Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran adalah segala upaya bersama antara guru dan Peserta didik untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri Peserta didik dan menjadi landasan belajar yang berkelanjutan, serta diharapkan adanya perubahan-perubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu peningkatan yang positif yang ditandai dengan perubahan tingkah laku individu demi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sebuah proses pembelajaran yang baik akan membentuk kemampuan intelektual, berfikir kritis dan munculnya kreatifitas serta perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.
Belajar merupakan kegiatan utama dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku. Perubahan itu meliputi kognitif, afektif dan psikomotor. Kegiatan pembelajaran memerlukan keaktifan belajar, partisipasi dan komunikasi interaktif antara guru dan Peserta didik. Aktivitas belajar dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan pembelajaran yang di tentukan. Keberhasilan dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari pemahaman konsep, penguasaan materi dan prestasi belajar. Peserta didik dengan tingkat pemahaman konsep dan penguasaan materi yang tinggi maka semakin tinggi prestasi. Selain itu faktor penentu keberhasilan pembelajaran adalah ketepatan penerapan model dan media pembelajaran. Seorang guru diharuskan memahami metode pembelajaran terutama yang berkaitan dengan model-model pembelajaran. Model pembelajaran merancang pembelajaran dan merencanakan aktifitas belajar mengajar (Arsyad, 2014), sedangkan manfaat media pembelajaran adalah memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperjelas dan meningkatkan proses dan hasil belajar. Media pembelajaran juga dapat mengarahkan perhatian Peserta didik sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar yang berdampak pada keaktifan dan hasil belajar.
Tantangan bagi pendidik pada masa pandemi ini adalah bagaimana mengupayakan dengan media daring agar proses pembelajaran dengan media daring dapat optimal dan tidak mengurangi esensi yang akan disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik seperti pembelajaran tatap muka. Pembelajaran dengan media daring yang dilaksanakan secara optimal dengan harapan output yang dihasilkan juga akan maksimal, tidak menimbulkan kejenuhan, kebosanan baik dari pendidik maupun peserta didik, sehingga dalam kondisi belajar dari rumah tetap akan mencetak generasi yang unggul. Banyak media daring yang bisa digunakan saat ini baik melalui aplikasi Whatsapp, Whatsapp group, google form, dan youtube. Saat ini juga sedang ramai penggunaan platform daring sinkronus seperti zoom meeting atau google meet. Pertanyaannya apakah guru terampil dalam menggunakan media daring? Pertanyaan selanjutnya apakah aplikasi dalam media daring yang digunakan dapat memberikan hasil yang optimal untuk pembelajaran? Dalam situasi dan kondisi saat ini kompetensi keahlian seorang guru dalam memanfaatkan teknologi yang ada sedang diuji yang selama ini diketahui sebagian sudah mendapatkan sertifikasi sebagai bentuk profesionalisme guru. Dari latar belakang yang diuraikan diatas, penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui pentingnya pemilihan media daring yang tepat dalam proses pembelajaran agar pembelajaran berjalan dengan optimal pada masa pandemi Covid-19.
Pada era revolusi industry 4.0 merupakan tantangan dalam seluruh bidang ilmu secara khusus bidang pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting suatu bangsa. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui pengajaran (Rohmah, 2017). Sesuai Undang-Undang sistem pendidikan nasional pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasioanal adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermanfaat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional juga bertujuan untuk mengembangkan potensi Peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertangung jawab. Tujuan inilah yang mendasari peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan melakukan pembaharuan dalam proses pembelajaran,salah satunya adalah penerapan media pembelajaran.Untuk menjawab tantangan era revolusi industry 4.0, guru harus mampu berinovasi dalam penerapan media pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan keaktifan Peserta didik yang berdampak pada hasil belajar.
Pembelajaran Sejarah Indonesialebih menekankan pada keterlibatan Peserta didik secara aktif, sehingga mereka dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung Peserta didik akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pembelajaran Sejarah Indonesiayang idealnya menurut Majid (2014:89) yaitu: “(1) Berpusat pada Peserta didik(student centered), (2) Memberikan pengalaman langsung (direc experiences), (3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, (4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (5) Bersifat fleksibel, pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel), (6) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan”.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada Tema 4 (Hidup Bersih dan Sehat), Subtema 4 (Hidup Bersih dan Sehat di Tempat Umum), Pembelajaran 5 di kelas X Sekolah Dasar SMK kARYA Teknologi Jatilawang tanggal 2 November 2020, terdapat beberapa masalah saat proses pembelajaran. Permasalahan yang diperoleh berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan yaitu: Pembelajaran daring belum maksimal karena hanya menggunakan aplikasi whatssapp grup, Peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran dan guru tidak bisa memantau secara langsung aktivitas peserta didik, Peserta didik belum mengumpulkan tugas tepat waktu dan belum sesuai harapan guru, Kurangnya partisipasi orang tua dalam mendampingi peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran daring karena berbagai faktor, dan Interaksi guru dan peserta didik sangat terbatas.
Sehubungan dengan masalah yang dikemukakan di atas, diperlukan usaha-usaha yang dapat meningkatkan proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran lebih baik, tindakan yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran, sehingga dapat membantu Peserta didik memahami konsep-konsep yang langsung, mengaitkan materi konteks pelajaran dengan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu model yang dapat digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran di SMK adalah model discovery learning yang memberikan pemahaman kepada Peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi, dengan mengunakan model ini Peserta didik mampu menerima informasi yang didapatnya sendiri dari pembelajaran tersebut. Model discovery learning terdiri dari 6 langkah yaitu: Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan), Problem Statement (Pertanyaan
/Identifikasi Masalah), Data Collection (Pengumpulan Data), Data Processing (Pengolahan Data), Verification (Pembuktian), Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi), Keenam langkah ini diharapkan akan membantu Peserta didik semakin aktif dan kreatif saat proses pembelajaran. Syah (dalam Kemendikbud 2014:32).
Model discovery learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam pembelajaran ini Peserta didik diberi peluang untuk mencari, memecahkan, hingga menemukan cara-cara penyelesaian dan jawaban-jawaban sendiri. Dalam mengaplikasikan model Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada Peserta didik
- Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar dengan Model Discovery Learning di Kelas X SMK Karya Teknologi Jatilawang Jatilawang . Tujuan penelitian ini secara khusus untuk mendiskripsikan:
Pelaksanaan proses pembelajaran dengan model discovery learning di kelas X SMK Karya Teknologi Jatilawang Jatilawang .
Hasil pembelajaran dengan model discovery learning di kelas X SMK Karya Teknologi Jatilawang Jatilawang .
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian teoritis dan praktis adalah:
Manfaat Teoritis Sesuai dengan bidang kajian dan penelitian yaitu bidang keguruan dan ilmu pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini memberi kontribusi teoritis penggunaan Model Discovery Learning di SMK untuk meningkatkan proses pembelajarantematik terpadu.
Sebagai bahan kajian ilmiah bagi peneliti dalam pembelajaran di sekoalah khususnya meningkatkan proses pembelajaran tematik terpadu.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lanjutan yang ingin mengadakan penelitian lanjutan meningkatkan proses pembelajaran tematik terpadu.
Manfaat Praktis Bagi penulis, untuk menambah wawasan, pengalaman, dan keterampilan untuk meningkatkan pembelajaran Sejarah Indonesiadengan model discovery learning.
Memberikan masukan bagi sekolah dan guru dalam meningkatkan proses pembelajaran Sejarah Indonesiadengan model discovery learning. pelaksanaan kegiatan yang jelas-jelas menuntut lebih dari yang sebelumnya diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas pengajarnya.
Dalam menyelenggarakan penelitian tindakan kelas, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan anak-anak, penelitian tindakan kelas juga hadir dalam suatu konteks organisasional sehingga penyelenggaraannya harus mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi.
Kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas sejauh mungkin digunakan classroom excedding perspektive, artinya permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks dalam kelas atau mata pelajaran tertentu,melainkan dalam perspektif yang lebih luas ini akan berlebih-lebih lagi terasa urgensinya apabila dalam suatu penelitian tindakan kelas terlibat dari seorang pelaku.
- Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Hopkins (1993), penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (Planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (Observation and evaluation). Sedangkan prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Gambar dan penjelasan langkah-langkah penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
Sejalan dengan itu, Hadi Subroto (dalam Trianto 2011:151) menjelaskan bahwa, pembelajaran Sejarah Indonesiaadalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep yang lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman Peserta didik, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna. Maka pada umumnya pembelajaran Sejarah Indonesiaadalah pembelajaran yang menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan antara beberapa isi mata pelajaran dan pengalaman kehidupan nyata sehari-hari Peserta didik sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi Peserta didik.
Pembelajaran Sejarah Indonesiamenyajikan aktivitas pembelajaran yang relevan dengan lingkungan Peserta didik dan penuh makna. John Dewey (dalam Trianto, 2011:81) mengatakan “konsep pembelajaran Sejarah Indonesiaadalah sebagai upaya untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan Peserta didik dan kemampuan pengetahuannya”. Trianto (2011: 154) menjelaskan pembelajaran Sejarah Indonesiaadalah: “Merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai standar kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata pelajaran”. Nielsen (dalam Musfah 2012: 181) menjelaskan bahwa “Pembelajaran Sejarah Indonesiaadalah suatu pendekatan pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan aspek- aspek intra dan interbidang studi, sehingga pembelajar memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh dan simultan dalam konteks yang bermakna”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran Sejarah Indonesiaadalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, pembelajaran ini mencerminkan dunia nyata disekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan Peserta didik.
- Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu
Sebagai suatu model pembelajaran di Sekolah Dasar, pembelajaran Sejarah Indonesiamemiliki karakteristik-karakteristik yang harus diperhatikan. Di antaranya: Kemendikbud (2014: 16) menjelaskan beberapa karakteristik Sejarah Indonesiasebagai merikut: “Berpusat pada Peserta didik, memberikan pengalaman langsung tidak terdapat pemisahan mata pelajaran, menyajikan konsep dalam satu proses pembelajaran serta keterpaduan hasil pembelajaran dapat berkembang”. Sejalan dengan itu, Depdiknas (dalam Trianto 2011: 163)
(kontekstual) dan bermakna bagi Peserta didik. pembelajaran Sejarah Indonesiajuga membantu Peserta didik untuk memecahkan masalah dan berpikir kritis.
- Prinsip Pembelajaran Tematik Terpadu
Prinsip pembelajaran Sejarah Indonesiaselalu berkaitan dengan tema yang akan diajarkan dan bagaimana pembelajaran tematik yang seharusnya dalam pembelajaran. Menurut Majid (2014:89) beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif sebagai berikut: (a) Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang actual, dekat dengan dunia Peserta didik dan ada dalam kehidupan sehari-hari. (b) Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait. (c) Pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. (d) materi pelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik Peserta didik seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. (e) materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.
Menurut Hernawandan Novi (2009:10) dalam proses pelaksanaan pembelajaran tematik perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: “ (a) Guru hendaknya tidak bersikap otoriter atau menjadi “single actor” yang mendominasi aktivitas dalam proses pembelajaran. (b) Pemberian tanggung jawab individu atau kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok, (c) Guru perlu bersikap menghargai terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan pembelajaran”.
Menurut Trianto (2011:154) prinsip-prinsip pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan menjadi empat hal, yaitu: (a) Prinsip penggalian tema, artinya tema-tema saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran. (b) Prinsip pengelolaan pembelajaran, artinya guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator. (c) prinsip evaluasi, memberi kesempatan kepada Peserta didik untuk melakukan evaluasi diri, disamping bentuk evaluasi lainnya, dan guru mengajak para Peserta didik untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah di capai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan di capai. (d) prinsip reaksi, guru harus bereaksi terhadap aksi Peserta didik dalam semua pristiwa serta tidak mengarah aspek yang sempit tetapi ke sebuah kesatuan yang utuh dan bermakna.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa prinsip pembelajaran Sejarah Indonesiaadalah terintegrasi dengan lingkungan Peserta didik atau bersifat kontekstual, pembelajarannya harus didesain agar Peserta didik bekerja sama secara sungguh- sungguh, memperhatikan efesien, penggalian tema, pengelolaan pembelajaran, mengevaluasi, dan reaksi, guru harus bereaksi terhadap aksi Peserta didik dalam semua pristiwa serta tidak mengarah aspek yang sempit tetapi ke sebuah kesatuan yang utuh dan bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H