Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Beda antara 'makna' dengan 'logika'

25 Mei 2014   18:18 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:07 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam ajaran agama Ilahi bentuk ilmu yang mendalami dunia makna di sebut dengan 'ilmu hikmat' dimana dalam dunia hikmat di dalami maksud tujuan terdalam dari Tuhan dalam hal menciptakan segala suatu yang ada dan terjadi.dan bila kita bercermin pada pelajaran ilmu hikmat dari nabi Soelaiman atau ilmu nabi Khidir maka disana diperlihatkan dengan jelas bagaimana ketinggian ilmu ini ketimbang ilmu yang mengedepankan kecerdasan berlogika semata

Dengan kata lain betapapun manusia merasa sangat benar dengan apa yang keluar dari isi kepalanya (dengan logika logika nya) tetapi ketika manusia berhadapan dengan instrument ilmu - kebenaran yang memiliki derajat yang lebih tinggi maka manusia harus menundukkannya ke bawah, sebagaimana dalam kitab suci ditunjukkan bagaimana seorang nabi Musa yang akal nya sangat cerdas itu mau tak mau harus mau tunduk kepada seorang nabi Khidir yang mengajarinya bentuk ilmu yang memiliki derajat yang jauh lebih tinggi ketimbang bentuk ilmu yang berbasis logika 'hitam-putih'

Dalam dunia ber logika segolongan manusia bisa berbenturan dengan segolongan lainnya,mereka bisa berbeda 'logika' karena masing masing berangkat dari titik acuan yang berbeda,melihat dari sudut pandang berbeda serta memakai 'kacamata' yang berbeda walau masing masing memakai peralatan logika yang persis sama,tetapi ketika manusia digiring untuk mendalami 'makna' dari sesuatu yang bersifat kompleks seperti kehidupan misal maka diperjalanannya mereka akan menemukan hal yang sebenarnya bersifat menyatukan

Tetapi di zaman ini khususnya dikalangan para pemikir - cerdik cendikiawan masihkah ada manusia yang memiliki kesadaran sampai kesana (kepada kesadaran seorang nabi Musa dihadapan nabi Khidir )? ... bahwasanya betapa bagaimanapun jauh dan tajam nya kita berlogika tetapi sebenarnya kita semua terkungkung di dunia 'makna' yang bahkan sering luput dari kesadaran kita ...

(dan sebab rahasia ilmu yang terdalam itu ada disana ... )

.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun