Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sang mucikari dan PSK bertopeng di TV One

3 Mei 2015   22:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:25 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14306659881052926262

[caption id="attachment_414720" align="aligncenter" width="256" caption="images:webmobilize.net"][/caption]

..

Petang ini saya melihat tayangan di TV One yang cukup sensasional karena menampilkan talk show dengan mengundang nara sumber seorang mucikari dan seorang PSK yang keduanya dipakaikan topeng .. mengapa mereka memakai topeng..mungkin karena mereka sudah terkategorikan sebagai anggota masyarakat yang tercela.lalu entah untuk tujuan apa TV One menampilkan dan mewawancarai mereka dalam acara talk show yang dilakukan diruang yang berpenonton cukup banyak,belum lagi pemirsa TV se tanah air, apakah sekedar hanya ingin membuat ‘sensasi’ ataukah hal itu dianggap sesuatu yang mengandung manfaat tersendiri bagi pemirsa yang menonton (?) .. entahlah ..

Yang membuat saya agak heran adalah orang di zaman ini seperti sudah tak lagi malu memperlihatkan aib nya sendiri dan sekaligus identitas yang dianggap tercela oleh masyarakat yang teguh memegang prinsip moral tentunya, sebab kalau dipikir walau mereka memakai topeng tetapi teman-saudara-tetangga-mantan guru sekolah  mereka dan yang lainnya yang mengenal secara akrab siapa mereka akan tetap dapat mengenalinya kecuali seluruh muka mereka ditutup dengan hanya menyisakan mata doang... dan yang lebih surprise lagi mereka yang bertopeng itu nampak begitu enjoy-begitu menikmati ketika mereka diwawancarai dan tak risih serta tak malu malu mengungkap pandangan pandangannya, sebagai contoh sang mucikari bertopeng dengan lepas-santai nya berkata ‘kalau cantik dan menarik mengapa tidak’ katanya sambil tertawa tanpa beban ketika sang mediator menyodorkan pertanyaan : apakah gadis yang berusia 17 tahun dapat diterima (?) …. Ya Tuhan … itu artinya mereka tampil didepan publik tidak dengan perasaan bersalah

Mereka nampak tampil lepas-tidak rigid-tidak risih tampil dihadapan publik luas seolah tak peduli dengan status negative nya itu yang membuat saya sedikit termangu mangu .. ataukah saya yang memang sudah out of date-ketinggalan zaman-yang belum memahami bahwa ini sudah zaman menjelang kiamat tiba dimana orang orang sudah tidak lagi harus malu malu dengan status serta perbuatan mereka yang tercela

Dan sang mediator-pewawancara yang juga nampak lepas-tidak risih ketika berhadapan dengan nara sumber yang bertopeng nampak berupaya menggiring opini publik agar masalah prostitusi tidak perlu dipandang secara ‘hitam putih’  maksudnya mungkin tak perlu dilihat dengan kacamata sudut pandang agama-moral dan harus lebih dilihat sebagai ‘problem sosial’ dengan mengatakan bahwa ‘prostitusi sudah ada sejak zaman dahulu kala bahkan sejak zaman Romawi’ dan itu opini publik yang nampak begitu disukai dan dinikmati oleh para pelaku prostitusi sebab argument demikian itu oleh mereka dijadikan sebagai sebuah ‘pembenaran’ tersendiri bagi eksistensi keberadaan mereka

Maka jadilah topik pembicaraan seputar masalah prostitusi tidak lagi ‘hitam-putih’-menjadi tanpa ‘pemandu’ yang dapat menunjukkan manusia kepada batas yang dapat membedakan mana jalan yang benar dan mana jalan yang salah-mana yang hak dan yang batil dengan segala konsekuensinya yang berat sebab sudah dibingkai – disetting hanya sebagai ‘persoalan sosial’ belaka.dan sebab itu bisa jadi kelak kedepan nanti orang orang-para pelaku prostitusi yang dipanggil untuk menjadi nara sumber akan semakin berani dan semakin lepas dalam menyampaikan ide-pandangan serta tuntutan-tuntutannya sebab mereka merasa dan beranggapan toh hanya sedang berbicara di forum yang bersangkutan dengan permasalahan sosial belaka … dengan kata lain mereka datang bukan untuk ‘diadili’

Entahlah .. mungkin saya atau siapapun akan dianggap salah bila melihat masalah ini lebih dari sudut pandang agama-moral,lalu masyarakat-pemirsa yang menonton harus melihatnya dari sudut pandang atau dengan menggunakan bingkai apa ..fikir saya….

Tetapi itulah dunia,..realitas dengan beragam sudut pandang …dimana yang putih bisa dipandang sebagai kelabu dan yang kelabu dipandang sebagai putih ...

………….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun