Mohon tunggu...
Ugit Rifai
Ugit Rifai Mohon Tunggu... Guru - Learn, Invent, Dedicate

Muncul dan membesar di Cirebon atau Cerbon. Pernah menetap di Bandung selama 9 tahun untuk kuliah dan bekerja. Sekarang sudah kembali dari perantauan dan menetap di Cerbon. Dengan kesibukan mengajar sehari-hari, masih sempat menyenangi membaca dan menulis. Internet adalah wadah utamanya. Karena kalau nulis di media belum tentu dimuat. hehehe...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita Pendek: Cinta Rahasia

31 Desember 2010   04:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:10 3044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kemudian muncullah dia berikutnya dari perjumpaan yang tak diduga. Dia yang terlihat selewat di permulaannya. Tapi aku langsung menemukan raut wajahnya di situ. Kulit wajahnya terang berhias mata lentik, hidung agak mancung, dan bibir mungil. Tak sehelai rambutnya terurai. Rambutnya tertutup kerudung krem berenda yang membungkus kepalanya. Dia sedang membeli sarapan paginya, sementara aku sedang mencari-cari sampo untukku mandi pagi itu. Warung yang begitu kecil tak mungkin menghindarkan kami dari saling bertatap, meski sekejap. Seketika itu, hatiku kembali menghadirkan cinta. Aku cinta dia dalam diam.

Begitu aku mencintainya, tapi aku tak mau mengenalnya atau ia mengenalku. Biarlah dia menganggapku sebagai orang lain yang tak pernah dianggap ada. Karena jika begitu, cintaku padanya mungkin sekali akan terungkap. Aku tak mau itu. Aku ingin mencintainya diam-diam.

Selanjutnya keadaan tak pernah lagi sama. Selalu berubah. Dia terlihat, dia hilang. Dia yang lain muncul ke muka. Aku selalu menemukannya.

Terakhir kali, dia yang baru hadir. Tapi, sial, aku sudah tahu namanya lebih dulu. Bukan salahku, namanya terlihat begitu saja menempel di atas seragam yang dipakainya. PUTRIE, begitulah tulisan di papan nama itu. Dia cantik. Kali ini aku tak sengaja melihatnya duduk di belakang meja di dalam kantor pos. Dia adalah pegawai pos. Ah, hatiku bimbang kali ini. Apakah aku masih bisa mencintainya diam-diam? Lalu pikiran itu muncul: Jika nama tak penting untuk dicari, maka apa bedanya jika telah ditemukan? Kita masih bisa menggantinya dengan yang lain. Keputusan dibuat, aku akan mencintainya dengan sembunyi-sembunyi.

Entah saat itu aku sedang sial atau beruntung, hari berikutnya dia terlihat lagi sedang berjalan melewati gang sempit di sekitar tempat kosku. Kami berpapasan. Sial, dia menyapaku! Meski belum tahu namaku, dia merasa mengenali wajahku dari perjumpaan sebelumnya. Aku terpaksa tersenyum dan membalas sapaannya.

Lewat dua hari, dia tak terlihat. Aku lega. Aku masih ingin mencintainya dengan sembunyi-sembunyi. Tapi, perkiraanku meleset. Aku menemukan secarik kertas di gang sempit antara bangunan-bangunan kamar kos yang biasa dia lewati. Itu miliknya, kulihat namanya di atas. Lalu, menyusul ada tanggal lahir, alamat, pekerjaan, dan seterusnya. Sial, aku jadi tahu lebih banyak tentang dia! Tenang, ini cuma deretan huruf-huruf dan angka-angka yang tidak berarti. Aku pikir aku masih bisa mencintainya dengan sembunyi-sembunyi.

Hari selanjutnya suasana tenang. Tak ada lagi kabar tentang dia. Aku pun berusaha menghindari untuk pergi ke kantor pos. Aku beralih ke jasa kurir. Semua berjalan lancar. Hingga suatu siang, saat aku sedang makan siang dengan temanku, tiba-tiba saja dia muncul dan duduk di samping temanku. Dia menyapa temanku tanpa canggung lalu menyambungi obrolan kami. Sial, ternyata dia kawan temanku! Dia sadar aku ada saat itu, lalu mata kami saling berpandang. Alamak, dia mengulurkan tangannya. Sial, hari itu kami berkenalan juga!

Aku sudah terlampau banyak ditimpa kesialan dengan dia yang baru ini. Tapi, biarlah, aku masih mau mencoba mencintainya dengan sembunyi-sembunyi.

Minggu ketiga setelah perkenalan itu, temanku itu datang membawa surat terbungkus amplop lucu bergambar karakter kartun. Di dalamnya ada tertulis ini:

KAU TAK BISA MENCINTAIKU DIAM-DIAM

KARENA AKU MENCINTAIMU.

- Putrie -

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun