Mohon tunggu...
M. ERIK IBRAHIM
M. ERIK IBRAHIM Mohon Tunggu... Mahasiswa - 🏆💪 Berakit-rakit dahulu, berenang-renang Ketepian, Bersungguh-sungguh dahulu, Mendulang Kemenangan Kemudian kemenangan🏆💪
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

🌩☀TerBentur---Terbentur----TERBENTUK☀🌩

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Dua Kursi

16 Oktober 2022   12:52 Diperbarui: 16 Oktober 2022   13:00 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar by wallpaperbetter. Com. Suasana taman dimalam hari dengan dua kursi didalamnya. Minggu 16/10/2022

Kalau ada makanan dimeja.. 

Tak pernah engkau makan... 

Kalau hanya kopi yang ku suguhkan... 

Tak pernah engkau minum..... 

Awas jangan sampai kau macam macam... 

Diluaran rumah kau macam macam.. Sayaaang... 

Awas... Awas... Awas.... 

Menelisik musik sembari memutar radio ditengah hari siang bolong. Rupa-rupanya tak sengaja didengar istri pak khamim,... 

" Pakne, sampeyan ojo macem macem yho mas. Awas nak macem macem, tak tinggal mengko." 

Meracau dengan suara serak serak banjir dengan melirik tajam dengan jari jemari mengarah dan menunjuk kedua bola mata Pak khamim. 

" Inggih Bu ne , lha iku cuma lagu tto bu.Uwes rak usah ngrungokne kwi, bati buyar pikiran Pak ne". Sahut Pak khamim dengan gelapap takut. 

Pak khamim dengan kumis tipis dengan lesung pipinya memang membuat para tetangga sumringah kepadanya. 

Istri mana yang tidak cemburu?... 

Tidak bisa dibiarkan. 

" Ojo sampe pak ne mesam mesem neng tonggo liyo, nko nak tak jarke, aku iso mundur teratur iki...".

Istri pak khamim yang kebetulan cantik nya "sedengan" dibanding tetangga nya yang cantiknya cetar membahana enggan mau kalah. 

Suatu hari, dimalam hari, bu khamim mencoba mencari, melanglang buana mencari foto foto pengantin kenangan nya dengan pak Khamim. Sengaja, untuk merajut kembali jalinan komunikasi rumah tangga yang hampir rantas bagai dimakan rayap. 

Dilihatnya begitu mendalam, diraba dengan jari jemarinya hingga menitikkan air mata, mengenang kembali saat masih duduk di dua kursi bersama, saat satu atap dipelaminan. 

Terlintas angan angan untuk menunjukkan ini kepada pak khamim yang semula ia temukan dalam laci. 

Malam silih berganti menjadi esok. Seperti biasa, bu khamim dengan seperangkat alat perang ( alat masak) membuat makanan kesukaan pak khamim. Sederhana, supaya merekatkan kembali rumah tangga yang hampir pudar. 

Pak khamim pada pagi itu, pergi ke Surau sejenak, beribadah dan menengadahkan do'a... 

Lewat desiran angin, sayup sayup doa terdengar, 

" Ya Tuhan, selamatkanlah aku dari tipu dunia yang menyesakkan dan membuat pilu dada ya Tuhan, jagalah rumah tangga kami, meskipun badai mengguntur ingin menerjang "

Pak khamim merengkuh, bermunajat dengan detik-detik waktu yang mulai berjalan perlahan.... 

Meneruskan langkahnya, pak Khamim kembali ke rumah dan berkata... 

" Bu ne, bu ne harus berprasangka baik saja sama pak ne, jika bu ne percaya, maka pak ne juga menjaga kepercayaan bu ne".... 

Mengelus elus dan menepuk pundak perlahan istri pak khamim yang sedang memasak.... 

*****

Dua Kursi, 16 Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun