Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ilmunya Orang Sakti Itu dari Tuhan Atau dari Setan?

8 Oktober 2016   20:11 Diperbarui: 8 Oktober 2016   21:19 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa saya menggunakan dualisme Tuhan-setan untuk menganalisis persoalan Dimas Kanjeng,.. karena sebagaimana diungkap diatas,persoalan ini tidak akan bisa dianalisis dan diselesaikan secara tuntas dengan menggunakan teori filsafat-metodologi sains termasuk menggunakan pendekatan teori fisika quantm sekalipun

..........................

Berawal dari kekagetan sekaligus ketercengangan saya terhadap pernyataan seorang Marwah Daud yang merupakan tokoh pelindung padepokan Dimas Kanjeng,beliau pernah mengatakan bahwa  ‘Dimas kanjeng adalah seorang yang diberi karomah dan ilmunya berasal dari Allah’ yang membuat saya tercengang sekaligus tercenung tetapi berupaya berfikir rasional dengan menggunakan dualisme konsep benar-salah : betulkah ilmu Dimas kanjeng berasal dari Tuhan ? atau pandangan demikian itu merupakan suatu pandangan yang salah bahkan bisa menyesatkan ? .. menurut saya memang bisa menyesatkan kalau orang orang lantas menelan mentah kata katanya itu dan percaya bahwa ilmunya benar benar dari Tuhan tanpa analisis metafisis yang rasional

Lalu sayapun ingat dengan dualisme Tuhan-setan,dan baik Tuhan maupun setan-jin adalah sama sama bisa memberi sesuatu pada manusia,sama sama bisa memberi ilmu serta sama sama bisa memberi kekuatan.walau seperti dijelaskan diatas kemampuan setan-jin dalam memberi sesuatu kepada manusia itu tidak bebas tetapi terbatas sebatas ia diberi kuasa dan kemampuan oleh Tuhan, artinya setan-jin tidak akan bisa memberi sesuatu kepada manusia diluar dari yang diizinkan Tuhan. sehingga ilmu serta kekuatan yang diberikan setan-jin kepada manusia tentu tidak akan seimbang dengan ilmu serta kekuatan yang diberikan Tuhan kepada manusia karena Tuhan memberi segala suatu kepada manusia tanpa dibatasi oleh apapun serta siapapun serta tak perlu meminta izin siapapun.sehingga istilah ‘dualisme Tuhan-setan’ itu bukan menunjukkan bahwa dua entitas itu sejajar atau sederajat tetapi sekedar untuk mengenal adanya dua kutub entitas metafisis yang berlawanan pandangan sebagaimana dideskripsikan oleh kitab suci

Nah karena Tuhan dan setan-jin itu entitas yang berbeda- memiliki visi-misi yang berbeda maka ilmu serta kekuatan yang masing masing berikan kepada manusia itu karakteristiknya juga berbeda .bila ingin mengenal karakter ilmu serta kekuatan yang diberikan Tuhan kepada manusia maka apa yang diberikan Tuhan kepada para nabi-rasulNya adalah cerminan nya.

Tuhan memberi  ilmu-kekuatan kepada para utusanNya bukan untuk membuat mereka menjadi orang sakti dan lalu kesaktian itu melekat pada mereka sehingga orang orang menyebut mereka sebagai ‘orang sakti’ misal.faktanya betapapun Tuhan memberi ilmu-kekuatan atau karomah kepada para nabi maka mereka tetap menjadi manusia biasa dengan karakter sebagaimana yang kita miliki,mereka mengalami ketakutan-kecemasan-kegelisahan dan ketika musuh musuhnya melemparinya dengan batu mereka berdarah atau ketika musuh musuhnya membunuhnya maka diantara mereka sebagiannya mati terbunuh.tak pernah ada ceritera nabi yang memiliki ‘kesaktian’ seperti kebal oleh senjata dan kesaktiannya itu membuatnya menjadi orang yang sangat ditakuti.kharisma seorang nabi selalu berwajah manusiawi itu karena mereka  harus mengajarkan kebenaran Ilahiah yang hanya dapat ditangkap dan difahami oleh orang orang yang masih memiliki sifat sifat kemanusiaan.beda dengan orang sakti yang sudah tidak memiliki kharisma manusiawi serta sifat sifat kemanusiaan yang alami sehingga bagi orang yang memiliki mata batin yang kuat mungkin akan lebih nampak seperti gambaran iblis berwajah manusia    

Dengan kata lain,ilmu-kekuatan yang pernah diberikan kepada para nabi tidak membuat mereka memiliki karakter sebagai orang sakti lalu menggunakan kesaktiannya itu sesuka hati sesuai keinginan hati mereka atau sesuai permintaan masyarakat yang memintanya.dan kitab sucipun tidak ada yang mengajarkan ilmu kesaktian. sehingga dalam ranah agama Ilahiah kesaktian itu sebenarnya tidak di identikkan dengan Tuhan-agama-ajaran kitab suci tetapi dengan makhluk makhluk halus yang berkolaborasi dengan manusia

Dan dengan kata lain, ilmu-kekuatan atau ‘karomah’ yang diberikan Tuhan kepada manusia itu sesuatu yang sudah dikonsep-disetting-disesuaikan dengan visi dan misi Nya yaitu sebatas untuk digunakan dijalan yang benar-baik dan bermanfaat.dengan kata lain Tuhan tidak akan memberi ilmu-kekuatan-karomah untuk orang orang yang memiliki visi-misi yang berlawanan dengan Tuhan misal untuk tujuan tujuan yang bersifat duniawi seperti memperkaya diri-untuk memperoleh kekuasaan-untuk memperoleh pengasihan-untuk memperoleh aura pesona dlsb.

Itu sebab orang orang tertentu yang tahu bahwa tujuannya salah-tidak sesuai dengan visi-misi Tuhan maka mereka meminta apa yang dapat menunjang atau mengabulkan keinginan mereka itu bukan kepada Tuhan tetapi kepada jin (yang lalu berkolaborasi dengan setan) dan yang menjadi perantara yang mereka datangi pun bukan ulama-ustadz tetapi dukun-paranormal  atau ustadz semi dukun atau dukun berpakaian ustadz    

Celakanya adalah apabila orang sakti-paranormal-dukun itu sudah berbaju ulama-ustadz dan lalu menggunakan simbol simbol agama dalam aktivitas kegiatannya maka banyak masyarakat yang terkecoh seolah paranormal itu kiayi dan seolah kesaktiannya adalah karomah dari Tuhan.coba kalau paranormal berpakaian paranormal-dukun berpakaian dukun maka kesaktiannya tak akan orang kaitkan dengan Tuhan-tak akan ada yang menyebutnya sebagai ‘karomah’ paling menghubungkannya dengan makhluk halus seperti jin

................................

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun