Sebab itu untuk memahami pertanyaan serta jawaban dari persoalan; mengapa tak ada garis batas yang jelas-dapat ditangkap mata telanjang-dapat diukur secara pasti dan terukur antara dunia materi dengan dunia non materi-abstrak itu kita mesti membuat satu contoh analogis terlebih dahulu :
Siang dan malam adalah dua keadaan yang berbeda tetapi dua keadaan itu adalah sebuah kesatuan karena keduanya ‘saling melahirkan’ atau memiliki keterkaitan mekanis-keterkaitan sebab-akibat, sehingga bisa disebut siang lahir dari malam dan malam lahir dari siang,karena keduanya merupakan suatu kesatuan maka kita harus memahami bahwa tentunya ada wilayah yang merupakan wilayah peralihan atau wilayah perbatasan antara keduanya, ciri dari wilayah perbatasan antara malam dengan siang atau antara siang dengan malam adalah keadaannya tak bisa disebut siang dan tak juga bisa disebut malam melainkan diantara sifat sifatnya mencirikan keduanya; agak siang karena masih ada terang dan agak gelap karena hampir memasuki malam.
Jadi perbatasan antara siang dengan malam itu ‘tak bisa dipegang oleh tangan’ alias bersifat remang remang.sebagai bahan perbandingan batas antara satu ruangan dengan ruangan lain dalam sebuah gedung itu bersifat pasti-bisa diukur dan ‘dapat dipegang oleh tangan’-tidak remang remang-tidak abu abu.
Nah fenomena ‘remang remang’ yang menampakkan absurditas pun ditemukan oleh para fisikawan di dunia fisika quantum,dimana pengamatan terhadap partikel partikel serba halus menemukan fakta bahwa dunia quantum memiliki dua ciri yang berbeda yaitu di satu sisi dapat diraba-diamati tetapi di sisi lain memperlihatkan karakter tak bisa diukur dengan pengukuran yang serba pasti dan terukur sehingga terkadang dikategorikan ‘remang remang’-absurd.inilah yang mengindikasikan bahwa fisika quantum tidak lagi bermain di wilayah dunia materi ‘murni’ tetapi sudah mulai masuk ke wilayah perbatasan dengan dunia abstrak-gaib,sebab ciri khas dari dunia abstrak-gaib adalah ia tak dapat diukur dengan pengukuran yang serba pasti dan terukur apalagi menggunakan metodologi atau system yang dibuat manusia.
Nah sekarang analogi lahirnya siang dari malam dan malam dari siang itu bisa diparalelkan dengan hubungan eksistensial antara yang materi dan yang non materi, penciptaan harus dimaknai berarti : yang materi menjelma dari yang non materi ,dengan kata lain materi tidaklah ‘telah selalu ada’ melainkan suatu yang secara perlahan timbul-mewujud atau berproses dari yang non materi dengan kata lain keberadaan dunia materi tak bisa dilepaskan dengan dunia non materi.atau dengan kata lain dunia materi bukanlah dunia yang otonom-berdiri sendiri dari dunia non materi-gaib, sehingga semua penjelasan yang komplit-memadai perihal dunia lahiriah-material mestilah menyertakan penjelasan penjelasan yang bersifat abstrak. Dunia materi tak bisa sepenuhnya dideskripsikan oleh metodologi empirisme semata tetapi  mesti menyertakan penjelasan non materi-abstrak untuk memahaminya.atau dengan kata lain, dunia materi tak bisa secara sepenuhnya menjelaskan dirinya sendiri.
Setiap peristiwa yang terjadi ditingkatan dunia fisik dapat kita amati karena kita memiliki dunia indera yang komplit,tidak demikian dengan dunia non fisik,untuk mengamatinya kita harus memainkan alam fikiran.nah pada level fisika quantum manusia sudah mulai bermain dengan alam fikiran ketika mereka mengamati partikel yang mungkin mereka anggap masih sebagai ‘materi’.
 Itulah yang ingin saya tekankan adalah bahwasanya pengamatan dalam dunia fisika quantum mengindikasikan ditemukannnya bukti bahwa dunia abstrak-gaib itu ada dan berbatasan dengan dunia materi dimana ‘wilayah perbatasannya’ kita sebut ‘wilayah samar yang serba tak dapat dipastikan atau serba tak dapat dipostulatkan’ atau wilayah ‘abu-abu’ yang memiliki karakter ganda; disatu sisi bersifat materi dan di sisi lain memiliki karakter dunia gaib.
Tetapi mesti difahami,istilah ‘dunia gaib’ itu sendiri sebenarnya berkaitan dengan keserbaterbatasan manusia, sesuatu disebut ‘gaib’ bukan berarti ia tidak ada tetapi sesuatu yang diluar kekuatan manusia untuk dapat mengalaminya secara langsung,prinsip keserba takpastian Heisenberg sebenarnya mngindikasikan keterbatasan manusia : bila manusia focus ke satu sisi maka sisi yang lain menjadi terabaikan,sehingga ‘tak pasti’ dalam fisika quantum bukan berarti ‘chaos’ atau berada diluar hukum fisika atau tidak sesuai hukum fisika tetapi manusia tidak memiliki kemampuan mengukur berbagai variabel kuantum dalam satu waktu. jadi istilah ‘tak pasti’ itu bukan menunjuk pada hakikat obyek tetapi pada sudut pandang manusia yang terbatas.
Karena karakteristiknya yang unik itu istilah ‘quantum’ kini seolah memiliki dua dimensi yang berbeda,bila kita berbicara tentang mekanika quantum maka ia adalah disiplin keilmuan yang membahas persamaan matematika abstrak yang disebut sebagai ‘fungsi gelombang’ dimana fungsi gelombang ini menyediakan informasi tentang kemungkinan (probabilitas) posisi dan momentum sebuah partikel,ini adalah sisi ‘ilmu fisika murni’ yang biasa digumuli para saintis.
Tetapi kini banyak analisa analisa keilmuan yang berkaitan dengan dunia abstrak,misal dengan dunia ruhani-spiritual-dunia alam fikiran menggunakan istilah ‘quantum’ karena istilah itu dianggap dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan hal hal yang bersifat abstrak,dan ini adalah wilayah dimana istilah ‘quantum’ memasuki hal hal yang bersifat ‘filosofis’ bahkan ‘mistik’, pada wilayah ini para agamawan-failosof-motivator-psikolog bahkan paranormal ikut berkecimpung, karena diantara mereka misal,ada yang beranggapan bahwa pada level tertentu partikel-gelombang itu berkaitan dengan aktivitas fikiran dan perasaan. Dan karena selama ini istilah ‘frekuensi’-energi’-‘gelombang’ misal, yang bernuansa quantum ternyata bukan melulu monopoli para fisikawan, di Barat sendiri hubungan fisika quantum dan fikiran sudah banyak dibicarakan. Mereka berpandangan sains fisika quantum dapat menjelaskan atau membuktikan bahwa fikiran dan perasaan seseorang bisa menciptakan realitas yang diinginkannya. Ini adalah contoh arah fisika quantum yang telah menyeberang ke dunia abstrak atau digunakan sebagai alat untuk menjelajahi dunia abstrak.
Tengok ketika Brian Greene fisikawan universitas Columbia mengatakan bahwa mekanika quantum ‘menyediakan kerangka teoretis untuk memahami alam semesta pada skala terkecil’.tetapi menurut saya pernyataan itu dapat menimbulkan suatu yang dilematis bahkan ambigu,apalagi dibandingkan misal dengan teori Newton atau teori relativitas yang dianggap mengurusi skala terbesar,mengapa ? pertama,karena istilah ‘terkecil’ itu sendiri dalam level quantum tentunya,apabila diamati secara seksama bukanlah materi yang selalu dapat dipostulatkan atau dirumuskan murni sebagai teori fisika, sebab pada sisi lain ia menampilkan karakteristik yang bukan lagi materi seperti yang saya ungkap diatas yang malah bernuansa filosofis bahkan ‘mistik’ menurut pandangan sebagian orang, berbeda misal dengan teori Newton yang tidak secara langsung bersinggungan dengan hal hal seperti itu-murni mendeskripsikan alam semesta yang bersifat fisik-dengan rumusan rumusan yang murni fisika.dengan kata lain pembicaraan tentang fisika quantum selalu ‘merembes’ ke dunia yang diluar dunia fisik.