Mohon tunggu...
Ufqil mubin
Ufqil mubin Mohon Tunggu... Jurnalis - Rumah Aspirasi

Setiap orang adalah guru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gempa Lombok, Duka Kita

29 Agustus 2018   22:54 Diperbarui: 30 Agustus 2018   06:39 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal itu diperparah dengan kebutuhan harian pengungsi yang belum dapat tersedia secara memadai. Memang pemerintah telah bekerja ekstra. Melibatkan kerja kolektif antara pemerintah pusat, daerah, dan relawan dari beragam organisasi sosial. Namun penyaluran bantuan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada banyak persoalan teknis yang menghalangi proses penyaluran bahan makanan, pakaian, dan obat-obatan. Salah satunya, akses jalan untuk transportasi yang sebagian besar rusak parah.

BNPB melaporkan, hingga 29 Agustus 2018 ini, tercatat 83.392 unit rumah warga rusak parah. Kemudian 3.540 fasilitas umum dan sosial luluh lantak, rata dengan tanah. Secara khusus, kita bisa memastikan, bahwa fasilitas umum tersebut meliputi sarana pendidikan, kesehatan, dan kantor pemerintah. Artinya, di beberapa daerah, aktivitas pendidikan dan pelayanan rumah sakit lumpuh total.

Saya bisa memaklumi upaya Presiden Joko Widodo melalui Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahyo Kumulo yang menginstruksikan pada pemerintah daerah, agar menyalurkan bantuan untuk korban gempa di Lombok. Tentu saja, bukan karena pemerintah pusat tidak lagi mampu membiayai pemulihan trauma pendudukan, penyediaan bahan makanan, dan perbaikan pemukiman karena gempa tersebut. Namun ini bentuk pengingat, bahwa solidaritas itu bagian terpenting dalam penanggulangan bencana. Ini juga upaya merajut persatuan di tengah jeritan dan derita yang melanda anak negeri ini.

Sangat disayangkan, gempa Lombok yang harusnya menjadi duka bersama, tak sedikit yang menggunakannya untuk kepentingan politis. Saling menjatuhkan, mengolok, dan menihilkan peran pemerintah. Itu massif terjadi di media sosial. Berseliweran. Pertanda ada orang-orang yang menari di atas derita sebagian orang di Indonesia.

Harusnya, kita perlu bersabar untuk melihat fenomena ini. Agar bisa mengambil langkah, hikmah, dan pelajaran. Bahwa di balik duka, masih ada orang yang sanggup saling menjatuhkan hanya karena hal-hal sepele. Nafsu bertengger di ubun-ubun. Bersamaan dengan waktu pembukaan Asian Games di Jakarta, seorang wakil rakyat daerah pemilihan Sumbawa, hilir mudik mengabarkan pada dunia atas kerisauannya di balik lambannya pemerintah menyaluarkan bantuan, tudingan kekurangan anggaran, hingga minimnya fasilitas yang disediakan.

Memang sebagai wakil rakyat, butuh eksistensi, popularitas, dan nama baik di hadapan publik. Tetapi alangkah baiknya, di tengah duka yang menganga di publik Lombok, kata-kata manis, support, dan bantuan langsung, sejatinya lebih penting daripada saling menyalahkan.

Kini kehidupan masyarakat Lombok berangsur pulih. Namun bukan berarti tidak membutuhkan uluran tangan dari penduduk negeri ini. Gempa Lombok adalah duka kita. Kita perlu bahu membahu menyampaikan doa, bantuan, dan pesan optimisme, bahwa kelak, hari esok, NTB akan kembali bersinar. Lewat lantunan adzan yang bersahutan di balik merdunya suara mu'adzin, sisa-sisa kenangan seribu masjid, kita akan kembali merajut pembangunan di NTB. Juga atas usaha dan semangat Tuan Guru Bajang, masih ada harapan akan masa depan gemilang di tanah NTB. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun