Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Nyaman menjejak dunia metafisika

18 Juli 2014   23:53 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:56 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

…

Saya bersyukur kepada Tuhan bisa menjejak dunia ‘metafisika’ dengan perasaan nyaman berbekal bantuan seperangkat ilmu sebagai bentuk petunjuk daripadaNya,karena kalau melihat ke dunia filsafat maka (sambil mengelus dada) .. ada terjadi huru hara dan kegaduhan besar disana seputar dunia metafisika,.. yang dahulu diterima secara a priori dengan fikiran terbuka oleh para filosof klasik ternyata lalu belakangan mulai dipandang dengan penuh kecurigaan,bahkan sebagian mulai memberontak.dan hal ini tentu tak lepas dari kegairahan empirisme yang secara perlahan berhasil menarik alam fikiran manusia dari semula terarah ke dunia metafisik menjadi beralih ke dunia alam fisik - dunia yang serba bisa diverifikasi,apalagi dengan makin berkembangnya sains yang berbasis metodologi empirisme sebagian manusia seperti memiliki alasan yang tepat untuk meninggalkannya dan lalu mengenangnya dalam romantisme masa lalu sebagai ‘sejarah para failosof klasik’

Ya, kegaduhan itu karena ada terjadi pro dan kontra terhadap metafisika sebagai obyek ilmu pengetahuan, hal ini dikarenakan ada anggapan konsep konsep metafisika tidak valid,tidak bisa diverivikasi,tidak konkret, tidak positif, lalu ilmu metafisika dianggap tidak fungsional,dianggap sama sekali tidak bermanfaat. mereka seperti tidak menyadari bahwa perkembangan filsafat hingga bisa membidani lahirnya metodologi empirisme yang memunculkan kegairahan luar biasa terhadap sains, itu sebenarnya dimulai dari pemikiran pemikiran yang bercorak metafisik

Kegaduhan itu khususnya terjadi setelah Kant menolak metafisika sebagai ‘yang ada mutlak’ sebab menurutnya proposisi proposisimetafisika tidak sintesis a priori dan secara metodologis tidak dapat dipertanggung jawabkan

Sikap para pemikir terhadap masalah metafisika terbagi kepada beberapa kelompok,pertama yang tidak merasa berwenang atau mampu memberi jawaban atau pemecahan atas masalah metafisika, sebagaimana ungkapan TH Huxley : ‘saya tidak tahu dan harus puas dengan ketidak tahuan saya’

kedua,yang mengambil sikap pertengahan,mereka yang karena pertimbangan pertimbangan umum masih memberi jawaban baik positive atau negative,ketiga yang secara tegas bersikap menentukan baik positif ataupun negative,yang negative misal yang nampak pada eksistensialisme Sartre : ‘jika ada Tuhan bagaimana saya dapat bereksistensi’ (?) .. sepertinya ia sudah tahu pasti bahwa bila di alam metafisika ada Tuhan maka Ia pasti sama sekali tidak akan memberi manusia kebebasan

Itulah salah satu potret hiruk pikuk di dunia filsafat sehubungan dengan metafisika,sebenarnya ada pintu masuk yang ditawarkan agama tetapi masalahnya adalah, maukah mereka masuk melalui pintu itu atau mereka memilih tetap kukuh hanya mau berpegang pada kekuatan akal fikiran semata dan lalu lebih menyukai menyikapi dunia metafisik dengan spekulasi

……………………………

Ada kelompok yang memilih tak mau ber spekulasi sebagaimana kecenderungan sebagian failosof ketika mereka bertemu dengan problem metafisis,mereka itulah para teis-orang beriman yang lebih suka mencari ‘kepastian kepastian metafisis’ atau yang di istilahkan dengan ‘kebenaran hakiki’ yang bisa dibaca oleh cara berfikir akal rasional dan bisa didalami dan dihayati oleh hati untuk lalu disimpan sebagai ‘keyakinan’abadi sebab mereka sadar mustahil menempuhnya murni sepenuhnya melalui metodologi empirik

Bagi teis - orang beriman dunia metafisika atau yang dibahasakan sebagai ‘alam gaib’ adalah sebuah keniscayaan,sebab itulah pintu masuk menuju kepada mengenal yang maha pencipta,dan orang beriman masuk kedunia seperti itu dengan beragam cara mulai dari yang ringan-sederhana hingga yang lebih rumit,ada yang masuk melalui jalur dogma,jalur ilmu pengetahuan rasional,pengalaman gaib, intuisi dan banyak lagi.dunia metafisika seperti sebuah istana besar yang memiliki banyak pintu masuk

Pintu masuk yang mana yang anda ingin melewatinya (?) …

Bila anda ingin masuk melalui jalur ilmu pengetahuan maka ada tangga ilmu yang strukturnya bersifat hierarkis,bisa mulai dari jalur ilmu yang bersifat empirik ke ilmu sariat-ke ilmu logika-ke ilmu hakikat dan bermuara pada ilmu hikmat

Atau anda ingin jalur yang lebih mudah tidak suka jalur yang berliku dan lebih ingin lewat jalur by pass agar lebih mudah memasukinya maka mungkin cara seperti itu yang paling banyak dipraktekkan.sebagai contoh para kakek-nenek di majelis majelis taklim mungkin (mungkin) lebih menyukai lewat jalur ini

Hanya Tuhan memberi penilaian berjenjang dimana yang bersedia melalui jalur yang lebih sulit-rumit berliku maka ia akan memperoleh imbalan yang lebih tinggi sebab dalam pandangan Tuhan ilmu pengetahuan itu bernilai tinggi sehingga seorang yang beriman dan sekaligus berilmu itu memiliki derajat yang melebihi dari yang sekedar beriman.’berfikir sejenak lebih baik dari ibadah 70 tahun’ demikian menurut al hadits,menunjukkan penghargaan yang sedemikian tinggi nya kepada berfikir sekaligus tentu kepada ilmu pengetahuan hasil berfikir itu,tentu saja berfikir yang mengarah kepada mencari kebenaran sejati

Guna atau efek langsung-tak langsung dari ilmu pengetahuan ketika kita menjejak di dunia metafisika adalah perasaan nyaman artinya nyaman dari serangan dari kanan kiri sebab kita memiliki argument untuk mematahkannya, sebaliknya menetap di dunia metafisika dengan tanpa ilmu yang memadai bisa menjadi tidak nyaman-gelisah ketika ada serangan dari kiri - kanan khususnya dari orang orang yang pada dasarnya bersudut pandang materialist

Kiat lain nyaman menjejak dunia metafisika adalah menyadari keserba terbatasan diri dan banyak berserah diri kepadaNya demi untuk memperoleh ‘kebenaran intuitif’, bentuk kebenaran yang dibisikkan kedalam kalbu sebagai jawaban dari beragam persoalan kompleks-rumit yang masuk kedalam alam fikiran kita

Akal dan batin kita nyaman berada di dunia metafisika karena di alam inilah kita bisa menemukan hal hal yang serba bersifat hakiki : kebenaran hakiki,keindahan hakiki, kebahagiaan hakiki dlsb.berbeda dengan di alam lahir yang penuh dengan kepalsuan,lalu akal fikiran kitapun bisa berfikir dengan jernih karena disana benar - salah bisa menjadi jelas dan terang benderang, berbeda dengan di dunia alam lahiriah dimana benar-salah terkadang malah jungkir balik,yang sebenarnya benar dianggap salah,lalu yang sebenarnya salah dianggap benar,karena di dunia alam lahiriah teramat banyak ‘kacamata sudut pandang manusiawi’

……………..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun