Mohon tunggu...
ufairah asril
ufairah asril Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

international relation UNSRI

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Alutsista Indonesia Mulai Dilengkapi, Apakah Dapat Memicu Security Dillema di Negara-negara Tetangga?

7 Maret 2020   15:00 Diperbarui: 7 Maret 2020   15:46 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki luas wilayah daratan seluas 1.922.570 km dan perairan seluas 3.257.483 km2, yang terletak di kawasan Asia Tenggara merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Karena itu pula Indonesia memerlukan kekuatan militer untuk menjaga, melindungi dan mengawasi teritorial negaranya baik dari ancaman domestik maupun internasional.

Maka dari itu Menteri Pertahanan RI Probowo Subianto mulai aktif melakukan diplomasi keamanan dalam rangka memenuhi standar Alutsista (alat utama system persenjataan) yang dimiliki oleh TNI.

Hal ini terungkap pada tanggal 24 Febuari 2020 ketika Menhan RI Prabowo mengunjungi Kementrian Pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) di Abu Dhabi untuk menghadiri bilateral meeting dengan Menhan UEA Mohammed Ahmed Al Bowardi.

Selepas pertemuan bilateral, menteri pertahanan kedua negara tersebut menandatangani perjanjian kerjasama pada bidang pertahanan sebagai tahapan berikutnya dari letter of intent yang telah ditandatangani perwakilan kedua negara pada 24 Juli 2019 di Bogor mengenai kerjasama pertahanan meliputi kunjungan antar pejabat pertahanan, kerjasama pendidikan dan latihan, serta kerjasama industri pertahanan. 

Hal ini dinyatakan oleh Menhan Prabowo bahwa diplomasi pertahanan perlu diperkuat untuk menghadapi dinamika global, dan mencegah terjadinya ketegangan antar negara.

Selain melakukan diplomasi pertahanan, sesuai dengan perjanjian kedua negara Menhan Prabowo juga menjajaki Alutsista yang dibutuhkan negara Indonesia agar dapat  memenuhi target minimum essential force Alutsista Indonesia.

Pada bulan yang sama, Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono mewakili Menhan Prabowo datang ke Kantor Komisi I DPR RI untuk menyampaikan permohonan persetujuan agar hibah 14 Drone Scan Eagle UAV dan upgrade Helikopter Bell 412 dari Pemerintah AS diterima.

Drone ScanEagle bernilai 28,3 juta dolar AS memiliki keunggulan beroperasi di atas 15.000 kaki (4.572 m) dan mampu berada di medan perang untuk misi yang diperpanjang hingga 20 jam. Drone dengan bobot maksimum tempat pilot diizinkan untuk lepas landas atau maximum takeoff weight (MTOW) 22 kg ini, digerakkan mesin piston model pusher berdaya 15 hp.

Memiliki kecepatan terbang jelajah ScanEagle berada di kisaran 111 km/jam dan kecepatan maksimum 148 km/jam. Batas ketinggian terbang mencapai 5.950 m. ScanEagle juga sanggup berada di udara dengan lama terbang (endurance) lebih dari 24 jam.

Spesifikasi drone hibah dari AS menjadikannya salah satu alat yang dapat memenuhi Alutsista yang dibutuhkan Indonesia untuk melaksanakan patroli maritim dan integrasi ISR (intelijen, pengawasan, dan pengintaian) oleh Tentara nasional Indonesia Angkatan laut (TNI AL).

Sementara, upgrade peralatan Helikopter Bell 412 dengan nilai 6,3 juta dolar AS dibutuhkan TNI AL untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas dan meningkatkan kemampuan pertahanan negara.

Mengapa negara Indonesia ingin memenuhi target minimum essential force Alutsista Indonesia?

Upaya pemenuhan target minimum essential force Alutsista Indonesia menurut penulis bisa jadi dipicu oleh negara tetangga Indonesia di Kawasan Asia Tenggara-Pasifik yang sudah meningkatkan peralatan pertahanan negara mereka menjadi lebih canggih.

Seperti Angkatan laut negara Singapura yang telah lebih dulu menggunakan drone ScanEagle, dan juga drone ScanEagle milik AL dan AD negara Australia telah teruji perang (battle proven) di Irak.

Peningkatan peralatan pertahanan negara Singapura dan Australia tentu saja menimbulkan kekhawatiran negara Indonesia yang Alutsistanya tidak lebih canggih dan modern dari milik mereka. Pada akhirnya, hal tersebut memicu ketegangan di antara negara-negara tentangga mereka seperti Indonesia dan mengidentifikasi hal tersebut sebagai ancaman keamanan negara yang harus segera “diimbangi”.

Dalam teori Realisme klasik, Morgentau menyatakan pendapat mengenai animus dominandi, yang berarti manusia haus akan kekuasaan. Dalam praktik politiknya kondisi internasional itu konfliktual, sehingga security dilemma tidak dapat dihindari.

Security dilemma (dilema keamanan) dijelaskan oleh tokoh Realisme Thomas Hobbes yang menyatakan bahwa negara diatur dan dipersenjatai untuk berperang agar dapat mewujudkan perdamaian domestik bagi subjek dan warga negaranya, karena bagi Hobbes perdamaian internasional adalah ilusi yang berbahaya dan tidak dapat terwujud mengingat ironi manusia yang dapat bekerjasama dalam politik karena ketakutan mereka akan dilukai, diserang atau dibunuh oleh tetangganya.

Apabila kasus tersebut kita lihat melalui sudut pandang Hobbes, persenjataan canggih yang dimiliki negara Singapura dan Australia memunculkan rasa "takut" bagi negara Indonesia.

Persenjataan canggih mereka dapat mengancam Indonesia, mengingat perdamaian internasional itu adalah ilusi dan dunia internasional itu konfliktual, Indonesia takut apabila sewaktu-waktu negara Singapura dan Australia dapat menyerang mereka yang terlihat lebih lemah karena Alutsista yang kuno.

Maka dari itu, pemerintah Indonesia berupaya sekuat tenaga untuk sesegera mungkin melengkapi Alutsista negaranya karena bagaimanapun juga persenjataan negara tidak lain untuk mewujudkan perdamaian domestic negaranya dari ancaman luar.

Namun perasaan "takut" tersebut tidak hanya dirasakan oleh negara Indonesia saja, karena tidak dapat dipungkiri juga negara-negara tetangga Indonesia, Singapura, dan Australia seperti Malaysia, Brunei Darrussalam, Timor Timur dan lainnya bisa saja merasakan ketakutan yang sama. 

Mereka amat menyadari adanya ancaman yang menanti apabila tidak segera melengkapi persenjataan negaranya. Karena dengan melengkapi Alutsista negara mereka masing-masing dapat memberikan sugesti bahwa negara mereka telah “sama kuatnya” dan tidak terlihat mudah untuk diserang oleh negara tetangganya yang lebih maju dibidang militer.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa peningkatan Alutsista Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui sudut pandang realisme klasik oleh Hobbes memiliki potensi memicu security dilemma di kawasan negara-negara tetangga Indonesia. Demikian tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas dari ibu Nur Aslamiah Supli, BIAM, M.SC, salah satu dosen mata kuliah studi keamanan internasional di Universitas Sriwijaya Palembang.

Referensi:
Didno. (2018, Juli 30). Letak Dan Luas Indonesia. Retrieved From Kompasiana: Https://Www.Kompasiana.Com/Didno76/5b5f1ff16ddcae480d691452/Letak-Dan-Luas-Indonesia
Jackson, R., & Sorensen, G. (2013). Pengantar Studi Hubungan Inetrnasional Teori Pendekatan Edisi Kelima. New York: Oxford University Press.

Rakhmatulloh. (2020, Februari 27). Hibah Drone Dari As Tidak Ganggu Hubungan Indonesia Dengan Negara Lain. Retrieved From Sindonews.Com: Https://Nasional.Sindonews.Com/Read/1539298/14/Hibah-Drone-Dari-As-Tidak-Ganggu-Hubungan-Indonesia-Dengan-Negara-Lain-1582775957

Sucipto. (2020, Februari 25). Perkuat Alutsista Tni, Prabowo Kunjungi Abu Dhabi. Retrieved From Sindonews.Com: Https://Nasional.Sindonews.Com/Read/1536568/14/Perkuat-Alutsista-Tni-Prabowo-Kunjungi-Abu-Dhabi-1582555140

Taher, A. P. (2019, Desember 14). Prabowo Dan Menhan Uea Bahas Kerja Sama Industri Pertahanan. Retrieved From Tirto.Id: Https://Tirto.Id/Prabowo-Dan-Menhan-Uea-Bahas-Kerja-Sama-Industri-Pertahanan-Enqk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun