Mohon tunggu...
Ugahari Nurul
Ugahari Nurul Mohon Tunggu... -

love to make a story and the story love to wrote by me

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pocong 1/2 Pocong

9 Februari 2012   13:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:51 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


“Pokoknya, lo berdiri di dekat pohon pisang. Diem aja disitu sampe ada manusia datang.”

Itu adalah saran dari sahabat baik gue, Gendo, yang prihatin karena sobatnya belum berhasil nakutin satu manusia pun sampai harus dapet predikat, ‘Pocong Setengah Pocong’. Gue pun ngikutin sarannya. Selompat dua lompat, akhirnya gue pun sampai ke sebuah pohon pisang gede di deket sebuah pagar. Gue langsung ambil posisi saat gue dengar suara tiga Abege yang berjalan kearah gue. Gue tersenyum ngebayangin gimana takutnya tuh cewek-cewek sama gue. Pasti bakalan lucu banget.

Mereka hampir dekat. Gue makin majuin badan supaya mereka lihat kaffan putih gue. Tiba-tiba…


“Guk…guk! Guk…guk…guk…!!!”

Suara gonggongan anjing membuat langkah mereka terhenti. “Aih…anjing kurang ajar!” omel gue.

Akhirnya gue nekat buat nampakin wujud gue saat itu juga. Ini dilematis memang. Kalau nggak Gece alias gerak cepat, target gue bisa kabur. Tapi, kalau muncul mendadak gini juga kurang horror. Well, daripada kesempatan ini hilang gitu aja, gue milih buat muncul dadakan. Hasilnya…

Cewek-cewek yang memang sudah keringat dingin duluan menjadi semakin berkeringat. Pupil mereka membesar. Mukanya udah dalam posisi nggak karuan. Lubang hidung pun mencuat. Tapi… mata mereka nggak fokus ke gue. Mereka lebih fokus ke arah belakang gue. Feeling gue mulai nggak enak. Ini bukan berita bagus. Gue nengok kebelakang pelan-pelan. Ber-slow motion seolah-olah lagi syuting drama. Lalu gue menemukan satu alasan mengerikan yang ada. Yaitu, ada seekor anjing herder segede gaban yang lagi mangap. Biar gue ulang, ADA ANJING HERDER SEGEDE GABAN YANG LAGI MANGAP!


“Kenapa mesti ada hewan ini disaat genting seperti sekarang?!” Ratap gue.

Lalu, dengan sisa tenaga dan mutusin urat malu di kepala, gue melompat sekuat tenaga buat ngejauh dari anjing kupret itu. Gimana dengan cewek-cewek abege yang (harusnya) gue takutin? Mereka kebingungan lihat sebungkus pocong kayak gue lompat histeris cuma gara-gara anjing…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun