Istilah ‘raja Damai’ ini berasal dari literatur Al kitab yang biasa digumuli Bani Israel serta ‘Ahli kitab‘ khususnya,dimana  yang paling fenomenal adalah yang berasal dari nubuatan nabi Yesaya tentang sosok mesias masa depan, yang memberi  manusia  ‘kedamaian dan kesejahteraan’.yang menarik adalah bila kita pertemukan dengan hadits Rasullulah yang berceritera tentang hal yang serupa yaitu dunia yang penuh dengan  kedamaian dan kesejahteraan saat setelah turunnya nabi Isa Al masih ke dunia.
Sebuah pengertian yang datang dari dua arah yang bereda memang menimbulkan sebuah kekuatan tersendiri ,disebut ‘kekuatan’ karena menjadi kebenaran yang disepakati oleh dua bahkan 3 golongan  besar agama langit : Islam-kristen dan Bani Israel,karena semua pasti merindukan sosok Raja damai atau sosok pembaharu dunia itu,apapun sebutan baginya termasuk mungkin sebutan sebagai ‘Imam Mahdi’ oleh umat Islam.
Kita tak menela’ah terlalu jauh ke soal nubuatannya yang mungkin bisa menimbulkan perbedaan pendapat antara satu dengan yang lainnya, sebab itu silahkan saja mengikuti keyakinan masing masing saja,kita batasi saja sebatas memaknai atau menelaah : apa makna yang lebih jauh dan lebih dalam dari istilah ‘Raja damai’ (?) ini yang sangat perlu kita hayati :
Kita yang meyakini suatu kebenaran dan merasa wajib mengatakannya terkadang kita lupa bahwa ketika kita begitu konsentrasi kepada kepentingan untuk mengatakan apa yang kita yakini itu terkadang kita melupakan suatu hal bahwa ternyata manusia tidak hanya membutuhkan apa yang disebut sebagai ‘kebenaran’ tetapi umat manusia pun membutuhkan sesuatu yang lain yang sangat bersifat essensial sebab menyangkut aspek batiniah yaitu  sentuhan ‘rasa kasih sayang’ termasuk didalamnya adalah rasa tenang-tentram - damai (kalau semua dipersatukan =bahagia).
Sebagai contoh betapapun suatu kebenaran kita susun dengan argumentasi yang kita anggap ‘bagus’ tapi terkadang tidak punya pengaruh apa apa  bagi manusia karena tidak menyentuh hati nuraninya yang terdalam alias yang kita sampaikan itu memang benar tapi ‘kering’,tapi suatu ‘sentuhan’ walaupun datang dari perkataan yang ‘acak’ yang tidak kita susun sama sekali sering masuk kedalam hati karena ada ruh cinta kasih yang menyertainya.
Itulah salah satu karakter jiwa manusia yang harus kita dalami adalah kebutuhan yang bersifat essensial terhadap rasa bahagia yang diantaranya yang fundamental adalah berasal dari adanya sentuhan rasa kasih sayang antar sesama,bahkan dibalik karakter dan ucapannya yang kasar terkadang masih ada terselip hati nurani yang rindu akan sentuhan kasih sayang.
Itulah ‘Raja damai’ yang akan datang kedunia tidak saja hanya mengatakan kebenaran yang baku yang ‘hitam-putih’,ini benar-ini salah semata tapi lebih dari itu ia akan memberi umat manusia perasaan damai yang tidak bisa mereka dapatkan sebelum kedatangan nya.sebab diakhir zaman problem umat manusia itu bukan saja masalah ketidak benaran (kebatilan) yang meraja lela tapi juga adanya perasaan resah -gelisah, kehilangan rasa tenang-tentram dan damai,atau secara umum jiwa umat manusia sudah banyak yang merasa 'gersang' akibat kehilangan perasaan bahagia.
Dan itulah suasana dan kebutuhan manusiawi yang ‘ditangkap’ oleh sang Raja damai sehingga ia tak hanya berkhutbah tentang ‘kebenaran’ semata tapi juga memberi manusia sentuhan rasa kasih sayang dan kedamaian yang membuat umat manusia dipenuhi oleh rasa bahagia. inilah sebagaimana yang tertulis dalam al kitab bahwa yang dimaksud ‘saat itu bumi dipenuhi oleh pengertian’ adalah saat itu umat manusia termasuk antar golongan agama akan lebih banyak melupakan sisi sisi yang biasa membuat mereka  saling berbenturan satu sama lain karena saat itu sang Raja damai lebih banyak membawa manusia pada hal hal yang lebih bersifat universal-menyeluruh,atau kepada pengertian pengertian yang bersifat 'mempersatukan' hati sehingga tak ada lagi keinginan manusia untuk bersengketa satu sama lain.
Mengapa ‘perasaan damai’ (yang berhubungan dengan masalah ‘kebenaran’) kini seperti teramat mahal sebab  seperti sulit kita dapatkan (walau sebenarnya bisa kita usahakan ?)salah satu jawabannya mungkin karena manusia yang telah meyakini suatu kebenaran tertentu dalam hatinya tapi kurang bijak dalam melihat segala suatu,misal melihat suatu cenderung dari sisi buruknya atau dari sisi negative nya semata.
Ambil contoh dalam masalah ‘Israel’ : persepsi apa yang ‘biasa’ ditangkap oleh sebagian manusia ketika mendengar nama ‘Israel’ (?) mungkin hal hal yang negative-yang jahat-yang brutal yang biasa menimbulkan perasaan emosi yang negative,sebagaimana yang lebih banyak tertangkap oleh media massa,sehingga berbicara tentang masalah ‘Israel’ mungkin bagi sebagian orang tidak menimbulkan perasaan damai sama sekali.
Tetapi kalau kita kaji secara lebih dalam saya sendiri terkadang menjadi suka bertanya tanya sendiri,dan saya suka membayangkan siapa yang bisa menjawab pertanyaan saya ini : apakah nama ‘Israel’ itu Tuhan ciptakan memang untuk menjadi sebuah ‘citra buruk’ atau menjadi suatu yang memiliki cap ‘negatif’ (?) kalau hanya untuk itu saya suka bertanya tanya kembali  : mengapa dulu Tuhan pernah sangat dekat dan bahkan sangat mencintainya bahkan rela menyisihkan bangsa lain demi Israel.apakah kini Tuhan telah betul betul melupakannya atau kehilangan memory indah dengan kemudian menghantam nya dari ‘arah lain’.atau….ataukah Tuhan sebenarnya hanya tengah ‘bermain’ teka teki (?) artinya dibalik ‘hantaman’ itu Tuhan sebenarnya tengah menyusun suatu rencana tersendiri buat mereka yang mana kita yang diluar Israel tidak mengetahui dan memahaminya (?)atau apa dan bagaimana kelak hubungan antara eksistensi sang raja Damai dengan Bani Israel itu mystery yang kita sama sekali tidak mengetahuinya.
Maksudnya apakah tidak ada lagi sisi baik-sisi positive yang bisa kita gali dan kita dalami dan kita hayati dari nama ‘Israel’ yang bisa membuat ada rasa damai tersendiri dihati (?)tapi saya punya pengalaman batin tersendiri yang indah sehubungan dengan hal itu : ketika suasana dunia tengah panas karena kebiadaban sebagian ‘oknum’ bangsa Israel dan menimbulkan suasana panas dihati yang jauh dari kedamaian Alhamdulillah saya masih bisa membaca dan menghayati isi dari amsal nabi Soelaiman dan mazmur Raja Daud yang menimbulkan perasaan indaaah dan damai tersendiri dihati…………sehingga saya masih bisa melihat dan menghayati ‘Israel’ dari dua sisi yang berbeda dan memandangnya dengan pandangan yang berimbang.
Atau apakah terhadap saudara kita yang beragama Nasrani kita harus selalu mengambil sisi yang langsung berbenturan secara frontal yang akan jauh dari perasaan damai, ataukah Muslim dan Nasrani masih memiliki satu sisi yang disitu keduanya bisa bergabung bersama menjadi ‘kita’ menjadi suatu kekuatan bersama dalam menghadapi musuh bersama sebagaimana yang dinubuatkan oleh para nabi yaitu sang ‘dajjal’ yang kejahatannya justru seperti tak memiliki sisi sisi yang baik lagi yang bisa di dalami dan dihayati karena pemikiran dan pandangan hidupnya memang hanya bermata satu,dan masalahnya ketika kini sang dajjal  kekuatannya tengah mencengkeram dunia maka perlu kekuatan besar untuk melemahkannya,dan pasti kekuatan sang dajjal ini akan lebih bisa dilemahkan dan akan kelabakan andai tiga agama besar langit ini menggempurnya secara bersama sama dari berbagai sisi.sebagai contoh : masih ingatkah anda betapa perkasanya kaum materialist ilmiah yang berusaha memonopoli dunia sains dengan tafsir tafsir materialist yang mengarah kepada pembenaran ideology materialisme ilmiahnya,termasuk kengototan yang luar biasa dalam mempertahankan eksistensi teori Darwin didunia sains walau bantahan atas teori telah datang dari segala penjuru.
Dan tahukan anda bahwa yang melakukan serangan balik terhadap materialist yang bercokol apakah itu didunia filsafat maupun di dunia sains bukan saja kaum Muslim tapi juga dari golongan Gereja dan para pendeta bangsa Israel.sebab ketiganya pasti merasa memiliki kepentingan bersama terhadap eksistensi nama Tuhan dan agama Ilahiah didunia.
Dan tolong perhatikan dengan seksama bahwa 'tikaman' dan hantaman yang berasal dari pandangan materialist yang berada dalam dunia dunia filsafat-sains terhadap agama demikian kuat dan mendunia, sehingga dimana pun didunia ini orang orang tertentu yang hendak berhadapan dalam arti berlawanan dengan agama atau para agamawan atau para pembela agama maka biasanya ia memakai kacamata stigma terhadap agama yang telah dibuatkan oleh dunia filsafat-sains materialistik sebagai 'dalil ilmiah yang resmi' dan 'umum' (sebab mendunia),(ambil contoh : definisi agama sbg 'hanya ajaran moral',atau definisi agama sebagai : 'sesuatu yang tidak berasas ilmu').dan orang terkadang sering tidak berfikir atau menyadari bahwa stigma-stigma seperti itu sebenarnya adalah stigma yang bersifat  'membunuh',apalagi bila kita tidak berusaha mengcounternya secara ilmiah (sebab stigma stigma negatif seperti itu hanya bisa dilawan dengan argumentasi ilmiah bukan dengan emosi atau kekuatan politik).
Artinya soal tikaman tikaman maut terhadap agama bukan saja kalangan Muslim tetapi kaum Gereja maupun para pendeta Bani Israel pun juga pasti merasakan hal yang sama yang arahnya datang dari pandangan materialist di dunia filsafat-sains itu.
Sebab sang dajjal dan seluruh ideology bercorak materialistik serta semua pandangan yang mengikutinya ingin menghapus sama sekali jejak Tuhan dan agama di dunia termasuk hanya ingin menempatkan Tuhan sebagai seolah hanya ‘opini’ atau ‘ilusi manusiawi’ belaka ,diantaranya ingin melenyapkan keterhubungan Tuhan apakah itu dengan dunia filsafat dan kemudian dengan dunia sains,dan ingin menempatkan agama tidak lebih sebagai 'hanya ajaran moral', serta usaha membunuh karakter kebenaran mutlak  agama dengan membuat stigma agama sebagai 'suatu yang tidak berdasar ilmu',belum lagi faham faham yang 'membunuh' (pemahaman terhadap) essensi kebenaran mutlak agama seperti faham 'relativisme' dan banyak lagi bentuk serangan maut yang berasal dari 'kacamata sudut pandang bermata satu'. dan itu semua adalah unsur unsur yang lebih berbahaya yang harus dipikirkan bersama.
Yah kalau hari ini kita belum bisa atau belum mau melihat segala suatu dari banyak sisi dan sudut pandang atau belum bisa menyandingkan antara kebenaran dan rasa damai yang memberi rasa bahagia kepada umat manusia maka mungkin kita hanya bisa menungggu ‘sang mesias’ yang disamping mengajarkan  manusia ‘kebenaran’  sekaligus juga memberi mereka rasa bahagia - kedamaian dan kesejahteraan,karena pada dasarnya Tuhan tahu apa yang dibutuhkan semua umat manusia luar-dalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H