Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Orang Pintar Bertekuk Lutut di Hadapan Orang Sakti

4 Oktober 2016   17:06 Diperbarui: 4 Oktober 2016   17:55 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
misteriduniamistik.blogspot.com

Lalu bagaimana dengan kesaktian,darimana serta dengan cara apa seseorang dapat memperoleh nya ? apakah kesaktian bisa diperoleh melalui jalan ilmu pengetahuan dan bila bisa apakah ilmu kesaktian dapat dikategorikan sebagai bentuk ilmu yang terstruktur artinya dapat dipelajari secara sistematis oleh umum-siapapun tanpa pengecualian ?

Nah masalahnya adalah; bila ilmu pengetahuan yang biasa diajarkan di dunia akademik- yang terstruktur-dapat dianalisis baik secara empiris maupun secara rasio itu beda dengan ilmu kesaktian maka bagaimana kita harus menempatkan ilmu kesaktian diantara ilmu ilmu akademik,haruskah kita dengan secara sembrono misal menempatkan ilmu kesaktian diatas ilmu ilmu akademis ?

Nah bila tidak bisa dan tidak boleh maka konsekuensinya apakah orang orang pintar boleh bertekuk lutut dihadapan orang sakti atau harus sebaliknya : memperlihatkan bentuk perlawanan, sebagaimana secara prinsipil ilmu akademik itu tak bisa ditundukkan atau direndahkan dihadapan ilmu klenik?

Prestasi ilmu akademik serta ilmu klenik

Prestasi ilmu ilmu yang diajarkan di dunia akademik yang berbasis ilmu empiris tak perlu diragukan lagi,kita dapat menikmati kemajuan teknologi itu karena hasil tumbuh kembangnya ilmu empiris,kita dapat menikmati listrik-televisi-komputer-otomotif-teknologi telekomunikasi dlsb.tentu bukan sumbangsih ilmu klenik.coba saja fikir,sejak zaman dahulu kala hingga hari ini apa kemajuan yang telah dicapai oleh ilmu klenik di dunia peradaban manusia ? keberadaannya bahkan hingga hari ini selalu bersifat negatif-cenderung digunakan sebagai alat kejahatan serta perbuatan perbuatan negatif yang merusak-baik akal maupun iman

Apakah ‘orang sakti’ itu dan mengapa para nabi itu bukan orang sakti ?

Orang sakti sering dilindungi oleh kelompok masyarakat tertentu karena dianggap sebagai seorang yang diberi karomah- keistimewaanoleh Tuhan.padahal tidaklah Tuhan memberikan keistimewaan kepada seseorang melainkan dengan maksud tujuan tertentu yang baik dan bermanfaat.sebagai contoh keistimewaan yang diberikan kepada para nabi dan rasulNya

Tetapi apakah karomah yang diberikan kepada para nabi-rasul yang merupakan orang orang kesayanganNya itu membuat mereka dapat menjelma menjadi ‘orang sakti’ ? dalam sejarah kenabian tak ada seorang nabi-rasul pun yang memiliki kesaktian dan lalu orang orang menyebutnya sebagai ‘orang sakti’.nabi Musa misal,dapat merubah tongkat menjadi ular bukan karena ia memiliki kesaktian melainkan demikianlah Tuhan memerintahkannya untuk melakukannya dihadapan Fir’aun,dan Tuhan-bukan nabi Musa yang lalu merubah tongkat nabi Musa menjadi ular.demikian pula ketika nabi Musa membelah laut merah,itu dilakukan bukan karena beliau memiliki kesaktian tetapi karena Tuhan yang melakukannya

Demikian pula yang terjadi dengan nabi Isa a.s yang diberi mukjizat dapat menghidupkan orang mati atau nabi Muhammad yang dapat menjelajah angkasa luar tanpa bantuan peralatan yang dibuat manusia semua itu terjadi bukan karena mereka sakti.mereka-para nabi-rasul tidak merekayasa-mendesain agar mereka memiliki kesaktian dan bandingkan dengan orang orang yang mendesain-merekayasa agar mereka memiliki kesaktian

Lalu mungkinkah Tuhan memberi karomah kepada seseorang demi untuk tujuan menimbulkan efek yang negatif-menimbulkan budaya berfikir  irrasional-membuat manusia malas berfikir dan bekerja dan lebih jauh lagi membuat manusia menjadi rusak iman nya misal akibat taklid serta kultus individu kepada tokoh yang dianggap ‘sakti’ ?

Bila memang tujuannya baik lalu,mengapa tidak memberi karomah kesaktian itu kepada para nabi dan rasulnya saja-sebagai orang orang yang jelas jelas mencintaiNya dan berjuang mati matian di jalanNya ? mengapa para nabi dan rasul nya dijadikan berkarakter ‘manusiawi’ - sebagai manusia biasa yang bisa tidak berdaya dan bahkan sebagiannya lalu dikejar kejar dan dibunuh ? ...........

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun