Lagu Cinta UntukAnak-Anakku
Oleh : S U L E H A
Wahai anakku, kami memahami gejolak perasaanmu saat ini, dimana kalian sedang meniti masa pubertas, suatu masa perjalanan mencari jati diri. Terkadang tingkahmu sedikit aneh, yang selalu ingin pamer dan unjuk kemampuan, walau kadang nyerempet hal-hal negatif, hal itu kalian lakukan berharap agar orang lain tertuju memperhatikanmu. Saat ini pengaruh teman-teman sebayamu lebih dominan ketimbang orang tua dan guru-gurumu. Pengaruh teknologi dan media informasi yang melanda beranda kehidupan kita setiap saat dan tiada henti. Dampak dari semua itu kini pengaruh negatif budaya asing melanda perilaku anak-anak kita sehari-hari. Sikap hedonis, hura-hura, kebebasan pergaulan sudah dianggap sesuatu yang wajar, biasa dan lumrah. Seperti perilaku budaya barat yang memang menganut kebebasan individu sehingga pergaulan bebas dianggap simbol ekspresi dan kebebasan diri.
Wahai anakku memuja kecantikan dan ketampanan adalah suatu hal yang manusiawi, tapi ketahuilah kecantikan dan ketampanan sejati tidak terletak pada penampilan tubuh, namun didalam hati. Anak-anakku tidak ada yang salah dengan Perasaan cinta dan kasih sayang, sebab Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia. Buya Hamka mengatakan cinta laksana setetes embun yang turun dari langit,bersih dan suci. Cuma bumi yang terhamparlah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke ating hati yang tandus dan gersang,maka tumbuhlah kebohongan,tipu muslihat, selingkuh dan lain-lain prilaku yang tercela. Tetapi jika ia jatuh diladang hati yang subur,di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, kesetiaan, pengorbanan dan lain-lain watak serta karakter yang terpuji.
Wahai anak-anakku, jika hatimu dilanda perasaan cinta pada lawan jenismu, ketahuilah tak ada orang yang bisa mengendalikanmu, kecuali dirimu sendiri.
Cintailah sesuatu itu dengan biasa-biasa saja, karena boleh jadi suatu saat nanti dia akan menjadi sesuatu yang kamu benci, dan bencilah sesuatu yang tidak kamu ketahui dengan biasa-biasa saja, karena boleh jadi suatu saat nanti dia akan menjadi sesuatu yang kamu cintai (H.R. Bukhari, Abu Daud, Tirmizi, dan Ibnu Majah, dari Abu Hurairah)
Cinta itu tidak usah kau kejar-kejar sehingga membuatmu kehilangan akal sehat, sebab pada saatnya cinta itu akan ating menghampirimu karena takdirNya. Akan tetapi sebaliknya bila Tuhan belum berkehendak maka upaya apapun yang kita lalukan tidaklah dapat kita meraihnya. Sementara Ilmu dan prestasi tidak akan ating sendiri perlu usaha dan kerja keras untuk meraihnya. Maka selagi usiamu masih muda manfaatkan kesempatan yangada untuk meraih prestasi dengan potensi diri yang kamu miliki, melalui belajar yang tiada henti, “ long life educatioan”.
Hendaknya guru dan orang tua dapat berperan untuk menjadi bagian dari perkembangan jiwa siswa, sekaligus menjadi jembatan hati bagi siswa dalam menemukan jati dirinya. Masa remaja yang berpotensi melahirkan kata-kata puitis indah yang bernilai sastra hendaknya dikelola guru menjadi karya sastra yang melahirkan prestasi dan kebanggaan bagi sekolah.
Semoga !
Penulis,
Guru di SMA Negeri 1 Mandirancan
Kabupaten Kuningan
Anggota Komunitas Pegiat Literasi Jawa Barat(KPLJ)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H