Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tuhan VS Teori Kuantum

4 Agustus 2015   21:04 Diperbarui: 4 Agustus 2015   21:37 9370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

….

Bila kita mencoba memahami realitas mengikuti sudut pandang kitab suci maka kita akan melihat gambaran wujud semesta yang mekanis-deterministik-serba pasti-permanen-‘hakiki’,sehingga masa depan dapat dipastikan.tak ada gambaran realitas yang acak-chaos atau penuh dengan keserbatakpastian, paralel-serupa dengan penggambaran yang menyangkut dunia gaib,semisal gambaran konsep balasan akhirat sebagai konsekuensi adanya kebaikan dan kejahatan di dunia.dunia nampak dan dunia gaib nampak seperti konstruksi sebuah mesin raksasa yang serba mekanis dimana hukum sebab-akibat menjadi ibarat benang yang merajutnya,sebagai contoh,sebab sebab yang dibuat manusia di alam dunia berkonsekuensi kepada akibat akibat di alam akhirat.itulah prinsip keteraturan-ketertataan mekanistik mulai dari dunia nampak hingga dunia gaib menjadi karakter realitas sebagaimana yang digambarkan kitab suci, secara keseluruhan nampak sebagai sebuah konstruksi yang dapat dibaca oleh cara berfikir akal yang sistematis

Gambaran konstruktif-mekanis yang Ilahiah tersebut paralel dengan deskripsi fisika Newtonian yang melukiskan alam semesta seperti sebuah jam raksasa yang mekanistik-penggambaran alam semesta sebagai mesin rumit yang mengikuti hukum yang tak berubah ubah.fisika Newton menggambarkan alam semesta yang bersifat deterministik-reduksionistik dan realistik,dalam arti teorinya menggambarkan dunia sebagaimana adanya tanpa dipengaruhi sudut pandang pengamat

Tetapi apakah pandangan manusia (saintis khususnya) tentang realitas akan selalu demikian mengikuti pandangan kitab suci-Newton ? … ternyata bahkan asumsi asumsi Newton itu sendiri ‘digoyang’ teori relatifitas dan ‘digugat’ teori kuantum (walau yang menggoyang dan menggugatnya sebenarnya adalah ‘sudut pandang manusia’ bukan sains dalam artian substansialnya)

Dan memang ternyata tidak,revolusi perubahan pandangan manusia terhadap realitas nampak mulai terjadi semenjak munculnya teori relativitas dan puncaknya terjadi pada era fisika kuantum,pada kedua teori itu manusia nampak mulai masuk kepada ‘sudut pandangnya sendiri’ tidak lagi melihat dan menggambarkan obyek secara otonom-sebagaimana adanya-terlepas dari sudut pandang manusia sebagai sang pengamat dan pengukurnya.realitas tidak lagi dipandang sebagai suatu wujud yang ‘hakiki’

Teori relativitas tidak lagi berupaya memandang alam semesta secara ‘menyeluruh dan menyatu’ sebagai sebuah mekanisme yang lepas dari subyektifitas sang pengamat sebagaimana mekanika klasik Newton memandangnya,tetapi mulai masuk ke orientasi melihat bagan per bagan dari keseluruhan dimana sang pengamat menjadi bagian dari pengamatan dan pengukuran sehingga gambaran obyek menjadi bergantung pada posisi sang pengamat, ketika sang pengamat berada di satu tempat pengukurannya akan berlainan dengan ketika sang pengamat telah berpindah tempat.fisika kuantum bergerak lebih jauh ‘kedalam’- ke dunia subatomik,bergumul dengan medan gaya partikel halus dan menemukan prinsip keserbatakpastian didalamnya (bila disangkutkan dengan sang pengamatnya),dan melahirkan paradigma yang berlainan dengan fisika klasik yang orientasi pada membuat rumusan berdasar pengukuran yang serba pasti dan terukur.apa yang terjadi dalam fisika kuantum itu lalu berimplikasi melahirkan revolusi cara pandang manusia-saintis khususnya terhadap realitas mungkin melebihi akibat yang ditimbulkan oleh teori relativitas.dalam pandangan para fisikawan dunia kuantum realitas menjadi nampak ‘absurd’-penuh keserbatakpastian dan interdeterministik-tidak nampak serba pasti dan terukur sebagaimana pandangan fisika klasik

Dalam pandangan ketakpastian kuantum masa depan tidak sekedar tidak diketahui tetapi juga tak dapat dipastikan, beda dengan dunia yang difahami dan digambarkan secara mekanis-deterministik maka masa depan seolah dapat dipastikan dan diputuskan sebagaimana deskripsi kitab suci

Dengan kata lain,tak ada ‘clash’ antara Tuhan dengan mekanika Newton,benturan mulai terjadi ketika fisika sudah bergeser ke era teori relativitas dan puncaknya teori kuantum,mengapa ? .. itulah, sains ternyata bukan entitas yang semata hanya mendeskripsikan obyek dunia materi semata-melahirkan seperangkat hokum-postulat, tetapi juga berimplikasi kepada munculnya sudut pandang sudut pandang baru yang melihat realitas dari dan dengan cara yang berbeda beda,sehingga bandingkan cara manusia melihat realitas di era Newton dengan di era fisika kontemporer.sehingga yang menjadi ‘musuh’ agama sebenarnya bukan sains-bukan fisika tetapi sudut pandang manusia yang lahir dari dalamnya

Masalahnya,apakah cara pandang manusia itu dapat mengubah realitas yang sesungguhnya ?

Sebagai contoh,sejak dari saya kecil dulu hingga saat ini menjelang tua untuk hal hal yang bersifat mendasar di alam semesta ini saya tetap melihat hal hal yang bersifat permanen-tak berubah alias ‘hakiki’ misal perputaran siang-malam,yang hidup selalu mati,yang muda selalu tua,sifat air dan api serta unsur unsur alam lain yang tak pernah berubah,demikian pula apabila saya tarik ke dimensi ruang-waktu yang lebih luas,misal dunia sejak zaman Fir’aun masih belajar merangkak hingga hari ini manusia tetap melihat hal hal yang permanen sebagaimana yang saya gambarkan itu.apa yang berubah-yang merubah apa yang telah dilukiskan kitab suci  ?, padahal dalam rentang waktu sepanjang itu tentu telah banyak dihasilkan temuan sains dan termasuk didalamnya lahirnya beragam pandangan terhadap realitas yang berubah ubah semisal dari pandangan Newtonian ke fisika kuantum

Kalau saya harus memberi penggambaran yang lebih ‘teknis’ : didalam tubuh saya terdapat banyak atom atom dan kalau para fisikawan kuantum meneropong dunia subatomik yang menyusun tubuh kasar saya maka merekapun akan menemukan prinsip keserbatakpastian,tetapi apakah itu menggambarkan bahwa tubuh saya adalah wujud yang tidak memiliki struktur yang serba pasti ? …. bukankah semua komponen yang ada dalam tubuh saya mulai jantung-hati-urat syaraf-paru paru-ginjal-pankreas dlsb.semua berjalan mengikuti prinsip prinsip yang serba pasti-tanpa ada unsur acak serta kebetulan-bukankah tubuh saya dapat saya kontrol serta fungsikan secara mekanistik mengikuti bagaimana keinginan saya  ? dan kalau saya tarik ke dimensi ruang-waktu yang lebih luas,dengan lahirnya prinsip keserbatakpastian di dunia fisika kuantum serta terjadinya pergumulan sudut pandang diantara para fisikawan apakah lalu berimplikasi merubah mekanisme yang terjadi di alam semesta sebagaimana yang telah biasa kita lihat dan dideskripsikan kitab suci ?

Pergumulan antara konsep Tuhan VS teori kuantum sebenarnya bukanlah pergumulan antara Tuhan melawan hukum hukum fisika yang dibuatNya sendiri,tetapi sejatinya pergumulan melawan ‘kacamata sudut pandang manusia’ yang melihat realitas dari kacamata sudut pandang yang berbeda beda sesuai obyek yang mereka gumuli.dengan kata lain, adanya prinsip ketidakpastian di dunia fisika kuantum tidaklah mewujudkan keserbatakpastian di dunia nyata sebab ketidakpastian itu sebenarnya hanyalah efek dari kesadaran sang pengamat akibat keterbatasannya dalam mengamati obyek.atau dengan kata lain adanya prinsip keserbatakpastian ditingkat subatomik itu bukan berarti realitas secara keseluruhan bersifat acak-chaos-serbatakpasti sehingga meruntuhkan ide dasar tentang realitas permanen-hakiki, karena keserbatakpastian itu bukan menunjukkan wujud yang dalam dirinya sendiri bersifat serba tak pasti karena ketakpastian itu hanyalah sudut pandang manusia-sang pengamat yang terbatas.bahkan Einstein dan Max Planck,percaya bahwa detail mekanisme subatomik sebenarnya sangatlah pasti dan deterministik. Einstein menulis ‘keberhasilan awal teori kuantum tidak membuat saya mempercayai permainan dadu ..’..ia yakin bahwa suatu saat orang akan menemukan suatu teori yang dengan itu orang akan mengakui bahwa semua obyek diatur oleh hukum bukan oleh kemungkinan-ketakpastian.Einstein meyakini keteraturan dan keteramalan alam semesta,yang dia khawatirkan akan dirusak oleh factor kebetulan.’Tuhan tidak bermain dadu’ katanya,menunjuk pada kemustahilan apabila Tuhan membiarkan alam semesta berjalan secara chaos-diluar kontrolNYA

keterbatasan manusia sebagai subyek yang mengamati,itulah sebenarnya sumber permasalahan utama yang terjadi di dunia kuantum,bandingkan dengan Tuhan yang maha tak terbatas yang dapat melihat suatu obyek dari satu pandangan yang menyeluruh dan menyatu maka bagiNya tentu tak akan ada prinsip keserbatakpastian,beda dengan manusia yang tak bisa melihat obyek secara menyeluruh dan sulit melepaskan diri dari bagan yang diamatinya

Sehingga dengan ditemukannya prinsip ketakpastian itu apakah pandangan dasar kita terhadap realitas yang permanen-hakiki sebagaimana yang telah biasa kita dan nenek moyang kita lihat itu harus berubah ?

 

ARTIKEL SEBELUMNYA :

http://www.kompasiana.com/ujangbandeung/bagian-3-hikayat-tiga-kacamata-sudut-pandang-yang-lahir-dari-dunia-sains_5512ba90813311ca10bc5fc1

 ………………………………………………………..

 

 Images : chatafrik.com

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun