintaan masyarakat yang memintanya.dan kitab sucipun tidak ada yang mengajarkan ilmu kesaktian. sehingga dalam ranah agama Ilahiah kesaktian itu sebenarnya tidak di identikkan dengan Tuhan-agama-ajaran kitab suci tetapi dengan makhluk makhluk halus yang berkolaborasi dengan manusia
Dan dengan kata lain, ilmu-kekuatan atau ‘karomah’ yang diberikan Tuhan kepada manusia itu sesuatu yang sudah dikonsep-disetting-disesuaikan dengan visi dan misi Nya yaitu sebatas untuk digunakan dijalan yang benar-baik dan bermanfaat.dengan kata lain Tuhan tidak akan memberi ilmu-kekuatan-karomah untuk orang orang yang memiliki visi-misi yang berlawanan dengan Tuhan misal untuk tujuan tujuan yang bersifat duniawi seperti memperkaya diri-untuk memperoleh kekuasaan-untuk memperoleh pengasihan-untuk memperoleh aura pesona dlsb.
Itu sebab orang orang tertentu yang tahu bahwa tujuannya salah-tidak sesuai dengan visi-misi Tuhan maka mereka meminta apa yang dapat menunjang atau mengabulkan keinginan mereka itu bukan kepada Tuhan tetapi kepada jin (yang lalu berkolaborasi dengan setan) dan yang menjadi perantara yang mereka datangi pun bukan ulama-ustadz tetapi dukun-paranormal  atau ustadz semi dukun atau dukun berpakaian ustadz  Â
Celakanya adalah apabila orang sakti-paranormal-dukun itu sudah berbaju ulama-ustadz dan lalu menggunakan simbol simbol agama dalam aktivitas kegiatannya maka banyak masyarakat yang terkecoh seolah paranormal itu kiayi dan seolah kesaktiannya adalah karomah dari Tuhan.coba kalau paranormal berpakaian paranormal-dukun berpakaian dukun maka kesaktiannya tak akan orang kaitkan dengan Tuhan-tak akan ada yang menyebutnya sebagai ‘karomah’ paling menghubungkannya dengan makhluk halus seperti jin
................................
Atau,apakah Marwah daud lupa atau tidak tahu bahwa dibalik selain Tuhan itu ada setan lalu jin, dan setan-jin itu pun dapat memberi sesuatu kepada manusia apa yang manusia ingini (sebatas diizinkan Tuhan) ? sehingga lalu ia memparalelkan atau mengaitkan segala yang dianggapnya karomah-kelebihan-kesaktian-kemampuan adi alami (walau penggunaannya berlawanan dengan visi-misi Ilahi) kepada Tuhan ?
Semoga akal fikiran kita masih dapat tegak-lurus-jernih ketika berhadapan dengan problem metafisis menyangkut orang orang yang dianggap memiliki ‘kesaktian’-bukan sebaliknya manusia malah harus kehilangan rasio nya hanya  karena terpukau oleh fenomena kesaktian yang adalah hasil kolaborasi manusia dengan makhluk halus Â
................................
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H