Kini, mentari mulai menyibakkan sinarnya menyengat dibalik bilah-bilah ruangan remang-remang itu. Singup dengan sedikit lentera penerang.
Didalamnya, ada sekelibat nyawa orang namun bibir mungil nya tiada bisa berbisik apalagi bermuara isak tangis mengusik.
***
Manakala kakinya terpasung diantara kayu. Apa baginya hidup? Tiada berarti lagi, sekadar membuka kedua kelopak mata.
Hanya memandang ruangan yang sama
Suasana yang sama
Itu itu saja...
****
Seakan welas asih ini melebur kepadanya. Ingin mengulurkan jari jemari. Pertolongan.
Namun, sejenak bergeming...! Bisa saja membuat nyawa orang sejengkal melayang.
*****
Teringat perangainya begitu carut marut, namun hati ini kalut. Kasihan.
Bertandang kesebuah kota-kota sepi. Menghirup keheningan....
Apa yang bisa aku lakukan?
******
Semarang, 23 Oktober 20222