Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Infrastruktur dulu atau nyawa rakyat dulu (?)

19 November 2014   03:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:27 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Atau mungkin orang orang yang diatas terlalu banyak nonton sinetron-infotainment atau iklan iklan di TV dan disangkanya masyarakat Indonesia sudah seperti yang dilihatnya di televisi …. tetapi coba kalau blusukan kebawah,ke dunia nyata … saya sendiri menulis hal ini bukan karena sekedar berteori atau sekedar membayangkan tetapi disamping terbiasa melihat secara real juga ikut merasakan (!) .. sehingga saya lebih setuju andai kenaikan dilakukan secara perlahan misal cukup naik Rp.500 saja, demikian juga infrastruktur juga dibangun secara perlahan saja tak perlu berambisi membangun infrastruktur yang megah dengan mengorbankan ketenangan dan ketenteraman rakyat kebanyakan.yang penting baik yang kaya maupun yang miskin bisa dibawa secara bersama sama pada kehidupan yang tenang dan tenteram terlebih dahulu

Dan kalau kenaikan harga BBM itu tak berdampak naiknya harga harga bahan pokok maka mungkin sebenarnya TAK TERLALU MASALAH walau andai kenaikannya tinggi selama itu masih terbeli oleh orang yang memiliki kendaraan bermotor tetapi …..(bila mengakibatkan harga bahan bahan pokok melonjak tinggi) .. maka anda lebih mengetahui bagaimana akibatnya … sehingga apapun alasan pemerintah menaikkan harga BBM terpaksa harus dikonfrontasikan dengan FAKTA ikut naiknya harga harga bahan pokok yang mencekik rakyat kecil yang penghasilannya tidak bertambah-yang penghasilannya tak tetap atau yang berpenghasilan tak memadai sehingga sebagian mungkin tidak akan sanggup membeli beras-membeli gas-membeli lauk pauk dlsb.

Coba bayangkan apabila disebuah kota besar yang megah kita melihat ada banyak bertebaran rakyat miskin yang kumuh yang berkeliaran disetiap pelosok kota,mereka menjadi tunawisma,pengemis, pengamen, pemulung dlsb.padahal mereka dikelilingi oleh infrastruktur yang serba komplit : jalan jalan yang mulus, sarana pemerintahan yang komplit dlsb.tetapi siapa dapat menjamin bahwa mereka tidak kelaparan-siapa dapat menjamin bahwa mereka masih dapat membeli bahan bahan kebutuhan pokok apalagi setelah harga BBM dinaikkan  (?) .. atau,apakah pembangunan infrastruktur otomatis selalu secara langsung berbanding lurus dengan kesejahteraan yang merata atau terselamatkannya rakyat dari kelaparan (?)

Yang adil menurut saya adalah; disamping pemerintah secara rutin membangun infrastruktur juga menjamin rakyat kalangan bawah tetap dapat memenuhi hajat kebutuhan mereka yang paling mendasar tanpa memperoleh kesulitan.bila pembangunan infrastruktur sampai mengganggu kalangan bawah dalam memenuhi hajat hidup yang paling mendasar atau apalagi sampai mereka tak mampu untuk memenuhinya maka itu berarti telah terjadi ketidak berimbangan dalam mengelola pembangunan negara.dan ketakberimbangan itu bisa mengarah pada  terjadinya ketakadilan

Sebab filosofi orang miskin itu sebenarnya sederhana,mereka tidak memimpikan dapat menikmati apa yang biasa dinikmati oleh orang orang kaya,mereka sekedar ingin hidup tenang-tenteram dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka yang paling mendasar baik yang bersifat lahir maupun batin,bila hal itu sudah sulit terpenuhi maka itu akan menjadi penderitaan bagi mereka

..............................

Dan mengapa tulisan ini saya masukkan ke ranah filsafat,karena ini sudah menyangkut filosofi-cara berfikir (dalam membuat kebijakan)

Mudah mudahan Tuhan memberi jalan yang terbaik untuk kita semua,secara keseluruhan …
…………………

Salah satu argumentasinya ada disini :

MENGAPA RAKYAT MISKIN TAKUT BBM NAIK (?)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun