Mohon tunggu...
Udin Zainudin
Udin Zainudin Mohon Tunggu... Editor - Pemerhati Sosial

Hanya ingin negeri ini lebih baik lagi

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Bharada E: Sambo Memegang Pistol di Samping Jasad Brigadir J

8 Agustus 2022   03:47 Diperbarui: 8 Agustus 2022   06:23 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelihatannya Skandal Duren Tiga alias Kasus Pembunuhan Brigadir J sudah hampir terkuak peristiwa besarnya setelah kemarin akhirnya Bharada E menyatakan diri lewat Kuasa Hukumnya bahwa dirinya bersedia menjadi Justice Collaborator sekaligus membuat pengakuan terbaru bahwa bukan dia pembunuh Brigadir Joshua.

Kita semua tahu bahwa sejak awal kasus ini mengalami banyak kebuntuan dikarenakan selain TKP sudah dirusak oleh pihak tertentu yaitu membersihkan TKP sesaat setelah peristiwa terjadi,  merusak CCTV baik di TKP dan sekeliling TKP, penghilangan  pakaian terakhir korban dan handphone-handphone milik korban (Brigadir J), hingga pengkaburan hasil otopsi pertama.

Timsus bentukan Kapolri jelas mengalami berbagai kesulitan  untuk membuktikan fakta secara scientific forensic dikarenakan bahan-bahan/ data-data untuk itu hampir hilang semuanya, kecuali bekas-bekas CCTV di luar TKP yang tersisa yang akhirnya membuktikan siapa saja yang terlibat dalam perusakan CCTV di rumah TKP sekaligus siapa saja yang membersihkan TKP.

Tanpa bahan-bahan yang ada, Timsus hanya bisa mengandalkan2 hal yaitu: Yang pertama  hasil pemeriksaan terhadap 25 Personil Polri yang diduga terlibat dengan cara mengkomparasikan kesaksian-kesaksian masing-masing dimana pasti ada celah untuk menemukan kesaksian mana saja yang benar dan menemukan benang merahnya.

Dan yang kedua adalah Hasil Otopsi Kedua dimana hasilnya jelas-jelas membalikkan fakta tentang laporan pertama yang dilaporkan sebagai peristiwa Tembak Menembak Brigadir J Vs Bharada E.

Yang tersulit bagi Timsus bila kemudian di Pengadilan diantara 25 Personil yang membuat pernyataan penting tapi kemudian ditarik lagi kesaksian pentingnya di pengadilan, tentu data otentiknya  yang tersisa tinggal Hasil Otopsi Kedua. Ini akan membuat Kasusnya menjadi tidak tuntas dan sulit bagi Hakim membuat Putusan Hukumnya.

Jadi bila memperhitungkan hal-hal yang diatas tersebut akhirnya yang paling bisa dianggap sebagai Kesaksian Terkuat adalah Saksi Kunci adalah Bharada E dimana posisinya (sesuai pengakuan terakhir)  dirinya juga merupakan korban karena dijadikan Kambing Hitam atas kejadian tragis terbunuhnya Brigadir Joshua.

Logikanya selama tidak ada Tekanan/ ancaman terhadap dirinya dan keluarganya, sangat tidak mungkin Bharada E bersedia menanggung dosa dari pembunuh Brigadir Joshua, sekaligus tidak mungkin Bharada E bersedia menanggung nama baik keluarga yang rusak akibat dirinya dinyatakan sebagai pembunuh sadis.

Menjadi sangat baik bagi pengungkapan kasus ini bila Bharada E menjadi Justice Collaborator sehingga Skandal Duren Tiga ini akan menjadi tuntas.

SAMBO MEMEGANG PISTOL DI SAMPING JASAD JOSHUA

Berita terbaru dari Portal HarianMerdeka (RMOL.ID) Minggu, 07 Agustus 2022 jam 19.39 memberitakan hal yang sangat krusial dimana dari Pengacara Bharada E yang baru yaitu Muhammad Burhanudin menyatakan bahwa dalam BAP terakhir Bharada Richard Eliezer mengaku saat kejadian dirinya sempat melihat Irjen Sambo memegang Pistol di samping jasad Brigadir Joshua yang sudah berlumuran darah.

Menurut Burhanudin, pengakuan Bharada E tersebut sudah tertulis di Berita Acara Pemeriksaan (BAP) terbaru. Pengakuan itulah yang menjadi alasan Bharada E bersedia menjadi Justice Collaborator sekaligus minta perlindungan dari LPSK.

"Sudah dituangkan, di BAP oleh Bharada E, siapa saja yang ada di sana (TKP)," kata Burhanuddin kepada wartawan di Jakarta, Minggu (7/8).

Sumber:

https://politik.rmol.id/

Bila memang berita itu benar, tentunya sudah ada fakta baru yang bisa dipakai penyidik Tim Khusus untuk menetapkan Irjen Sambo sebagai Tersangka.

KAPOLDA METRO JAYA SEBAIKNYA DICOPOT?

Kasus terbunuhnya Brigadir Joshua ini memang sangat menyedot perhatian public. Bisa disebut Netizen seluruh Indonesia menaruh perhatian besar terhadap Skandal Duren Tiga ini.  Dan salah satu pihak yang dinilai Netizen sebagai pihak yang ditengarai ikut menghalang-halangi penyidikan adalah Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran.

Logika yang berkembang adalah Kapolres Jakarta Selatan pasti (diyakini banyak pihak)  telah melaporkan kejadian sebenarnya yang terjadi kepada Kapolda Metro Jaya pada hari kejadian. Akan tetapi yang akhirnya dilaporkan ke konfrensi Pers di hari ketiga bukanlah kejadian yang sebenarnya melainkan Tembak-Menembak.  Apa mungkin Konfrensi Pers tersebut atas arahan Kapolda Metro Jaya?

Begitu juga proses penyidikan saat mau ditarik ke Bareskrim Polri sepertinya sempat lama ditahan di Polda Metro Jaya. Apakah ini ada kesengajaan?

Pada Jumat lalu (5 Agustus 2022) di jagad Twitter sempat menjadi Trending Topic taggar #Kapolda dimana Netizen menginginkan Kapolda Metro Jaya diperiksa Tim Khusus bentukan Kapolri. Mereka curiga dengan aksi Teletubies antara Kapolda Metro Jaya dengan Irjen Sambo. Masa iya Sambo tidak curhat kejadian yang sebenarnya?

Di sisi lain Direktur Eksekutif Amesty Internasional Indonesia, Usman Hamid, berharap jangan ada pembodohan terhadap masyarakat terkait peristiwa berdarah itu. Dia juga meminta Kapolda harus dimintai tanggung jawab.
"Kapolda juga harus dimintai tanggung jawab. Jangan sampai ada kesan Kapolri takut sama Kapolda," tegasnya dalam tayangan Apa Kabar Indonesia Malam TV One yang ditilik Solopos.com, Jumat (5/8/2022).

SUDAH 2 HARI PASUKAN BRIMOB NONGKRONG DI BARESKRIM, ADA APA YA?

Dari berbagai media dikabarkan selama 2 hari ini beberapa Kendaraan Taktis Brimob berikut beberapa personil Brimob berjaga-jaga di gedung Bareskrim Polri.

Ini menjadi Tanya besar untuk apa mereka disana.  Kalau disebut sebagai pengamanan, netizen bingung pengamanan dari apa.  Sedikit banyak Skandal Duren Tiga ini melibatkan sedikitnya 3 Jendral Polisi tentu bisa saja terjadi didalam tubuh Polri saat ini sedang terjadi "Perang Hebat" antara petinggi Polri yang menginginkan kasus selesai tuntas (3 Jendral Polri dihukum) dan petinggi Polri yang menginginkan kasus selesai sekedarnya.

Pun sebagian masyarakat ada yang mengaitkan dengan peristiwa di tahun 1968 dimana Markas Besar Polri dikepung oleh pasukan Brimob gara-gara Komandan Brimob Kombes Anthon Sudjarwo diberhentikan oleh Kapolri Jendral Soetjipto dimana kabarnya terkait politik dimana Kapolri ingin membersihkan pendukung Soekarno di tubuh Polri.

Akibat pengepungan tersebut, Kapolri Jendral Soetjipto akhirnya mengundurkan diri dan Kombes Anthon Sudjarwo kembali menjadi komandan Brimob.

Mudah-mudahan benar yang terjadi dengan Pasukan Brimob di gedung Bareskrim atas perintah Bareskrim/ Kapolri, bukan oleh petinggi Polri yang tidak terima 3 Jendral mereka dicopot.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun