Mohon tunggu...
Udo Z Karzi
Udo Z Karzi Mohon Tunggu... -

Tukang tulis. Lebih suka disebut begitu. Meskipun, jarang-jarang dibaca kompasianer. Hehee... Yang penting nulis aza. Biar nggak kenat-kenut...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenapa sih Kita Kok Suka Reseh Rusuh?

11 November 2012   13:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:37 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"JAWA hipokrit, Palembang pongah, Padang pelit, Batak kasar, Lampung..."  kata Minan Tunja.

"Ah, boong. Orang Jawa halus budi bahasanya, empek-empek Palembang enak rasanya, orang Padang cakap berdagang, orang Batak banyak yang jadi penyanyi selain tukang tambal ban, orang Lampung...," sahut Pithagiras.

"Eh, giliran orang Lampung kok pada berenti. Emang orang Lampung gimana?" tanya Udien.

"Induh weh," celetuk Mat Puhit.

"Soalnya tentang orang Lampung banyak yang tidak tahu atau tidak mau tahu. Lampung itu kayak apa sih? Bahasa Lampung itu bahasa apa? Tidak banyak yang paham. Oleh orang Lampung -- sering membahasakan diri dengan ulun Lampung -- sendiri. Apa lagi yang bukan ulun Lampung."

"Iya, saya merasa kok ulun Lampung dimarginalkan dalam arti orang -- termasuk yang tinggal di Lampung sendiri -- merasa tidak perlu mengenal Lampung atau kelampungan; bahasa, kebiasaan, tradisi, adat-istiadat, kesenian, kebudayaan, ... dst. Maka, benarlah Lampung itu cuma nama provinsi saja, tetapi makna dan apa pun yang tersirat dari nama Lampung tak perlulah dibicarakan panjang lebar..." gugat Radin Mak Iwoh.

"Masalahnya, kaum elite Lampung sendiri sering menyalahartikan, bahkan menyalahgunakan nilai-nilai kelampungan untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan golongan sih," sambut Mat Puhit kesel.

"Apa misalnya?" kejar Radin Mak Iwoh.

"Ai, sudah lama adat itu cuma dijadikan alat politik saja! Maka, kalau pemimpin daerah bicara kearifan lokal, tentang keluhuran budaya, tentang tingginya peradaban orang Lampung... weh, sapa muneh sai percaya?"

"Maka, semakin sesatlah pandangan orang terhadap ulun Lampung. Yang lahir kemudian adalah stereotipe-stereotipe betapa buruk kelakuan ulun Lampung. Bahwa orang Lampung itu... Hayo siapa yang berani bilang."

Stereotip itu adalah pictures in our head, kata Walter Lippman. Stereotipe adalah persepsi yang dianut yang dilekatkan pada kelompok-kelompok atau orang-orang dengan gegabah yang mengabaikan keunikan-keunikan individual.

Kerusuhan yang marak boleh jadi karena berkembangnya stereotip dari kelompok masing-masing.  n

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun