Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Manusia, Makhluk Daging atau Makhluk Ruhani?

16 Agustus 2014   16:06 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:24 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_353239" align="aligncenter" width="300" caption="puisiinspiratif.blogspot.com"][/caption]

..

DUA SISI KONTRAS MANUSIA

Disatu sisi

Bila kita mengamati perilaku manusia yang serba menyimpang - a moral - munkar, misal pelaku seks bebas - film porno - pornografi - pelaku kejahatan seksual,pecandu narkoba, pemabuk, dlsb.yang bersifat negatif maka kita akan melihat sisi manusia sebagai ‘makhluk daging’ - makhluk yang memenuhi tuntutan keinginan sang daging akan kenikmatan-kelezatan - kesenangan yang dirasakan daging. dimana dalam daging itu bersemayam apa yang disebut kitab suci sebagai hawa nafsu, sebuah potensi yang memungkinkan manusia untuk bisa jatuh kepada hal hal yang bersifat negative itu tadi

Disisi lain

Bila kita melihat kecenderungan manusia yang senang melakukan ibadah,senang berbuat baik, yang suka merenung dalam keheningan memikirkan makna - hakikat kehidupan,yang mencari cari kebenaran hakiki, yang mendekatkan diri pada Tuhan ,maka kita akan melihat sisi lain dari manusia sebagai makhluk ruhani

Nah sepintas kita telah melihat dua sisi ektrim yang sangat kontras dari diri manusia,sama seperti adanya dua sisi seperti : hitam-putih,gelap-terang,hina-mulia,benar-salah,baik-buruk.dengan kata lain adanya dualitas dalam kehidupan itu tercermin dari adanya dua sisi yang kontras dalam diri manusia.dan dengan kata lain adanya dua sisi kontras itu membuat manusia bisa melakukan hal yang benar dan juga bisa jatuh kepada berbuat salah,bisa jatuh kepada berbuat kejahatan dan juga bisa tergerak untuk berbuat kebaikan

Masalahnya sekarang :

Apa - siapa institusi yang dapat menggambarkan dua sisi kontras dari diri manusia itu secara jelas-terang benderang-tidak bias-tidak rancu beserta segala konsekuensi akibat dari adanya dua sisi kontras itu (?) ... karena setidaknya ada dua institusi yang menerangkan sisi internal-kejiwaan manusia yaitu agama dan ilmu psikologi

Agama (Ilahiah) memperlihatkan dua sisi yang berbeda dari diri manusia itu secara gamblang-terang benderang - konstruktif seperti hitam dengan putih dan lalu memuarakannya kepada konsekuensi adanya dua bentuk nilai yang kontras pula : ada benar-salah, baik-buruk,mulia-hina.lalu selanjutnya kepada konsekuensi adanya dua jalan yang kontras : jalan sesat-jalan selamat.dan terakhir di ujung, kepada konsekuensi adanya konsep balasan serta dua tempat yang kontras antara : sorga-neraka

Agama tidak membuat teori teori rumit yang membuat pandangan terhadap adanya dua sisi hitam-putih manusia itu menjadi rancu.dengan kata lain agama melihat manusia secara realistik sebagaimana apa adanya dan kenyataannya.dengan kata lain bila kita melihat manusia dengan kacamata sudut pandang agama maka kita akan bisa melihat sisi hitam-putih dari manusia beserta dengan segala konsekuensi hitam-putihnya secara gamblang-terang benderang-konstruktif.bagaimana bila kita melihatnya dengan menggunakan kacamata sudut pandang yang bukan agama misal kacamata sudut pandang filsafat-teori psikologi, apakah juga akan merupakan pandangan pandangan yang berujung pada pemahaman akan keharusan adanya konsep balasan misal (?)

Apakah teori teori psikologi yang ada selalu mengungkap dua sisi dari manusia itu secara gamblang dan terang benderang misal selalu bisa menjelaskan mana sisi ruhaniah dan mana sisi hawa nafsu (?) lalu memuarakannya kedalam pemahaman terhadap konsekuensi akan adanya dua kutub nilai yang berbeda antara benar- salah, baik - buruk yang jelas pula sebagaimana yang ada dalam agama (?)

Dan persoalannya adalah, diantara dua sisi manusia yang kontras itu ada faktor latar belakang yang berbeda beda,orang mengerjakan hal hal yang buruk- a moral yang memperlihatkan sisi hawa nafsunya dengan latar belakang yang bisa berbeda beda,demikian pula orang yang mengerjakan hal hal yang baik-ber moral yang memperlihatkan sisi ruhaniahnya.nah teori ilmu jiwa lebih menelusur sisi latar belakang nya itu.dalam mendeskripsikan jiwa manusia maka ilmu jiwa tentu tidak berujung kepada mengkonsep nilai benar-salah,baik -i buruk secara universal sebab ilmu jiwa sebatas hanya mengekplorasi jiwa manusia bukan bertugas mengkonsep nilai nilai universal (sebagai akibat dari adanya dua sisi kontras manusia itu)

Nah masalahnya dalam menelusur sisi latar belakang ini beberapa teori kejiwaan sering masuk ke penjelasan yang membuat adanya dua sisi kontras manusia itu menjadi kabur-rancu,mana yang berasal dari karakter unsur ruhani-nurani yang harus dinilai baik dan mana yang berasal dari karakter unsur hawa nafsu yang harus dinilai salah-buruk sering menjadi bias.beberapa teori kejiwaan sering nampak seolah malah menjadi pembenaran mengapa seseorang sampai jatuh ke perilaku yang dinilah agama sebagai salah-buruk-a moral-menyimpang misal.seseorang yang di nilai berbuat salah,buruk sering tidak merasa berbuat hal yang salah karena merasa ada teori pembenaran di dunia psikologi,lalu ia merasa apa yang dilakukannya sebagai suatu yang wajar karena merasa memiliki latar belakang yang membuat wajar untuk berbuat demikian.itulah yang saya maksud sebagai bias yang membuat pemahaman hitam-putih menjadi hilang

…………………………………………..

Apakah sains-filsafat memiliki pandangan yang bisa melihat manusia sebagai makhluk yang memiliki dua sisi yang kontras dengan sekaligus mengungkap konsekuensi dari adanya dua sisi kontras itu (?)

Sains hanya berbicara sisi empirik dari manusia itu wajar, sebab sains adalah sebatas ilmu dunia fisik-materi, tidak berbicara tentang bagian dalam dari manusia.tetapi banyak manusia yang masih terlalu berfikir empirik ketika berbicara tentang manusia dan apa yang ada di seputar kehidupannya.misal masih ada yang melihat persoalan konsep balasan, sorga-neraka dengan cara pandang empirik semata dengan hanya mempermasalahkan ada-tidaknya lalu secara langsung mem vonis agama sebagai ‘suatu yang irrasional karena berbicara tentang suatu yang tidak terbukti secara empirik’tanpa mencoba menghubungkannya dengan adanya dua sisi ekstrim dari diri manusia yang bersifat kontras itu.sebab bila kita menghubungkan secara koherensif antara dua sisi kontras manusia dengan adanya konsep balasan sorga - neraka maka kita akan melihat sebuah keterhubungan yang logic-ideal-harmoni-pantas

Sedang filsafat lebih banyak berbicara dari sisi hakikat-eksistensi manusia tanpa terlalu focus kepada berbicara fakta adanya dua sisi kontras dari diri manusia itu.itu sebab dalam filsafat konsep balasan akhirat,sorga -neraka paling hanya dianggap sebagai sekedar ‘gagasan’ bukan dianggap sesuatu yang ‘wajib adanya’

Memang tidak selalu selamanya kita bisa melihat manusia dalam dua sisi yang mudah dilihat secara kontras, hitam-putih,sebab permasalahan psikologis manusia bisa begitu bersifat kompleks,tetapi juga tidak boleh lupa bahwa betapapun kompleksnya permasalahan yang ada diseputar manusia kita tak boleh melupakan dua sisi ekstrim dari diri manusia itu agar kita faham mengapa di dunia ini ada nilai nilai benar-salah, baik-buruk dan mengapa dalam agama ada jalan ke arah keselamatan dan jalan kearah kesesatan lalu ada konsep balasan sorga - neraka

……………..

Nah,sekarang tinggal anda memilih dengan menggunakan kacamata sudut pandang apa anda ingin melihat manusia,apakah ingin melihatnya dari kacamata sudut pandang Ilahiah ataukah dari sudut pandang manusiawi seperti sudut pandang sains-filsafat-teori psikologi (?)

……………………

Sebagai bahan renungan : apapun yang manusia peroleh-nikmati dengan dagingnya : kesenangan-kenikmatan-kelezatan dalam kehidupannya yang fana ini tetapi setelah sang ruh menanggalkannya kemana pada akhirnya sang daging akan berlabuh (?) ….

Tetapi ruhani yang berkualitas - yang bercahaya akan memiliki nilai yang tinggi dimata Tuhan dan karenanya wajar bila Ia mengabadikannya dalam tempat yang abadi

....................

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun