Panah meluncur secepat kilat
Menancap, menghujam segumpal darah pekat
Ujung matanya berkilat bertirai sayu muslihat
Lengkung busur sinis nan manis, berpeluk dalam mufakat
Caci bertopeng ratap mengalunkan melodi yang memikat.
Aku,
Tegar meyakini Rakib Atid yang telah tentu
Diam menerima segala lakon yang berlaku
Menikmati paragraph luka yang telah candu
Kelak...
Saat tak ada lagi makar yang mampu mengelak
Kan kupinta penawar pada Sang Pemilik Kehendak
Kota cengkeh, 18 Maret 23
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H