Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menjadi perfectionist,betulkah menyiksa diri sendiri (?)

4 Februari 2015   05:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:52 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1422977063965834181

[caption id="attachment_394762" align="aligncenter" width="300" caption="upheramadhan.blogspot.com"][/caption]

...
Apakah menjadi perfectionist itu suatu yang menyenangkan atau malah suatu hal yang lebih banyak menyiksa diri,..pengalaman yang pernah saya alami mungkin merupakan salah satu jawabannya.

Sebelumnya-dulu saya tak mengenal apa yang sebenarnya telah terjadi pada diri saya,sebelumnya saya tak mengenal apa itu karakter 'perfectionist'.tetapi setelah saya banyak membaca beberapa tulisan mengenai karakter demikian maka saya menjadi faham apa yang sebenarnya telah menimpa diri saya pada saat masa lalu dan mungkin masih tetap melekat hingga saat ini.mengapa karakter seperti itu pernah melekat pada diri saya,... saya sendiri tidak tahu .. mungkin sebuah takdir tersendiri,takdir yang kemudian banyak mempengaruhi jalannya kehidupan

Pada saat saya masih remaja saya pernah sering mematut diri didepan cermin hanya untuk memastikan diri bahwa saya masih cakep dan bentuk rambut seperti yang saya inginkan.dalam berpakaian selalu ingin yang pas-tepat-sesuai sebagaimana dengan yang menjadi selera.ketika saya menjadi buruh saya sering ditegur mandor karena pekerjaan saya lamban sebab saya cenderung memiliki keinginan agar apa yang saya kerjakan menghasilkan suatu yang 'perfect'.ketika mengerjakan tugas apapun sering tidak tuntas gara gara merasa apa yang saya kerjakan jauh dari sempurna sebagaimana yang saya bayangkan.saya pun menjadi sering terjebak pada hal hal yang bersifat tetek bengek dan remeh temeh tetapi lupa kepada essensi-garis besar-hal prinsipilnya.pokoknya ...sangat menyiksa dan penuh dengan  ketaknormalan

Tetapi seiring berjalannya waktu dan saya bertambah menjadi tua ditambah dengan mengalami banyak pergumulan batiniah dengan kehidupan maka orientasi saya perlahan berganti dari yang tadinya orientasi kepada hal hal yang bersifat fisik-lahiriah perlahan mulai beralih kepada hal hal yang bersifat abstrak-spiritual.saya menyadari kalau hal hal yang bersifat fisik-lahiriah itu ternyata tidak abadi,wajah yang asalnya cakep perlahan berubah menjadi berkeriput.saya pun sering mengalami ketidak puasan secara fisik-lahiriah dan kembali mencari kepuasan lain tetapi lebih kepada yang bersifat spiritual

Tetapi ketika saya masuk ke dunia spiritual memikirkan hal hal yang bersifat abstrak ternyata karakter perfectionis itu tidak serta merta hilang,misal dalam berfikir-mencari ilmu-kebenaran saya tetap cenderung selalu ingin perfect-sempurna.saya pun terjebak pada keinginan untuk mengenal dan memahami 'keseluruhan' dan tidak puas apabila hanya memahami satu-satu bagan.sebagai contoh, dalam beragama saya tidak puas dengan hanya melihat serta memahami agama hanya sebagai konsep akhlak- moral-sebagai perangkat hukum-sebagai perangkat ritual atau sebagai seperangkat doktrin.alam fikiran sayapun mengembara kepada memikirkan hal hal lain yang berada dibalik atau diluar itu semua demi hanya untuk memperoleh 'kepuasan' tetapi yang bersifat batiniah-spiritual tentunya

Keinginan untuk memahami 'keseluruhan' itu datang sebagai insting yang secara alami seperti muncul secara tiba tiba dan seperti mengendalikan alam fikiran sehingga fikiran sayapun merambah kemana mana seperti tanpa bisa terkendali,sampai misal memikirkan 'apa-bagaimana sebenarnya itu ketakterbatasan', ..padahal bukankah itu hanya menyiksa diri sebab bagaimana saya dapat memperoleh jawaban dari apa yang saya pikirkan itu (?)

Mengapa alam fikiran saya merambah memikirkan 'keseluruhan' misal,bukankah seharusnya saya menyadari bahwasanya manusia adalah makhluk yang terbatas dan mustahil dapat mengenal keseluruhan (?) .. saya menyadarinya dan memang mustahil bagi manusia untuk mengenal keseluruhan secara 'obyektif',saya hanya ingin mengenal hal hal yang bersifat essensial dari keseluruhan dan setelah itu saya merasa puas hati karena saya akan menyimpannya sebagai keyakinan.dan bagi saya keyakinan=kepuasan. saya merasa 'sempurna' secara spiritual apabila telah dapat menggapai taraf keyakinan tertentu

Sifat perfectionist memang berkaitan dengan hasrat-keinginan untuk merasa puas,artinya saya merasa 'sempurna' apabila telah merasakan sebuah kepuasan.dalam menelusuri dunia abstrak saya menemukan kepuasan tersendiri apabila saya dapat menemukan jawaban dari apa yang saya fikirkan serta pertanyakan. dan terkadang saya tidak mengerti mengapa ada orang yang seperti sudah merasa berpuas diri dengan hanya menelusuri serta mengenal hanya satu bagan saja dari ilmu-kebenaran,misal bagan kebenaran yang bersifat empirik atau rasionalistik,padahal setelah saya mendalami yang empirik dan yang rasionalistik saya tetap tidak merasa puas dan lalu menemukan bahwa ada wilayah ilmu-kebenaran lain yang berada diluar wilayah itu

Keinginan untuk memperoleh kepuasan batin pun menghinggapi ketika saya masuk ke dunia tulis menulis, sehingga saya merasa puas apabila telah mengungkap apa yang ada dalam alam fikiran saya

Lalu apa arti sebuah 'kepuasan batin' (?) .. entahlah,sulit untuk melukiskannya dengan kata kata.yang jelas apabila saya banyak mempermasalahkan prinsip 'keseluruhan' dalam tulisan tulisan saya hal itu sangat mungkin berkaitan dengan karakter perfectionist yang pernah saya idap saat  masih remaja utamanya.dulu saya merasa puas apabila tampilan fisik-lahiriah saya tepat sebagimana yang saya inginkan atau idealkan, sekarangpun ketika merambah dunia abstrak-hal hal spiritual saya merasa puas apabila dapat menuangkan kedalam tuliskan apa yang ada dalam alam fikiran saya dan merasa puas apabila dapat memikirkan secara bebas apa yang ingin saya fikirkan atau dapat menemukan jawaban dari apa yang saya fikirkan dan atau pertanyakan.apakah saya merasa 'tersiksa' dengan itu semua ...entahlah .. saya hanya merasa didorong oleh sebuah hasrat batiniah yang tak bisa saya hentikan.tetapi walau andai itu semua adalah suatu hal yang  'menyiksa' tetapi saya berharap mungkin saya dapat memperoleh sebuah kepuasan tersendiri daripadanya, dan saya dapat pergi ke alam kubur dengan perasaan puas.kalau soal ketersiksaan-penderitaan itu adalah bagan dari hukum kehidupan pasti karena dibalik itu semua manusia dapat menemukan kepuasan dan kebahagiaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun