Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Essensi yang menjadi landasan dasar eksistensi

1 April 2014   18:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:13 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

….

Kaum eksistensialist pemuja faham eksistensialisme selalu mengedepankan bahasan tentang eksistensi manusia hingga terkadang lupa kepada bahasan tentang essensi atau hakikat manusia.’eksistensi mendahului essensi’ begitu paradigma kaum eksistensialis.dan mereka merasa bisa membuatkan ‘hakikat’ bagi diri mereka sendiri padahal apa yang mereka buat hanya sekedar idea-bayangan khayali atau pemikiran belaka. karena yang disebut ‘hakikat’ atau essensi adalah sesuatu yang ditetapkan oleh sang pencipta dan merupakan suatu yang tak akan bisa diubah oleh makhluk

Manusia telah diberi oleh sang penciptanya essensi atau hakikat yang tak akan bisa ia rubah dengan essensi atau hakikat yang baru,betapa pun banyaknya idea idea yang bermunculan dari kepala manusia tentang masalah yang berhubungan dengan hal itu

Manusia bisa bereksistensi itu karena pada dasarnya sebelumnya manusia telah memiliki essensi atau ‘hakikat’,artinya mereka bisa bergerak secara lahir-batin karena telah berdiri diatas dasar pijakan yang telah ditetapkan baginya.analoginya manusia bisa bergerak kesana kemari karena telah disediakan oksigen baginya,ikan bisa bergerak kesana kemari karena telah disediakan habitat tersendiri bagi mereka yaitu air

Dengan kata lain tak ada seorangpun yang bisa bereksistensi dari titik nol atau berjalan diatas ruang hampa,manusia tak bisa melenyapkan hakikatnya dan lalu menciptakan ‘hakikat’ baru.semua manusia pada dasarnya ber eksistensi dan seburuk buruk manusia yang bereksistensi misal itu karena dalam dirinya ia telah memiliki unsur yang membuatnya memungkinkan bereksistensi ke arah yang buruk-salah itu

Manusia bisa saja ber eksistensi ke dunia khayali yang bagaimanapun yang ia bayangkan tetapi essensi manusia tetap berpijak pada apa yang telah ditetapkan untuknya, sebagaimana juga manusia bebas mengarahkan alam fikirannya ke arah manapun yang ia kehendaki tetapi salah satu essensi dari kehidupan manusia adalah ia tetap berpijak pada hukum kehidupan yang Tuhan telah tetapkan baginya,seorang ber pandangan idealis atau materialist atau eksistensialis atau rasionalis sama sama akan merasakan sakit, lalu bila dipanjangkan umurnya akan sama sama menjadi tua dan lalu akan sama sama merasakan mati

Bila anda masih tetap menginginkan fakta empirik : semua filsuf dari aliran manapun yang pernah ada pada akhirnya toh mereka semua sama sama kembali pada essensi yang telah ditetapkan Tuhan bagi semua manusia : mati,dan yang masih hidup pun tengah menanti giliran menuju kesana

Kitab suci telah menentukan essensi atau hakikat manusia sebagai makhluk yang terdiri dari : ruhani (nurani)-akal dan rasa perasaan hawa nafsu, dan TITIK, tak bisa dibantah atau dilenyapkan oleh siapapun termasuk oleh para filsuf atau psikolog sekalipun,karena itu yang berupaya membantahnya sejatinya hanya berspekulasi belaka.dan itu artinya sampai kapanpun manusia akan tetap menjadi makhluk yang essensi nya terdiri atas tiga unsur itu, dan eksistensi apapun dan yang bagaimana pun yang manusia buat diatas landasan adanya ketiga unsur itu hal itu sama sekali tak akan bisa melenyapkan keberadaannya

Dan itu artinya seluruh eksistensi manusia akan selalu berdiri diatas realitas adanya ketiga unsur itu.dan karena ketiga unsur itu memiliki karakteristik yang berbeda beda maka karakteristik dari eksistensi tiap manusia juga itu akan berbeda beda.orang yang cenderung berdiri diatas landasan nurani akan cenderung ber eksistensi ke arah yang baik sebab karakter nurani itu telah ditetapkan sebagai unsur jiwa yang selalu cenderung kepada yang baik dan benar.sedang yang berdiri diatas landasan rasa perasaan hawa nafsu akan cenderung bereksistensi ke arah yang salah-tidak baik,sebab karakter hawa nafsu ditetapkan cenderung orientasi kepada kesenangan yang bersifat fisik,sedang yang murni berdiri diatas landasan akal akan selalu mencari cari diantara berbagai pilihan yang ditemukannya

Sebab itu dengan mengamati seluruh eksistensi yang dibuat manusia kita akan bisa meraba hakikat atau essensi yang menjadi dasar pijakan masing masing,bila ada manusia yang ber eksistensi ke arah yang salah-buruk-negatif misal ke arah menjadi hedonis-pecinta duniawi maka kita bisa meraba adanya unsur rasa perasaan hawa nafsu sebagai hakikat yang melandasinya, karena mustahil ia melakukan semua itu tanpa ada hakikat yang telah ditetapkan baginya yang tertanam dalam jiwa nya

Kebalikannya bila kita menemukan seorang yang ber eksistensi ke arah yang baik-benar misal dengan memiliki kesukaan beramal baik-berkorban bagi sesama-berjiwa pengasih dlsb. maka kita bisa meraba hakikat yang ada dalam jiwa nya yang mendasarinya,karena mustahil ia bisa melakukan semua itu tanpa ada hakikat yang telah ditetapkan baginya yang tertanam dalam jiwa nya.

Semua manusia itu hakikatnya ber eksistensi se sederhana apapun - se awam apa pun andai walau ia tak memperoleh pengarahan dari para filsuf eksistensialist sekalipun,sebab ber eksistensi adalah fitrah alami manusia,hanya ada yang betul betul menyadari - mendalami dan mengarahkannya pada tujuan yang ia kehendaki dan ada yang tidak, bergantung pada kualitas fikiran masing masing

……………………………..

Waspadalah dengan filsuf-pemikir yang ‘menjanjikan’ bisa membuatkan hakikat bagi manusia karena sejatinya manusia tak akan bisa menciptakan hakikatnya sendiri (!)..sebab kita harus bisa membedakan apa yang sekedar ‘ide’ dengan hakikat yang sesungguhnya yang telah ditetapkan bagi manusia

Mereka,kaum eksistensialist berupaya membuat prinsip kebebasan sebagai area tempat mereka berpijak dan bereksistensi tetapi se bebas bebas nya manusia ber eksistensi mereka akan kembali jua pada hakikat atau essensi yang telah ditetapkan baginya

Manusia hidup di dunia itu ibarat pemain bola yang bermain diatas lapangan hijau atau seorang selebritis diatas panggung,betapapun seorang pemain bola bebas ber improvisasi tetapi mereka tak boleh keluar dari aturan yang ditetapkan para pembuat konsep permainan,seorang selebritis pada saatnya harus mau tak mau turun panggung.manusia boleh merasa memiliki pilihan untuk bebas tetapi mereka harus sadar apakah landasan dasar tempat mereka berpijak dalam kehidupan  adalah suatu yang bisa mereka ubah ubah (?)

Di alam dunia ini manusia bisa bebas ber eksistensi ke arah manapun mengikuti arahan suara hati masing masing-mengikuti bayangan khayali yang ada dalam kepalanya atau mengikuti rasa perasaan nya sendiri sendiri, tetapi di alam kubur semua khayal dan pemikiran spekulatif manusia akan di preteli, eksistensi hawa nafsu akan dihentikan dan semua manusia akan dikembalikan kepada hati nurani nya masing masing,karena hati nurani adalah salah satu hakikat manusia,saat itu hati nurani akan di bukakan dan manusia akan menyadari apa yang benar dan tidak benar serta apa yang baik dan tidak baik yang telah dilakukannya semasa hidup di alam dunia, itu adalah hukum kehidupan pasti atau ‘hakikat’ lain ciptaan Tuhan yang juga telah ditetapkan bagi manusia

Seperti pepatah lama mengatakan : sejauh manapun burung terbang ia akan kembali jua ke sangkarnya.dan itu tepat untuk menggambarkan bahwasanya sejauh manapun manusia ber eksistensi dengan fikirannya tetapi pada akhirnya ia akan di kembalikan juga pada essensinya.ya, alam kubur adalah essensi bagi keseluruhan umat manusia yang telah ber eksistensi di alam dunia baik dengan fikiran atau pun dengan perbuatannya

…………………

Memang segala suatu baru dapat dimaknai ketika ia eksis tetapi eksistensi itu sendiri pada akhirnya akan menunjukkan essensi apa yang menjadi landasan dasarnya.

Eksistensi akan selalu berkelindan dengan essensi,itu pasti …………………

………………….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun