Mohon tunggu...
Udo Z Karzi
Udo Z Karzi Mohon Tunggu... -

Tukang tulis. Lebih suka disebut begitu. Meskipun, jarang-jarang dibaca kompasianer. Hehee... Yang penting nulis aza. Biar nggak kenat-kenut...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kota Berhala

31 Mei 2012   18:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:32 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_180056" align="alignleft" width="150" caption="Mamak Kenut"][/caption] DIBERITAKEN...(sengaja meniru dalang Parto dalam Opera van Java/OvJ), sebentar lagi akan dibangun patung pengantin pepadun dan pengantin sai batin. Entahlah, ini kabar gembira atau bukan bagi warga Negarabatin yang sebenarnya memiliki persoalan yang lebih kompleks ketimbang sebuah atau banyak buah patung. Yang jelas, kata Mat Puhit, jika dua patung ini berdiri kelak, lengkaplah sudah Negarabatin memiliki beberapa patung kembar. Dua patung pengantin pepadun, dua patung pengantin sai batin, dua patung Radin Inten II, dan— sebetulnya ada dua sebelum dirobohkan yang di Kalianda, Lampung Selatan—Patung Zainal Abidin Pagaralam. "Denger-dengar pemda memang punya program patungisasi kota. Setiap jalan, setiap perempatan harus ada patung sesuai dengan nama jalannya. Yang sudah nyata, di perempatan Jalan Zainal Abidin Pagaralam ada patung Zainal Abidin, di Jalan Radin Inten ada patung Radin Inten," kata Udien. "Waw, fantastik!" seru Minan Tunja. ""Dan julukan kota pun berganti menjadi Kota Berhala," sungut Pithagiras. "Masa sih tidak mau belajar dari pengalaman," sambung Pinyut. "Iya, pemerintah enggak pernah baca sastra sih," kata Mamak Kenut. "Lo, apa hubungannya?" sahut Radin Mak Iwoh. "Dengar dulu kisah ini. Pernah baca cerpen Pangeran Bahagia karya Oscar Wilde?" DICERITAKEN... (kalau ini teringat gaya bahasa Pak Harto di zaman Orde Baru!), tentang sebuah patung emas yang menghiasi sebuah kota. Patung Emas tersebut diberi nama Pangeran Bahagia. Pangeran Bahagia adalah patung yang disayangi oleh seluruh warga. Suatu waktu seekor burung pipit hinggap di pundak Pangeran Bahagia. Burung pipit tersebut terkejut karena melihat pangeran bahagia sedang menangis. Ternyata Pangeran Bahagia sebenarnya sama sekali tidak bahagia. Dia bisa melihat penderitaan warga kotanya di mana-mana. Pangeran Bahagia dan Burung pipit kemudian bekerja sama untuk meringankan penderitaan rakyat miskin yang ada di kota tersebut. Yah, pengorbanan. Burung pipit yang kelewat capai mengopel sebongkah demi sebongkah lapisan emas Pangeran Bahagia untuk dibagikan kepada satu per satu kaum duafa, akhirnya jatuh dan mati di kaki sang patung. Lalu, Patung Pangeran Bahagia pun dirobohkan beramai-ramai oleh warga dan pemimpin kota karena tak lagi indah dan bau bangkai. BAGAIMANAKAH kisah selanjutnya? Ibarat nonton OvJ, sang dalang Parto pun berkata, "Kita lihat di TKP..." n

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun