Mohon tunggu...
Ugie Ginano
Ugie Ginano Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peneliti dan Mahasiswa Master Lingusitik

Menulis tentang topik terkini dan sesuatu yang terpikirkan mengenai topik erkini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Pikiran Seorang Pembunuh dari Perspektif Linguistik Forensik

8 Mei 2023   15:30 Diperbarui: 8 Mei 2023   15:30 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak yang mengasumsikan bahwa bidang forensik selalu berhubungan dengan bidang ilmu kedokteran. Persepsi masyarakat tentang ilmu ini meski tidak bisa disalahkan, namun sudah menjadi hal lumrah dikarenakan pemikiran-pemikiran tersebut. Ilmu forensik sebenarnya merupakan ilmu multidisipliner, yang menggabungkan berbagai disiplin ilmu, baik saintek maupun sosial. 

Salah satu bidang ilmu yang juga menggunakan metode forensik adalah linguistik. Dalam basis keilmuan linguistik forensik, bahasa sering digunakan dalam konteks penegakan hukum, yaitu berhubungan dengan peran aspek kebahasaan dalam proses penulisan peraturan perundang-undangan yang mungkin saja bisa memicu pemahaman yang keliru andai pembaca tersebut kurang mengetahui konteksnya.

Selain sebagai sebuah jembatan dalam penggunaan bahasa dalam konteks hukum, linguistik forensik juga bisa digunakan sebagai basis ilmu yang bisa membantu memecahkan kasus kejahatan dan menganalisis barang-barang bukti linguistik, seperti sengketa, surat ancaman, pelecehan seksual entah berbasis verbal atau tulisan, surat bunuh diri, atau yang sebenarnya bisa digunakan dalam mengungkap motif pelaku suatu kejahatan, tulisan manifesto atau unggahan media sosial seorang pelaku pembunuhan, biasanya pelaku pembunuhan massal.

Tentu kita masih ingat mengenai kasus penembakan massal di dua masjid di Selandia Baru yang dilakukan seorang warga negara Australia yang menewaskan 51 orang pada 2019 lalu. 

Sang pelaku, yang kini telah dihukum kurungan penjara seumur hidup, sempat menulis sebuah manifesto yang memuat berbagai referensi rasisme, seperti The Great Replacement Theory yang memiliki retorika "penghapusan ras kulit putih" dan pergerakan supremasi kulit putih dan anti imigrasi. 

Bahasa yang digunakan pun seakan mengagungkan berbagai tokoh yang diaggap sebagai "penyelamat" untuk ras kulit putih tersebut. Jika ditinjau menggunakan kacamata linguistik forensik, tulisan seperti ini digunakan oleh sang pelaku sebagai wadah ekspresi rasis yang kemudian diwujudkan dalam tindakan penembakan massal tersebut.

Konteks sebuah manifesto juga menjadi kunci dalam menentukan motif atau alasan seseorang melakukan kejahatan berskala besar. manifesto dari seorang pembunuh terkenal bernama Elliot Rodger, yang dikenal sebagai incel pembunuh dan juga pelaku penembakan massal di Isla Vista, negara Bagian California, Amerika Serikat pada 2014 lalu. 

Manifesto ini memuat keresahan hati pelaku sebagai seorang pria muda berusia 22 tahun yang susah menemukan wanita untuk dijadikan kekasih hati, hingga menyebut dirinya sebagai incel (involuntarily celibate, yang secara harafiah berarti "membujang secara tidak sengaja") yang kemudian menjadi landasan rasa bencinya kepada wanita dan pria sebaya yang dianggap menarik secara fisik dan dianggapnya mudah untuk membangun hubungan romantis. 

Penggunaan bahasa dalam manifesto tersebut juga penuh dengan kata atau frasa yang menyiratkan kebencian seseorang terhadap apa yang dilihatnya, dalam kasus ini adalah pasangan-pasangan muda yang menghabiskan waktu berdua sementara sang pelaku tidak memiliki siapapun. 

Dalam ilmu linguistik, analisis wacana kritis dan analisis pragmatik tindak tutur diperlukan dalam menganalisis keseluruhan manifesto tersebut untuk menentukan konteks yang dimaksud oleh pelaku.

Bisa disimpulkan bahwa penggunaan linguistik forensik sebagai salah satu ilmu untuk menentukan motif pelaku kejahatan sangat bergantung kepada barang bukti linguistik yang ada, seperti surat, unggahan media sosial, atau sebuah manifesto. 

Konteks yang ditunjukkan melalui tulisan sang pelaku juga sangat penting dalam sebuah penyelidikan kejahatan yang dilakukan dalam skala besar. Dengan berbagai ilmu dalam bidang linguistik, penegak hukum bisa terbantu untuk mengungkap sebuah kasus kejahatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun