Kemudian ketiga ayah ini (petani, petani tambak dan peternak) merenung: “benarkah apa yang telah dilakukannya dengan menjual sawah, menjual tambak, menjual sapi demi pendidikan/sekolah anak-anaknya”.
Ketiga ayah ini berasumsi bahwa dengan pendidikan yang tinggi diharapkan anak-anaknya menjadi cerdas, menjadi tercerahkan, mampu mengelola potensi yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat dilingkungannya….., tetapi ternyata harapannya tidak terjadi…
Maka ketiga ayah ini mempertanyakan…… tentang pendidikan yang telah ditempuh oleh anak-anaknya.
Benarkah anak-anaknya berpendidikan? Atau sekedar bersekolah/berkuliah….
Benarkah anak-anaknya mendapatkan pendidikan? Atau sekedar mendapatkan mata pelajaran/mata kuliah….
Benarkah sekolah adalah tempat pendidikan?
Wallahu a’lam
(Agus Mulyono, Malang 4 April 2014)